c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

23 Juli 2022

15:32 WIB

Mencegah Toxic Relationship Dalam Keluarga

Setiap keluarga pasti memiliki permasalahan. Toxic Relationship dalam keluarga harus diatasi dengan memperbaiki pola komunikasi.

Editor: Satrio Wicaksono

Mencegah <i>Toxic Relationship</i> Dalam Keluarga
Mencegah <i>Toxic Relationship</i> Dalam Keluarga
Ilustrasi keluarga bahagia. Freepik

JAKARTA - Memiliki pola hubungan dan interaksi yang hangat antar anggota keluarga tentu menjadi dambaan. Namun, faktanya tidak semua keluarga dapat membangun hubungan emosional yang erat. 

Bahkan dapat dikatakan bahwa setiap keluarga pasti memiliki permasalahannya masing-masing, dengan tingkatan yang berbeda-beda pula. Cara yang dilakukan untuk mengurai permasalahan yang terjadi pun berbeda-beda.

Tapi, jika cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah itu tidak sehat, maka dapat menyebabkan apa yang disebut dengan disfungsi pada keluarga. Disfungsi keluarga inilah yang kemudian berhubungan erat dengan toxic relationship.

Psikolog dari Center For Publich Health, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Nurul Kusuma Hidayati mengatakan, disfungsional adalah suatu kondisi ketika konflik, perilaku yang menyimpang pada anggota keluarga terjadi secara terus-menerus dan merugikan anggota lain dari tindakan tersebut.

"Keluarga disfungsional adalah keluarga yang tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya, dapat diartikan adanya pertentangan antara individu dalam keluarga yang menyebabkan hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis," kata Nurul, seperti dikutip dari laman ugm.ac.id, Sabtu (23/7).

Sementara itu, psikolog Wirdatul Anisa menyebutkan, untuk menghindari toxic relationship dalam keluarga diperlukan hubungan positif antar anggota keluarga. Dengan relasi positif tersebut, maka fungsi keluarga dapat berjalan sebagaimana mestinya, termasuk dalam mengatasi permasalahan dan krisis yang terjadi.

Membangun relasi yang positif dapat dilakukan dengan membangun ketangguhan pada keluarga dan membangun kekuatan komunitas. 

Dirinya menyebutkan enam hal yang dapat mendeskripsikan ketangguhan keluarga, pertama, memberikan apresiasi dan kasih sayang. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan satu sama lain antar anggota keluarga, membangun suasana yang bersahabat, berusaha menunjukkan penghargaan atau penghormatan pada setiap keluarga, dan dapat menggunakan humor dalam interaksi sehari-hari. 

Kedua adalah komunikasi positif yang dapat diupayakan dengan memberikan apresiasi sekecil apapun itu (memberikan pujian dan mengucapkan terima kasih), berbagi perasaan yang sedang dirasakan dan menahan diri untuk saling menyalahkan.

Ketiga, komitmen pada keluarga yang terkait dengan kepercayaan, kejujuran, bertanggung jawab dengan peran yang dimiliki, dan kesediaan untuk berbagi satu sama lain antar anggota keluarga. Keempat, mengupayakan rasa kesejahteraan spiritual dan nilai-nilai bersama dalam keluarga. 

Kelima, menikmati waktu bersama anggota keluarga untuk berbagi kesenangan, kesibukan ataupun hal lain. Dan yang terakhir, kemampuan mengelola stres dan krisis secara efektif, memiliki keterbukaan terhadap perubahan, dan memiliki resiliensi.

Lalu, bagaimana jika terjadi sebuah relasi negatif dalam keluarga? Menurutnya hal itu  dapat diperbaiki dengan pendekatan strategi resolusi konflik.

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi pola hubungan yang ada di dalam keluarga. Apakah keluarga bersifat cenderung mempunyai kritik yang tinggi, demanding, tidak terdapat komunikasi, atau sebagainya. Atau dengan mengedepankan komunikasi untuk mengklarifikasi masalah yang relevan, berbagi pemikiran, dan berbicara tentang solusi.

"Dalam berkomunikasi kita juga membutuhkan strategi-strategi, misalnya dapat menuliskan pemikiran kita atau dapat memutuskan untuk melakukan percakapan pada waktu dan tempat tertentu. Kemudian, kita juga bisa menggunakan humor," papar Wirda.

Sikap yang diperlukan dalam penyelesaian konflik adalah jujur dan terbuka, menghargai dan menghormati, saling memaafkan, membantu satu sama lain, dan sabar terhadap prosesnya. Jika konflik dalam keluarga tidak dapat diselesaikan, kita bisa menjangkau atau mencari bantuan pihak lain.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar