10 Januari 2023
11:13 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Soedjatmoko dikenal sebagai intelektual, diplomat, juga politikus Indonesia. Sosoknya tak terlalu populer, namun banyak dibicarakan kalangan intelektual Indonesia.
Soedjatmoko yang meninggal dunia pada 1989, telah berkiprah sebagai intelektual bangsa sejak era awal kemerdekaan.
Kiprah Soedjatmoko dalam arena pemikiran dan kebudayaan Indonesia terwujud dalam tulisan-tulisan, ceramah-ceramah di berbagai forum nasional dan internasional, hingga perannya sebagai politisi hingga diplomat di luar negeri. Termasuk, sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (1968-1971).
Gagasan-gagasan Soedjatmoko mengenai masyarakat, alam atau lingkungan hidup, ilmu dan teknologi, serta pergaulan antar bangsa, disampaikan dengan fasih lewat tulisan maupun ceramah-ceramah.
Sebagai pemikir, Soedjatmoko seolah mendahului zamannya, menangkap pertanda zaman dan lantas mengembangkannya dalam pemikiran-pemikiran yang bernas.
Pemilik nama lahir Soedjatmoko Mangoendiningrat ini berasal dari Sumatra Barat. Ia adalah ipar dari Sutan Syahrir, salah satu tokoh pusat dalam peristiwa kemerdekaan Indonesia.
Tumbuh di lingkungan intelektual membuat sosoknya begitu tertarik dengan dunia pemikiran dan pergerakan.
Pengembaraan intelektual Soedjatmoko meluas tidak hanya di Indonesia. Pada 1947, ia ditunjuk sebagai delegasi untuk Indonesia di markas PBB, Amerika Serikat.
Dari situ, perjalanan Soedjatmoko sebagai diplomat sekaligus intelektual terus berkembang. Mulai dari bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C, terlibat dalam berbagai perdebatan antarbangsa, hingga mencari ilham politik ke berbagai negara.
Era 1950-an, Soedjatmoko menjadi sosok di balik pendirian sejumlah harian, seperti Pedoman hingga jurnal Konfrontasi. Ia juga aktif sebagai anggota dari Partai Sosialis Indonesia, sebelum kemudian kembali ke AS sebagai akademisi, menjadi dosen di Cornell University.
Perjalanan Soedjatmoko bersentuhan dengan banyak gerakan intelektual global. Ia bekerja untuk perguruan tinggi maupun organisasi sosial dunia. Hingga di penghujung hidupnya, Soedjatmoko berkiprah sebagai rektor di Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jepang.
Perjalanan panjang serta kiprah di berbagai bidang itulah yang dibentangkan kembali hari ini lewat sebuah pameran arsip. Pameran bertajuk “Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” ini menampilkan berbagai medium arsip seputar aktivitas dan gagasan Soedjatmoko.
Pihak keluarga menyimpan banyak arsip berupa dokumen, foto, surat/korespondensi, dan arsip lainnya yang menjadi sumber sajian dalam pameran ini, terutama arsip yang dikelola oleh Ratmini Gandasubrata, istri Soedjatmoko.
Arsip-arsip itu sebelumnya juga telah disajikan dalam bentuk website yang bisa diakses publik di www.membacasoedjatmoko.com.
Putri Soedjatmoko, Kamala Chandrakirana, yang aktif terlibat dalam program pameran mengatakan, pameran ini untuk membaca dan melihat kembali bagaimana seorang intelektual hadir, tumbuh, dan mencurahkan pikirannya untuk sebuah bangsa.
“Pameran ini merupakan penutup atas rangkaian kegiatan selama satu tahun, sejak 10 Januari 2022 lalu, memperingati 100 tahun Soedjatmoko dengan cara membaca gagasan- gagasannya dalam konteks hari ini dan ke depan,” ungkap Kamala, dikutip dari siaran pers, Selasa (10/1).
Dengan bersumber pada arsip-arsip yang disimpan-rawat oleh oleh keluarga Soedjatmoko, rangkaian pameran hingga diskusi publik yang menyertai, sekaligus juga hendak menyampaikan bahwa catatan catatan kecil dan ingatan-ingatan personal yang dirawat secara telaten oleh orang- orang yang berada di sekitar tokoh cukup penting sebagai sumber rujukan sejarah.
Pameran ini dikuratori oleh pegiat arsip Esha Tegar Putra dan Kelana Wisnu. Selain pameran arsip, pameran ini menampilkan karya respons dari Danya Adhalia, Banu Karim, Samitra Burgess, dan Liam Burgess.
Pameran “Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” ini diselenggarakan pada 10-14 Januari 2023 di Soedjatmoko di Menteng, Jakarta Pusat.
Sepanjang pameran, serangkaian diskusi publik akan digelar untuk mendalami Soedjatmoko, hingga pemutaran film “Soedjatmoko: Jejak Akar Kultural Leluhur”.
Pameran “Membaca Soedjatmoko dari Rumah dan Ingatan” dibuka untuk umum dengan pembatasan kuota. Bagi yang ingin datang, bisa mengakses tiket gratis melalui platform Loket.com.