c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

07 Oktober 2024

10:54 WIB

Mencuci Buah Di Mesin Pencuci Piring Tak Terjamin Aman

Cara paling efektif untuk membersihkan buah-buahan dan sayur-sayuran dari kotoran, serpihan, dan bakteri adalah dengan membilas dan menggosok dengan air biasa. Lalu, dikeringkan dengan tisu.

<p>Mencuci Buah Di Mesin Pencuci Piring Tak Terjamin Aman</p>
<p>Mencuci Buah Di Mesin Pencuci Piring Tak Terjamin Aman</p>

Ilustrasi, Sayuran dan buah berwarna hijau. dok. Shutterstock

JAKARTA - Jika Anda memiliki mesin pencuci piring otomatis di rumah, sebaiknya berpikir lagi untuk mencuci buah atau hasil bumi di mesin yang sama. Seperti dikutip laman Popsugar, Senin (7/10), seorang asisten profesor bidang keamanan pangan dan mikrobiologi di Divisi Sistem Pertanian Universitas Arkansas, Jennifer C. Acuff mengatakan, mencuci buah dan sayur atau produk hasil bumi lainnya dalam satu mesin pencuci piring, akan menimbulkan panas dan tekanan tinggi yang akan memasak produk tersebut.

“Salah satu hal yang membuat mesin pencuci piring sangat baik dalam membersihkan dan mendisinfeksi piring kita adalah tekanan tinggi dan panas tinggi," jelasnya. Namun, fitur yang sama—panas dan tekanan tinggi—pada dasarnya akan memasak hasil bumi Anda saat mesin tersebut membersihkannya,” kata Acuff.

Ia mengatakan, hal itu mungkin bukan efek samping yang rela dikorbankan kebanyakan orang demi kenyamanannya. Acuff memastikan, mencuci hasil bumi sebelum memakannya tentu penting.

Buah dan sayur ditanam di lingkungan terbuka tempat patogen dari satwa liar dan ternak dibawa oleh angin, tanah, dan metode lainnya. Itu berarti buah dan sayur yang dibawa pulang dari toko atau kios pertanian berpotensi tidak hanya kotor, tetapi juga terkontaminasi patogen bawaan makanan, seperti salmonella atau E. coli patogen, yang dapat menyebabkan penyakit.

Meskipun dapat menghemat sedikit waktu, ada risiko residu deterjen atau bahkan kuman di dalam mesin yang dapat berpindah ke buah dan sayuran Anda, menurut Washington Post. Patogen yang disebutkan Dr. Acuff, juga dapat berpindah dari satu potong produk ke yang lain. Namun, jika tidak menggunakan pengaturan panas tinggi, produk tidak mendapatkan manfaat disinfektan yang ditawarkannya.

Meski begitu, beberapa mesin pencuci piring memiliki siklus bilas dingin yang tidak menggunakan panas tinggi. Bahkan ada beberapa mesin pencuci piring pilihan yang memiliki pengaturan "produk". Mesin pencuci piring ini biasanya beroperasi dalam siklus pendek (15 menit atau lebih) dan hanya menggunakan air dingin.

Sementara itu, studi tahun 2006 dalam Journal of food Protection menunjukkan pencucian manual dengan cuka putih juga tidak lebih efektif menghilangkan bakteri. Departemen Pertanian Amerika Serikat mengatakan, air mengalir adalah satu-satunya yang dibutuhkan untuk mencuci hasil bumi.

“Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk 'mensterilkan' hasil bumi Anda di rumah, kecuali mengolahnya lebih lanjut melalui pemasakan atau pengalengan, tetapi hal itu menggagalkan tujuan banyak konsumen yang mengonsumsi hasil bumi mentah," kata Dr. Acuff.

Cara paling efektif untuk membersihkan buah-buahan dan sayur-sayuran dari kotoran, serpihan, dan bakteri sebenarnya yang termudah adalah embilas dan menggosok dengan air biasa, diikuti dengan mengeringkannya dengan tisu.

Buah Dan Depresi
Sebelumnya, sebuah studi di The Journal of Nutrition, Health and Aging menemukan bahwa orang-orang di usia paruh baya yang makan lebih banyak buah memiliki tingkat depresi yang lebih rendah saat usia tua.

"Studi di seluruh dunia telah memperkirakan bahwa prevalensi gejala depresi di usia lanjut berkisar antara 17,1% hingga 34,4%, dan di antara mereka yang memiliki gejala depresi ringan atau subklinis, 8-10% dapat bertransisi menjadi depresi berat setiap tahun,” kata penulis studi senior Woon Puay Koh, MBBS, PhD, profesor di Program Penelitian Translasional Umur Panjang yang Sehat, Universitas Nasional Singapura.

Ditulis laman Health, studi longitudinal di Singapura ini melacak hampir 14.000 partisipan selama lebih dari 20 tahun. Mereka yang mengonsumsi buah paling banyak (setidaknya tiga porsi per hari) mengurangi kemungkinan depresi terkait usia setidaknya sebesar 21 persen.

Buah-buahan yang dimaksud adalah 14 pilihan khusus yang umum dikonsumsi di Singapura. Di antaranya, jeruk, jeruk keprok, pepaya, pisang, dan semangka secara khusus dikaitkan dengan penurunan risiko depresi. Alasan pasti mengapa makan lebih banyak buah di usia 40-an atau 50-an dapat meningkatkan kesehatan mental di usia tua tidak jelas, kata Koh, tetapi banyak faktor yang mungkin berperan.

"Buah-buahan umumnya mengandung antioksidan dan zat gizi mikro anti-inflamasi tingkat tinggi, seperti vitamin C, karotenoid, dan flavonoid, dan zat gizi ini telah terbukti mengurangi stres oksidatif dan menghambat proses inflamasi dalam tubuh," kata Koh. Ia meyakini, ini adalah penjelasan yang paling mungkin untuk temuan penelitian tersebut.

Sayuran, yang juga dievaluasi dalam penelitian ini, tidak memiliki dampak yang dapat diamati pada depresi di kemudian hari, sebuah temuan yang mengejutkan para peneliti. Meskipun sayuran juga merupakan sumber senyawa antioksidan yang kaya, metode persiapannya yang umum dapat mengurangi dampak anti-inflamasinya.

“Buah-buahan biasanya dimakan mentah sebagai camilan sepanjang hari, sedangkan sayuran biasanya dimasak untuk makan,” serunya.

“Memasak diketahui sebagai proses yang dapat mengubah bioavailabilitas dan aktivitas nutrisi dalam sayuran, dan dengan demikian membatasi efek perlindungan nutrisi ini terhadap depresi," tambahnya.

Meskipun ada temuan penelitian yang menarik tentang konsumsi buah di usia paruh baya, Koh mengatakan, itu tidak berarti usia paruh baya adalah waktu terbaik (atau satu-satunya) untuk makan lebih banyak buah. Studi lain yang dilakukan di tempat lain juga menemukan manfaat memasukkan buah dalam pola makan yang dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih baik pada anak-anak dan kaum muda

Bagi kebanyakan orang dewasa, tiga hingga empat porsi buah per hari (1,5 hingga 2 cangkir) sudah cukup. Konsumsi buah-buahan tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sakit perut.

"Pesan yang ingin disampaikan bukan untuk meminta orang mengganti sayur dengan buah, tetapi untuk mengonsumsi buah sebagai camilan setelah makan atau di sela waktu makan, alih-alih makanan penutup manis, camilan gurih, dan makanan olahan,” kata Koh.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar