04 November 2025
20:25 WIB
Memahami Karakteristik Spatula Yang Aman Untuk Memasak
Lakukan uji sederhana untuk mengidentifikasi mana spatula yang silikon murni dan mana yang bercampur plastik dengan menekuk spatula. Jika muncul warna putih atau retak, berarti ada campuran plastik.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi alat memasak, spatula atau sodet. Sumber foto: Freepik/fabrikasimf.
JAKARTA - Spatula atau yang juga dikenal sebagai sodet, sutil atau nama lainnya, merupakan alat masak yang hampir pasti ada di setiap rumah. Digunakan untuk membalik atau mengambil makanan yang sedang di masak di wajan, alat ini mungkin terkesan sederhana. Tetapi di balik itu ada pengaruh penting dari alat ini bagi kesehatan.
Setidaknya itu bisa terjadi jika salah memilih spatula yang terbuat dari bahan berbahaya. Sebab di pasaran saat ini, ada berbagai macam spatula berdasarkan bahan pembuatnya. Mulai dari plastik, silikon, logam hingga kayu.
Dijelaskan oleh Ahli Biomedik IPB University, Benedikta Diah Saraswati, SSi, MBiomed, bahan spatula dari plastik itulah yang paling berbahaya buat kesehatan. Sebab berpotensi mengalami degradasi termal ketika terkena panas.
"Ikatan kimia di dalam polimer bisa terurai dan melepaskan senyawa berbahaya ke makanan," ungkap Benedikta Diah dilansir dari laman resmi IPB University, Selasa (4/11).
Sejumlah senyawa berbahaya sangat mungkin muncul ketika proses degradasi termal itu terjadi. Antara lain senyawa Bisphenol A (BPA), ftalat, formaldehida atau amina aromatik. Dua senyawa pertama yang disebutkan (BPA dan ftalat) termasuk dalam bagian endocrine disruptor, atau zat yang bisa mengganggu kerja hormon tubuh, terutama hormon estrogen.
"Paparan jangka panjang dapat memicu gangguan kesuburan, resistensi insulin, masalah perkembangan janin, hingga risiko kanker," ungkap Diah.
Selain dampak senyawa tersebut, Diah juga memperingatkan bahaya penggunaan sodet plastik yang mulai meleleh. Karena saat plastik meleleh, ikatan polimernya terurai dan melepaskan monomer sisa seperti styrene, ethylene, dan propylene. Senyawa ini bersifat neurotoksik dan hepatotoksik, bahkan berpotensi karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.
Selain itu, gesekan dan panas dari sodet berbahan plastik dapat melepaskan partikel mikroplastik yang kemudian tertelan bersama makanan. Partikel ini bisa menembus dinding usus, masuk ke aliran darah, dan mengendap di jaringan tubuh. Dan akhirnya bisa menimbulkan stres oksidatif dan peradangan kronik.
"Kondisi ini dapat memicu kerusakan sel, gangguan imun, hingga penyakit metabolik," jelasnya.
Bahan Spatula yang Aman
Sebagai pengganti spatula berbahan plastik yang hampir pasti tidak aman digunakan, Diah merekomendasikan penggunaan spatula dari bahan silikon food-grade. Karena silikon tersusun dari rantai silika yang stabil secara kimia, tahan panas hingga sekitar 250°C dan tidak mengandung BPA, ftalat, maupun PVC.
"Karena sifatnya inert, silikon tidak mudah bereaksi dengan minyak atau asam makanan," paparnya.
Jenis yang paling direkomendasikan adalah platinum-cured silicone, yaitu silikon yang diproses menggunakan katalis platinum sehingga hasilnya lebih murni dan tahan panas. Silikon yang murni ini dipastikan tidak memicu stres oksidatif atau gangguan hormonal, sehingga aman digunakan dalam jangka panjang.
Namun Diah juga menekankan agar masyarakat waspada pada produk spatula berbahan silikon yang dijual murah. Karena sering kali produk tersebut bukan terbuat dari silikon murni, namun sudah dicampur bahan plastik. Karena campuran plastik tersebut, bahaya bisa sama dengan silikon berbahan plastik murni.
Baca juga: Penting Memilah Dan Jaga Higenitas Peralatan Dapur Untuk Kesehatan
Diah menegaskan, selain dari harga, ciri-ciri spatula berbahan campuran silikon dan plastik itu bisa dilihat dari perubahan warna ketika digunakan memasak. Jika silikon mudah berubah warna, terlalu murah, atau berbau kimia menyengat, kemungkinan besar mengandung campuran plastik.
Pengguna juga dapat melakukan uji sederhana. Tekuk sodet silikon. Jika muncul warna putih atau retak, berarti ada campuran plastik.
"Silikon murni tidak berubah warna," tegasnya.
Selain silikon, Diah juga merekomendasikan penggunaan spatula berbahan kayu dan bambu. Karena terbuat dari bahan alami, spatula dari bahan inni bukan hanya tidak menghadirkan bahaya senyawa kimia, bahkan sebaliknya memiliki sifat antimikroba alami.
Adapun penggunaan stainless steel yang banyak jadi pilihan Ibu rumah tangga saat ini, dinilai Diah cukup aman, cocok untuk memasak pada suhu tinggi. Tetapi Diah memberikan catatan agar sebaiknya tidak digunakan pada wajan anti lengket.
Untuk dapur rumah tangga, Diah menyarankan sebaiknya mengkombinasikan penggunaan spatula silikon food-grade untuk wajan anti lengket dan sodet kayu untuk masakan bersuhu sedang, dan spatula stainless steel pada suhu panas.
"Itu adalah pilihan paling aman dan ideal," tuturnya.
Agar aman, Diah juga menyarankan memilih sodet yang bertanda 'BPA-free', 'Phthalate-free', atau 'Platinum-cured silicone'.