c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

24 Agustus 2022

09:33 WIB

Melirik Ilusi Optik Tulus Warsito Dalam Pameran “Dimensions”

Tak hanya lukisan di atas kanvas, Tulus Warsito juga menghadirkan karya "lukisan di atas metal".

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Melirik Ilusi Optik Tulus Warsito Dalam Pameran “Dimensions”
Melirik Ilusi Optik Tulus Warsito Dalam Pameran “Dimensions”
Tulus Warsito bersama lukisannya, dalam pameran “Dimensions” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa (23/8). Dok: Validnews/ Andesta

JAKARTA - Tulus Warsito menggandeng Galeri Nasional Indonesia untuk menggelar pameran tunggal bertajuk “Dimensions”. Pameran ini menampilkan 50 karya seni rupa yang dibuat Tulus pada periode 2017-2022.

Tajuk “Dimensions” sekaligus menjadi kata kunci untuk pembacaan karya-karya Tulus dalam pameran ini. Melanjutkan kecenderungan artistiknya sejak lama, Tulus tampil dengan permainan warna, tekstur dan garis-garis yang melahirkan lapisan-lapisan ruang pada karya dua dimensinya.

Karya “Trip To The Sun” (2020, acrylic di atas kanvas 150x150 cm) menghadirkan bidang berwarna merah pekat yang membentang, kemudian dua bidang vertikal dengan warna coklat yang tampak menjulang. Kemudian diimbuhi dengan garis-garis abstrak yang melengkung, dengan bayang-bayang gelap di bawah garis-garis tersebut.

Secara makna visual, lukisan tersebut bisa menjadi apa saja, semisal tentang upaya manusia untuk mengaktualisasi diri yang harus berhadapan dengan jalan mendaki dan curam yang harus dilaluinya.

Sementara secara artistik, lukisan ini mengeksplorasi kemungkinan ruang-ruang dimensional yang bisa terbentuk dari permainan warna, serta permainan garis dengan bayang-bayang yang dihadirkan. Seolah ada wujud tiga dimensional, namun sebenarnya hanyalah lukisan (dua dimensi).

Bermain-main dengan ilusi ruang, tampaknya menjadi ciri dari karya-karya Tulus. Sebagaimana diungkapkan kurator Suwarno Wisetrotomo dalam catatan kuratorialnya. Bahwa Tulus dalam berkarya memainkan logika dimensional yang saling bertabrakan.

Pada karya “Tele Conference (2020, lukisan di atas kanvas, 150x250 cm), hadir bidang luas berwarna orange, lalu bidang kotak-kotak yang tidak presisi dan kabur, diimbuhi garis-garis melayang dan tekstur titik-titik dengan bayangan gelap di bawahnya.

Dalam pandangan Suwarno, lukisan tersebut memicu ingatan tentang komunikasi jarak jauh, juga konsep telepati dalam kultur tradisional.

“Elemen-elemen visual berikut komposisi yang dibangun mencitrakan situasi yang ‘jauh’ namun ‘padat’ penuh persilangan gelombang berisi percakapan atau bahkan perdebatan,” jelas Suwarno.

Atau pada karya “Distancing” (2020, akrilik di atas kanvas, 150x250 cm) yang menampilkan bidang luas berwarna biru langit, dua bidang bulat kehijauan di pojok atas, lalu imbuhan garis-garis yang kesemuanya meninggalkan jejak bayangan, yang artinya lagi-lagi berusaha membentuk perspektif visual berlapis.

Kekosongan sekaligus kehadiran perspektif berlapis pada karya ini seolah hendak berbicara tentang kesunyian, sekaligus juga ruang-ruang manusia bersembunyi, hilang dari keramaian sehari-hari.

“Dominasi warna biru dengan sedikit sentuhan bidang dan goresan, menguatkan pesan serta citra kesunyian untuk laku asketik,” lanjut Suwarno.

