c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

16 September 2025

19:04 WIB

Melihat Pola Makan Orangutan Hadapi Perubahan Lingkungan

Studi yang dipimpin Erin Vogel menunjukkan orangutan Kalimantan beradaptasi dengan perubahan lingkungan dengan penyesuaian pola makan dan penggunaan energi. 

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Melihat Pola Makan Orangutan Hadapi Perubahan Lingkungan</p>
<p>Melihat Pola Makan Orangutan Hadapi Perubahan Lingkungan</p>

Orangutan Borneo Kalimantan, Indonesia. Shutterstock/dok

JAKARTA - Secara fisiologis, orangutan memiliki banyak kesamaan dengan manusia, dengan sekitar 97% DNA yang hampir mirip. Kesamaan ini mencakup proses metabolisme, kebutuhan nutrisi, serta adaptasi fisiologis.

Dengan kesamaan yang dimiliki tersebut, manusia bisa mengambil banyak pelajaran dari apa yang dilakukan orangutan dalam kesehariannya. Khususnya, bagaimana orangutan memilih makanan dan menjalani pola hidup sehat.

Setidaknya, itu terbukti dari studi yang dilakukan tim peneliti internasional yang dipimpin ilmuwan dari Rutgers University, Amerika Serikat, Erin Vogel. Primata yang terancam punah ini terbukti mengungguli manusia modern dalam menghindari obesitas melalui pilihan makanan dan olahraga yang seimbang.

Para peneliti melaporkan temuan mereka, berdasarkan 15 tahun pengamatan langsung terhadap orangutan liar di Kawasan Konservasi Mawas, Kalimantan Tengah, Indonesia. Kawasan konservasi yang merupakan hutan rawa gambut dengan luas sekitar 764.000 hektar.

"Temuan ini menunjukkan bagaimana orangutan Kalimantan liar beradaptasi terhadap perubahan lingkungan mereka dengan menyesuaikan asupan nutrisi, perilaku, dan penggunaan energi," kata Vogel.

Lewat penelitiannya ini, Vogel menyoroti pentingnya memahami pola makan alami dan dampaknya terhadap kesehatan, baik bagi orangutan maupun manusia. Di mana dengan kesamaan proses fisiologis, orangutan dan manusia sebenarnya telah sama-sama menunjukkan fleksibilitas metabolisme.

Tetapi pola makan modern pada manusia terbukti dapat mengganggu keseimbangan, yang menyebabkan gangguan metabolisme seperti diabetes. Selain itu, manusia, terutama mereka yang memiliki gaya hidup malas, juga tidak menyesuaikan pengeluaran energi mereka agar sesuai dengan asupan kalori yang mereka dapat, hingga pada akhirnya menyebabkan penambahan berat badan dan masalah kesehatan terkait.

Sementara sebaliknya, orangutan dengan cerdas justru mampu mengurangi aktivitas fisik selama periode rendah buah untuk menghemat energi. Dalam temuan penelitian ini, orangutan ternyata mampu menghindari obesitas sebagai bagian dari respons terhadap fluktuasi signifikan ketersediaan buah di habitat alami mereka (baik dalam skala maupun durasi).

Tidak seperti manusia di budaya Barat yang memiliki akses konstan terhadap makanan berkalori tinggi, orangutan mengalami periode kelimpahan sekaligus kekurangan. Periode kekurangan dan rendahnya asupan kalori yang diakibatkannya, serupa dengan puasa intermiten manusia, dapat membantu menjaga kesehatan mereka dengan mengurangi stres oksidatif.

Selama periode kekurangan buah itu, orangutan menunjukkan fleksibilitas metabolisme, beralih menggunakan lemak tubuh dan protein otot yang tersimpan untuk energi. Hal ini memungkinkan mereka bertahan hidup saat makanan langka.

Di saat itu pula, orangutan menunjukkan kemampuan adaptasi perilaku, dengan mengurangi aktivitas fisik serta energi dan otot yang tersimpan untuk menghemat energi. Mereka lebih banyak beristirahat, tidur lebih awal, lebih jarang bepergian, dan menghabiskan lebih sedikit waktu dengan orangutan lain.

Fleksibilitas ini memungkinkan mereka menggunakan lemak tubuh dan protein sebagai bahan bakar saat dibutuhkan. Mereka membangun kembali cadangan lemak dan otot ketika ketersediaan buah tinggi.

"Intinya, penelitian tentang orangutan menggarisbawahi pentingnya keseimbangan pola makan dan fleksibilitas metabolisme, yang krusial untuk menjaga kesehatan orangutan dan manusia. Penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan modern, yang ditandai dengan tingginya konsumsi makanan olahan yang kaya gula dan lemak, dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme dan masalah kesehatan," kata Vogel.

Dalam studi sebelumnya, Vogel dan tim peneliti dari berbagai negara lainnya juga telah mampu membaca pola makan orangutan. Di mana orangutan ternyata lebih suka makan buah karena kaya karbohidrat.

Tetapi ketika buah langka, mereka beralih ke daun, kulit kayu, dan makanan lain yang dapat menyediakan lebih banyak protein tetapi lebih sedikit karbohidrat manis. Saat buah tersedia dalam jumlah besar, orangutan tetap mengkonsumsi protein tetapi mendapatkan sebagian besar energinya dari karbohidrat dan lemak dalam buah.

"Kami ingin mengetahui bagaimana tubuh mereka menangani perubahan ini. Kami menguji bagaimana ketersediaan buah mempengaruhi pola makan mereka dan bagaimana tubuh mereka beradaptasi untuk menghindari ketidakseimbangan energi. Kami mengamati bagaimana mereka beralih di antara berbagai jenis bahan bakar – seperti lemak dan protein – ketika ketersediaan makanan yang disukai berubah," terangnya.



KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar