16 September 2021
14:02 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Tubuh yang sehat bukan hanya sekadar tidak mengindikasikan sakit. Tubuh yang sehat adalah tubuh yang mencapai kondisi optimal secara menyeluruh, secara mental, fisik, serta produktif.
Untuk mencapai kondisi tubuh sehat, tiap-tiap orang perlu menjalani rutinitas hidup yang baik pula. Salah satunya yaitu melalui aktivitas olahraga, baik ringan, sedang maupun olahraga berat. Aktivitas olahraga tersebut haruslah dikelola dengan baik dan benar agar mencapai hasil yang maksimal.
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage menjelaskan, olahraga yang baik dan benar bukan sekadar aktivitas fisik yang mengeluarkan keringat tubuh. Namun, olahraga yang memiliki frekuensi, intensitas, durasi serta tipe yang sesuai untuk masing-masing orang.
Ia menjelaskan, keempat aspek itu harus bisa diukur dalam tiap jenis aktivitas fisik seseorang, sehingga bisa dikatakan sebagai olahraga yang baik dan benar.
Ia mencontohkan olahraga lari. Menurut Sophia, lari yang baik bagi masyarakat secara umum adalah olahraga dengan intensitas sedang, dengan frekuensi 3-5 kali seminggu. Serta dengan durasi aman yaitu sekitar 30 menit.
“Intensitasnya sedang. Cara ngukurnya paling gampang ketika olahraga, masih dapat bicara 1-2 kalimat dalam satu napas. Kalau nggak bisa, artinya intensitasnya terlalu tinggi. Kalau masih bisa ghibah, artinya itu rendah,” ungkap Sophia dalam sesi bincang-bincang bertajuk "Budayakan Olahraga, Ciptakan Hidup Sehat dan Bahagia" yang digelar DPMPTSP DKI Jakarta, beberapa waktu lalu.
Selain frekuensi, intensitas dan durasi, hal lainnya yang juga perlu diperhatikan yakni tipe olahraga yang dijalankan. Sophia menyarankan untuk mengombinasikan beberapa jenis olahraga.
Misalnya, olahraga lari dan sepeda yang merupakan olahraga aerobik, bisa dikombinasikan dengan olahraga untuk kekuatan otot, seperti push up, sit up, dan lain-lain. Tujuannya agar bisa memberikan manfaat yang menyeluruh terhadap tubuh.
“Jadi pengaturannya contoh, hari Senin, Rabu, dan Jumat itu untuk olahraga lari dan gowes. Lalu Selasa dan Kamis misalnya bisa untuk latihan kekuatan otot sederhana semisal push up, dan lain-lain,” ujarnya.
Membangun motivasi olahraga
Motivasi diri adalah bagian paling sulit untuk terbiasa hidup dengan olahraga teratur. Maka, akali persoalan ini dengan hal lainnya.
Dalam hal ini Sophia menyarankan agar seseorang mencari teman untuk melakukan olaharaga bersama-sama. Dengan adanya teman, maka akan terjadi kebiasaan saling memotivasi karena berada dalam satu misi yang sama.
“Cari teman satu saja cukup. Gak usah ketemuan, tapi bisa virtual, bikin laporan, ‘eh hari ini aku uda lari’, jadi bisa saling memotivasi, bisa juga olahraga bareng di rumah via Zoom,” tutur Sophia.
Ketika baru memulai olahraga, seseorang juga harus mengetahui kemampuan tubuhnya sendiri. Aktivitas olahraga bisa dimulai dari yang sederhana dan dengan intensitas ringan, lalu secara bertahap ditingkatkan ke level sedang ataupun berat jika diperlukan.
“Yang penting konsisten nyaman dulu, baru tingkatkan frekuensinya. Lalu ketika misalnya ada rasa tak nyaman, misalnya pegal-pegal luar pada tubuh, jangan dipaksakan, istirahat dulu, jangan lupa istirahat adalah bagian dari proses,” pesannya.