Yang juga menarik perhatian pada pameran kali ini adalah karya-karya Tulus yang memanfaatkan media metal. Belasan karya yang disebut Tulus sebagai “lukisan di atas metal”, menghadirkan media yang dibentuk sedemikian rupa, dan diberi lukisan pada bidang-bidangnya.

Lewat karya-karya ini, permainan optikal yang dihadirkan Tulus terasa lebih kentara. Karya-karyanya dilukis di lembaran logam, di mana perpaduan antara bentuk logam dan imbuhan lukisan di bidangnya, memberi pencitraan yang berlapis dan memanjakan mata dan pikiran.

Karya  “Morning Coffe” (2019, akrilik di atas metal, 60x50 cm) misalnya, memberikan perspektif tiga dimensi yang kuat, hanya dari bidang datar. Citra seseorang tengah duduk di bangku panjang, dengan gelas kopi yang mengepulkan asap di sampingnya.

Perspektif tiga dimensi karya ini terbentuk oleh permainan garis dan imbuhan bayangan yang dilukis, sehingga melihatnya, seolah sebuah karya instalasi atau patung yang sedang dipajang dalam ruangan.

Karya lainnya yaitu “Sensing” (2022, akrilik di atas metal, 70 x 50 cm). Karya ini bermain perspektif lewat warna, di mana kontras warna dipertemukan untuk membentuk visualisasi ruang atau bidang tiga dimensi.

Suwarno menyebut bahwa karya-karya Tulus ini secara progresif telah menghadirkan ‘gangguan’ pemahaman terhadap jenis karya, antara lukisan dan patung, serta membuka peninjauan kembali tentang batas-batas antara dua dimensional dan tiga dimensional dalam seni rupa.

Dari 50 karya yang dipamerkan dalam “Dimensions”, sebanyak 36 di antaranya merupakan karya lukisan di atas kanvas. Sementara 14 sisanya merupakan karya lukisan di atas medium metal.

Menjumput Konsep Wayang

Tulus Warsito berkesempatan mempresentasikan karyanya dalam pembukaan pameran pada Selasa (23/8), di Galeri Nasional, Jakarta. Ia menyebutkan bahwa permainan bayang-bayang yang menciptakan perspektif berlapis pada karyanya, mengambil inspirasi dari kesenian tradisional Jawa, yaitu wayang.

“Inspirasinya dari filosofi wayang dalam konteks bayang-bayang. Perbedaanya dengan wayang adalah wayang bergerak, ini dia diam,” ungkap Tulus.

Konsep permainan Tulus tentunya banyak berbeda dari wayang. Wayang dalam medium yang digerakkan, sementara lukisannya medium yang tak bergerak. Dalam hal ini Tulus memandang adanya kesulitan yang lebih besar dalam membentuk citra tiga dimensi pada medium yang diam, dibandingikan yang bergerak.

Maka itu, Tulus mengeksplorasi berbagai kemungkinan di dalam karya-karyanya. Setidaknya ada tiga cara yang dilakukannya untuk mencipta citra yang dimaksud, yaitu bermain dengan garis-garis, dengan titik-titik dan serta permainan kontras warna.

“Salah satu jurus, salah satu cara untuk menciptakan dimensi adalah menabrakkan kontrasnya warna. Jadi di situ menunjukkan bahwa warna pun  ada yang bisa bertemu, ada yang nggak bisa bertemu,” kata Tulus.

“Bermain garis-garis, bermain sudut-sudut, itu juga sangat membantu menciptakan perbedaan ruang,” imbuhnya.

Sebagai informasi, pameran tunggal lukisan karya Tulus Warsito “Dimensions” berlangsung pada 24 Agustus hingga 23 September mendatang. Pameran ini tepatnya berada di Gedung D Galeri Nasional, dan dapat dikunjungi setiap hari operasional mulai pukul 10.00-19.00 WIB. Untuk berkunjung, Anda perlu melakukan registrasi daring melalui gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar