11 Agustus 2025
11:16 WIB
Menakar Efektivitas Mengenalkan Emosi Pada Anak Lewat Musik
Musik menjadi salah satu media yang bisa digunakan untuk mengenalkan emosi pada anak. Menjadi alternatif dari metode ekspresi atau sinyal isyarat.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi anak gunakan headset. Freepik
JAKARTA - Mengenalkan emosi pada anak merupakan proses penting pada tumbuh kembangnya, karena hal ini berkaitan dengan perasaan dan berperilaku. Dengan mengenal dan memahami emosi, anak diharapkan memiliki kesadaran penuh atas apa yang sedang terjadi pada dirinya, dan bagaimana cara mengelolanya.
Banyak metode yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengenalkan emosi kepada buah hatinya, salah satunya lewat musik. Seperti studi terbaru dari Universitas Pennsylvania, musik disebut dapat membantu anak-anak khususnya yang berusia 3 hingga 5 tahun mengenali emosi sejak dini.
Laporan News Medical and Life Sciences mengungkapkan, studi yang dilakukan oleh Departemen Psikologi di Sekolah Seni dan Sains Pensylvania itu melibatkan 144 anak-anak di wilayah Philadelphia. Mereka mempelajari bagaimana anak berusia 3 sampai 5 tahun bisa mengenali emosi kebahagiaan, kesedihan, ketenangan, atau ketakutan dalam klip musik berdurasi 5 detik.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak dapat mengidentifikasi emosi dengan tingkat akurasi yang lebih baik daripada tebakan acak, dengan hasil yang meningkat seiring bertambahnya usia.
"Kami menunjukkan bahwa anak-anak pandai mencocokkan ekspresi emosi dengan musik yang tepat, bahkan pada usia 3 tahun yang menekankan betapa pentingnya musik, terutama dalam sosialisasi emosi dan pengajaran keterampilan sosial. Serta bagi anak-anak yang mungkin masih belajar cara mengekspresikan emosi mereka secara verbal," ujar Profesor Madya Universitas Pennsylvania Rebecca Waller bersama penulis senior Rista C. Plate.
Temuan yang dipublikasikan jurnal Child Development itu juga menunjukkan, anak-anak yang mendapatkan penilaian tinggi dari orang tuanya dalam hal pengenalan emosi buruk, kurang mengenali emosi secara keseluruhan.
Waller mengatakan, studi ini merupakan yang pertama meneliti apakah anak-anak yang kurang mengenal emosi, bisa mengalami kesulitan memahami pesan emosi yang disampaikan melalui lagu.
Peneliti lainnya, Yael Paz mengatakan, hal lainnya yang menarik dari penelitian ini adalah mencari perbedaan antara pengenalan emosi melalui musik, dibandingkan dengan pengenalan emosi dari ekspresi wajah.
Waller mengatakan, dalam penelitian sebelumnya di laboratorium, menunjukkan bahwa anak-anak yang sulit mengenal emosi juga memiliki tendensi kesulitan memahami tekanan emosi dari ekspresi wajah. Para peneliti membawa hipotesis bahwa anak-anak yang kesulitan memahami emosi, juga berpotensi lebih sulit mengenali musik dengan emosi menakutkan.
Namun ternyata lewat penelitian terbaru ini, Paz menemukan hasil yang berbanding terbalik karena anak-anak yang dinilai kurang peka terhadap emosi itu ternyata sama baiknya dalam mengenali rasa takut. Hal itu menunjukkan bahwa musik memiliki potensi yang tepat untuk pengenalan emosi.
Paz memandang, musik menjadi salah satu solusi alternatif bagi anak-anak mengenal emosi dibandingkan memahaminya lewat ekspresi wajah atau isyarat visual lainnya.
Meski demikian, studi ini masih terbatas karena dilakukan pada sampel komunitas anak-anak dengan tingkat pengenalan emosi yang rendah. Para peneliti mencatat mereka akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk anak-anak yang dirujuk dari klinik dengan kondisi kesulitan memahami emosi.
Salah satu yang ingin diungkap peneliti di studi selanjutnya tersebut adalah faktor-faktor apa yang menjelaskan perbedaan kemampuan anak-anak mengidentifikasi emosi dalam musik.
"Kami bersemangat untuk terus menggunakan musik sebagai paradigma, baik untuk memahami mekanisme yang mendasarinya maupun sebagai target pengobatan," ujar Waller.
Ia juga menambahkan musik bisa sangat menggugah, yang mungkin sangat bermanfaat bagi subkelompok anak-anak.