15 Mei 2023
13:58 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Masih dalam atmosfer suasana KTT ASEAN 2023, sorotan terhadap Labuan Bajo juga masih terasa. Pasalnya, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur menawarkan banyak pilihan destinasi wisata kepada pengunjung, tidak sebatas keindahan gunung dan pantainya yang memesona saja.
Nah, selain berkunjung ke pantai dan gunung yang ada di Labuan Bajo, kalian bisa mencoba jajaki salah satu destinasi wisata gua-nya yang bernama Gua Batu Cermin.
Dilansir dari laman Gotravela Indonesia, gua ini memiliki kelebihan di mana saat memasuki gua, kita akan disuguhkan dengan keindahan sinar matahari yang menyusup masuk ke dalam celah-celah gua.
Sinar inilah yang kemudian dipantulkan ke dinding seperti cahaya yang memantul ke cermin. Dinding yang bisa memantulkan cahaya seperti cermin tersebut disebabkan karena dinding gua yang mengandung banyak garam. Dari sanalah nama Gua Batu Cermin berasal.
Baca juga: Menjelajah Ke Gua Vertikal Terdalam Di Indonesia, Gua Hatusaka
Gua Batu Cermin pertama kali ditemukan pada 1951 oleh seorang Archaeology juga Pastor Belanda bernama Theodore Verhoven.
Dahulunya, gua ini berada di bawah permukaan laut yang kemudian muncul ke darat karena menyurutnya air laut. Tak heran, jika kalian bisa menemukan fosil binatang laut dalam gua ini.
Dengan kedalaman hingga 20 meter, dan rentang variasi ketinggian batu di dalam gua yang mencapai 75 meter, Gua Batu Cermin menjadi salah satu destinasi yang belakangan menjadi favorit di Labuan Bajo.
Uniknya, banyak wisatawan yang datang ke Gua Batu Cermin karena ingin membuktikan bahwa apakah benar dindingnya memantulkan cahaya seperti cermin.
Baca juga: Gua Limbuhang Dan Kolam Alami Yang Instagramable
Untuk mendapatkan pantulan cahaya matahari yang sempurna, berkunjunglah di waktu terbaiknya antara pukul 9 pagi hingga 12 siang. Selain cahaya yang mantap, pada jam-jam tersebut juga berbagai fosil yang ada pada dinding gua lebih terlihat.
Layaknya konstruksi gua, di Gua Batu Cermin kita pun bisa menemukan hasil endapan stalakmit dan stalaktit yang khas.
Terlepas dari semua keindahannya tersebut, wisata gua yang masih menjadi salah satu wisata langka di Indonesia, menuntut pengunjung untuk lebih berhati-hati saat berkunjung. Pasalnya, banyak celah sempit yang memungkinkan terjadinya kecelakaan jika pengunjung kurang waspada.
Hal inilah yang kemudian membuat adanya pembatasan jumlah pengunjung jika masuk ke dalam gua. Sekali tur akan memakan waktu sekitar 30 menit dan diperuntukkan bagi 10 pengunjung.