c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

20 September 2025

13:59 WIB

Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan Dengan Teknik Nudging

Teknik nudging dalam konteks kampanye lingkungan berarti serangkaian 'dorongan halus' yang bersifat bebas atau tak memaksa, untuk mendorong seseorang mewujudkan perilaku sadar lingkungan.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan Dengan Teknik <em>Nudging</em></p>
<p>Mempromosikan Gaya Hidup Berkelanjutan Dengan Teknik <em>Nudging</em></p>

Ilustrasi penggunaan tote bag untuk mengurangi penggunaan plastik di kehidupan sehari-hari. Unsplash.

JAKARTA - Anak muda masa kini semakin sadar lingkungan,  Bahkan banyak yang telah ikut aktif menyuarakan berbagai isu lingkungan dan pentingnya menjaga keberlanjutan melalui media sosial mereka.

Hanya saja, terkadang pengetahuan dan kesadaran untuk berbagi informasi di media sosial tersebut tak berjalan lurus dengan praktek di dunia nyata. Masih ada kesenjangan antara kesadaran dan aksi nyata. Bukan rahasia, memang lebih mudah berkata-kata daripada mewujudkan perkataan tersebut.

Karena itu, perlu upaya lebih dari para pegiat lingkungan demi mendorong adaptasi kebiasaan berkelanjutan atau sadar lingkungan lebih luas. Salah satu caranya yakni yaitu dengan menerapkan teknik nudging atau dorongan halus.

Nudging dinilai bisa menjadi kunci untuk menjembatani hal tersebut, menurut Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof Lilik Noor Yuliati. Ia menjelaskan bahwa setidaknya ada enam teknik nudging yang relevan untuk mendorong perilaku konsumsi berkelanjutan pada anak muda, terutama Gen Z dengan realitas digitalnya.

Pertama, referent point dan evoked set, yaitu menyisipkan produk ramah lingkungan ke dalam pilihan yang sudah akrab di keseharian mereka.

"Misalnya di restoran, dengan tidak otomatis memberikan sedotan kecuali diminta atau menyediakan porsi kecil agar tidak tersisa. Di sektor transportasi, aplikasi perjalanan dapat mengatur opsi transportasi umum atau sepeda sebagai pilihan utama sebelum kendaraan pribadi," terangnya. dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, beberapa waktu lalu.

Teknik nudging yang kedua adalah komunikasi dan norma sosial, yakni dengan menekankan bahwa mayoritas orang telah memilih perilaku ramah lingkungan. Dengan begitu, tercipta tekanan sosial positif yang mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama.

Baca juga: Langkah Sederhana Wujudkan Rumah Ramah Lingkungan

Ketiga penggunaan bahasa asing. Menurut Lilik, cara ini akan memberi kesan modern, inovatif, dan menarik. Sesuatu yang cenderung akan lebih menarik buat kalangan Gen Z yang sangat familiar dengan penggunaan bahasa Inggris di kesehariannya.

"Lalu, kita juga bisa menerapkan default option, yakni menjadikan opsi ramah lingkungan sebagai pilihan otomatis, kecuali konsumen muda memilih alternatif lain,” jelas Lilik menjelaskan tips bagi pihak penyedia layanan.

Teknik keempat adalah dengan memberikan feedback (umpan balik). Keluarga, teman atau kakak, bisa memberikan 'apresiasi' berupa informasi langsung mengenai dampak positif tindakan mereka seperti jumlah emisi yang berhasil dihemat.

Dan teknik terakhir, priming contextual, yaitu menghadirkan visual, warna, atau kata-kata yang secara tidak sadar mendorong individu memilih opsi yang lebih bertanggung jawab.

Baca juga: Tiga Cara Mudah Memulai Gaya Hidup Berkelanjutan

Setelah memahami bahwa seseorang merespons strategi yang halus dan emosional lewat pendekatan nudging, Lilik juga menekankan pentingnya media sosial untuk mendukung nudging. Nudging untuk menyusun ulang pilihan, sementara media sosial bertujuan membentuk norma dan identitas, terutama di kalangan Gen Z selaku "anak kandung" era digital.

"Keduanya sama-sama bekerja pada sistem satu pada otak manusia, yakni membuat perubahan perilaku terasa spontan, menyenangkan, dan sesuai dengan nilai yang diyakini Gen Z," jelasnya.

Selain memadukan nudging dengan pendekatan berbasis media sosial, Lilik juga menyoroti pentingnya mengemas pesan keberlanjutan dengan cara yang relevan agar tidak terkesan menggurui

Lilik menyarankan pembuatan tantangan visual yang mudah ditiru, penggunaan kreator autentik, narasi positif dan aspiratif, serta pembentukan komunitas digital. Strategi tersebut, diyakininya dapat membuat keberlanjutan hadir sebagai gaya hidup keren dan inspiratif, bukan sekadar kewajiban.

"Dorongan halus ini mungkin terlihat sederhana, tetapi dapat membentuk kebiasaan baru yang lebih ramah lingkungan. Bila diterapkan lintas sektor dari rumah tangga, bisnis, hingga kebijakan pemerintah akan mempercepat transisi menuju konsumsi berkelanjutan," pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar