c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

21 Oktober 2022

13:53 WIB

Mendialogkan Kota Dan Sastra Di JILF 2023

Jakarta International Literary Festival (JILF) mengajak semua penulis dan komunitas membicarakan Jakarta dengan imajinasi mereka.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Mendialogkan Kota Dan Sastra Di JILF 2023
Mendialogkan Kota Dan Sastra Di JILF 2023
Sesi konferensi pers Jakarta International Literary Festival 2022 di TIM, Kamis (20/10). Validnews/Andesta.

JAKARTA - Jakarta International Literary Festival (JILF) kembali dihelat langsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Agenda ini akan berlangsung pada tanggal 22-26 Oktober, dengan serangkaian kegiatan yang akan digelar di berbagai sudut TIM yang telah direvitalisasi.

JILF tahun ini mengusung tema “Kota Kita di Dunia Mereka: Kewargaan, Urbanisme, Globalisme”. Tema ini tak jauh dari ciri khas JILF sejak kemunculannya pertama kali pada tahun 2019 silam, sebagai festival yang berorientasi pada pembacaan kritis atas kota, dunia, dan relasinya dengan sastra.

Kurator JILF 2022, Manneke Budiman menguraikan, perubahan kota yang didominasi dengan meleburnya sistem kapital dunia dan sistem kenegaraan saat ini, cenderung berakibat penyeragaman akan siapa yang berhak hidup di ruang kota dan siapa yang berkewajiban menghidupi ruang kota tertentu.

Sehingga muncul dikotomi antara ‘kita’ dan ‘mereka', sebagaimana yang tertuang eksplisit dalam tema. Dikotomi inilah yang hendak dileburkan, sehingga setiap orang bisa melihat kota, dalam hal ini Jakarta, sebagai kota yang ‘luas’ dan tak terbatas.

Dalam kaitannya dengan sastra, menurut Manneke, tema ini mengajak semua penulis maupun komunitas di berbagai daerah bahkan di berbagai negara yang terlibat dalam festival, untuk membicarakan kota Jakarta sesuai dengan konteks dan kapasitas imajinasi mereka.

“Jadi kami ingin Jakarta itu menjadi Jakarta yang tidak terbatas, jadi sehingga ia lebih mampu berdiri dan menghadapi dunia. Dunianya ‘mereka’ juga adalah Jakarta kita, Jakarta kita juga dunianya mereka,” ungkap Manneke dalam sesi konferensi pers di TIM, Kamis (20/10).

Direktur Eksekutif JILF 2022, Avianti Armand menjelaskan lebih lanjut bahwa di tahun ini, JILF berupaya melibatkan sebanyak mungkin warga. Bukan hanya dengan mengundang kehadiran penulis-penulis dalam dan luar negeri, tapi juga melalui komunitas dan kolektif yang bergiat dan menggerakkan kehidupan sastra dalam kota untuk ikut serta dalam penyelenggaraannya.

“Kota dan sastra, sebetulnya keduanya ini memiliki pertalian yang erat, bagaimana kota menjadi inspirasi sastra, tapi bagaimana juga sastra membuat kita punya perspektif yang berbeda tentang kota, dan menghadirkan pembacaan tentang kota yang lebih kaya,” tambah Avianti.

Selama lima hari festival nantinya, akan hadir 25 penulis dari berbagai daerah Indonesia, serta sejumlah penulis terkenal dari mancanegara. Beberapa di antaranya yaitu Dea Anugrah, Irwan Ahmett, Tita Salina, Titiso Kour-Ara, Saras Dewi, Rio Johan, Bernice Chauly (Malaysia), Zaky Yamani, Alexandra Tilman (Timor Leste),  Ben Sohib, Sandra A. Mushi (Tanzania), hingga penulis cerita detektif populer Michael Pronko.

Ada juga 11 komunitas dari berbagai daerah yang akan terlibat dalam 41 program acara yang dijadwalkan di JILF kali ini. Beberapa program yang akan dihelat seperti diskusi, pasar buku, pembacaan karya, dongeng anak, gerai kopi, pameran, pertunjukan teater, dan musik.

Menjangkau Suara-suara ‘Dunia Ketiga’

JILF program festival tahunan yang diinisiasi oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), sebagai salah satu program unggulan dari Komite Sastra. Sejak 2019, festival ini telah menunjukkan warna tersendiri yang membedakannya dengan festival-festtival sastra di kota-kota lainnya di Indonesia.

Ketua DKJ Danton Sihombing mengatakan, semangat awal kehadiran JILF adalah untuk mengetengahkan pembicaraan yang luwes kesusastraan dunia, dengan fokus pada kawasan negara-negara di belahan selatan bumi atau yang secara umum merupakan negara dari ‘dunia ketiga’.

Semangat mengetengahkan wacana literasi ‘Selatan-Selatan’ untuk membuka mata sastra dunia akan pentingnya menyeimbangkan distribusi dan apresiasi sastra global. Dengan demikian, negara-negara di belahan Selatan dapat saling lebih mengenal melalui sastra.

Dalam hal ini, JILF diharapkan menjadi jembatan bagi arus pertukaran wacana di antara negara-negara di belahan selatan dunia tersebut.

“JILF menjadi salah satu cara untuk melihat secara kritis bagaimana kesusastraan di dunia beroperasi dan terbentuk. Tujuan penting dari JILF adalah membuka sekat-sekat yang, dengan cara membaurkan kelompok-kelompok yang selama ini terabaikan dan selanjutnya bersama membangun dialog,” harap Danton.

Acara pembukaan JILF 2022 berlangsung di Graha Bhakti Budaya- Taman Ismail Marzuki, Sabtu (22/10) mendatang. Di sesi ini, akan ada tur keliling venue, sesi Pidato Kunci oleh Abidin Kusno, dan pertunjukan musik oleh Efek Rumah Kaca.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar