c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

17 November 2023

18:44 WIB

Melihat Potensi Risiko Inovasi Wolbachia Dalam Pengendalian DBD

Pendekatan intracellular bakterium wolbachia ini tetap memiliki potensi berdampak terhadap biodiversitas lokal, mencakup disrupsi ekologi dan risiko lainnya.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

Melihat Potensi Risiko Inovasi Wolbachia Dalam Pengendalian DBD
Melihat Potensi Risiko Inovasi Wolbachia Dalam Pengendalian DBD
Ilustrasi nyamuk. Unsplash

JAKARTA - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman kesehatan secara global. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami nyeri hebat, bahkan seluruh tulang dan persendian seakan-akan terasa patah. Jika tidak ditangani dengan baik, demam berdarah bisa menyebabkan komplikasi yang cukup parah, bahkan berpotensi menyebabkan kematian.

Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk mengurangi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dengan inovasi teknologi wolbachia. Wolbachia adalah jenis bakteri intraseluler yang umumnya ditemukan pada artropoda seperti nyamuk.

Wolbachia diyakini dapat mengurangi kemampuan nyamuk untuk mentransmisikan virus tersebut. Inovasi teknologi tersebut mendapat respons dari Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman.

Menurutnya, pendekatan intracellular bakterium wolbachia ini merupakan salah satu strategi pengendalian nyamuk yang menggunakan modifikasi genetik.

"Yang artinya ketika menerapkan strategi ini kita perlu sangat berhati-hati. Karena secara umum sampai saat ini bahkan pengetahuan, riset, data ini belum lengkap," ujar Budiman kepada Validnews pada Jumat (17/11).

Dia menambahkan bahwa perlu diketahui bahwa strategi ini memiliki potensi berdampak terhadap biodiversitas lokal, mencakup disrupsi ekologi dan risiko lainnya.

Budiman mengatakan bahwa di Indonesia, surveilans terhadap faktor-faktor ini hampir tidak ada atau sangat minim, sehingga memerlukan alat ukur monitoring dalam pelaksanaan riset.

Budiman menegaskan bahwa hingga saat ini debat secara global tidak sepenuhnya mendukung riset semacam ini. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran biosafety yang belum dapat diatasi secara memadai, ditambah dengan isu potensial seleksi dan escape mutasi virus.

"Jadi, ada potensi mutasi virusnya yang perlu diingat. Dalam konteks pengendalian nyamuk dan penyakit arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk atau dikenal sebagai mosquito borne arboviral disease merupakan ancaman kesehatan global, terdapat peran-peran yang tak dapat diabaikan. Ini saling terkait dan memiliki sifat yang sangat kompleks," paparnya.

Oleh karena itu, ia menerangkan bahwa riset terkait virus yang melibatkan nyamuk, manusia, dan lingkungan, penting untuk mempertimbangkan setiap faktor secara menyeluruh untuk memahami dampaknya dengan baik.

Hal ini dapat memungkinkan analisis yang lebih akurat terhadap interaksi yang lebih kompleks dalam penyebaran dan penanganan penyakit.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar