21 Maret 2025
19:38 WIB
Masih Ada 1,3 Juta Anak Indonesia Nol Imunisasi
Alasan terbesar pertama yakni keluarga enggak memberikan izin. Kedua, khawatir ada efek simpang, Ketiga, lupa jadwal imunisasi dan imunisasi tidak penting
Ilustrasi. Petugas memberi vaksin polio kepada pelajar SDN 43 seusai pencanangan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Banda Aceh, Aceh, Senin (5/12/2022). Antara/ Irwansyah Putra
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti 1,3 juta anak di Indonesia yang masih nol dosis imunisasi atau sama sekali belum mendapatkan vaksin, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu.
"Berdasarkan data kami, dari tahun 2019-2023 jumlah anak yang belum imunisasi yang kita ukur dari imunisasi DPT-HB-HIB pertama, jumlahnya 1,3 juta anak, menempatkan Indonesia di peringkat keenam negara di dunia dengan anak zero dose tertinggi," kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Prima Yosephine di Jakarta, Jumat (21/3).
Menurutnya, imunisasi menjadi kunci pelayanan kesehatan primer di Indonesia, namun dengan luasnya jangkauan imunisasi ternyata belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat dengan berbagai alasan.
"Dari survei Kemenkes dan UNICEF di tahun 2023 yang lalu, ada beberapa alasan mengapa orang tua tidak membawa anaknya imunisasi. Alasan terbesar pertama yakni keluarga enggak memberikan izin. Kedua, khawatir ada efek simpang (efek yang terjadi di luar masa uji klinis). Ketiga, lupa jadwal imunisasi, dan imunisasi tidak penting," ujar dia.
Ia menegaskan, apabila jumlah anak yang tidak diimunisasi semakin banyak, maka jika mereka berkumpul di suatu tempat dapat berisiko menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit-penyakit yang sebetulnya dapat dicegah dengan imunisasi.
"Misalnya KLB polio yang masih kita temui di beberapa daerah pada tahun 2024 lalu. Oleh karena itu memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap di usia ideal menjadi sangat penting," ucapnya.
Ia mengutarakan, Kemenkes juga memiliki target untuk menekan jumlah anak yang tidak diimunisasi atau zero dose sebesar 25% pada tahun 2025 dan 50% pada tahun 2030. "Imunisasi ini menjadi kunci pelayanan kesehatan primer yang dapat memberikan perlindungan pada seluruh siklus kehidupan," tuturnya.
Pada tahun 2025 Kemenkes bersama Organisasi PBB Bidang Program Pembangunan (UNDP) dan berbagai mitra menyelenggarakan Pekan Imunisasi Dunia yang sudah dimulai sejak hari ini hingga April 2025 mendatang dengan tema "Ayo, lengkapi imunisasi generasi sehat menuju Indonesia Emas," serunya.
Sebelum Mudik
Kemenkes sendii menyarankan agar orang tua memastikan anak sudah imunisasi lengkap sebelum mudik untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan tidak terserang penyakit menular, misalnya di daerah yang terdapat kejadian luar biasa (KLB) polio.
"Imunisasi itu individualnya harus lengkap. Karena ketika dia berada di satu daerah yang sebagian besar anaknya sudah imunisasi lengkap, sedangkan dia tidak mendapat imunisasi, mungkin nanti dia selamat, dia tidak kena penyakit itu, tetapi tetap dia tidak punya perlindungan yang spesifik di badannya," beber Prima.
Ia menegaskan, ketika anak diajak pergi ke daerah yang sebagian besar anaknya belum imunisasi, akan rentan terkena penyakit. "Ketika anak itu pergi keluar dari daerahnya ke daerah yang ternyata sebagian besar anaknya tidak ada imunisasi dan ada orang sakit di situ, mudah sekali terkena penyakit, karena dirinya sesungguhnya tidak punya imunitas juga," ujar dia.
Menurutnya, apabila ada orang tua yang menyebutkan, anaknya baik-baik saja meski tanpa imunisasi, besar kemungkinan di wilayahnya sebagian besar anak sudah melakukan imunisasi, sehingga terbentuk kekebalan.
"Itu kenapa kita selalu bilang ke ibu-ibu, ada nih orang tua yang bilang, 'anak saya sampai sekarang enggak imunisasi itu sehat-sehat aja kok, enggak sakit'. Dia seolah-olah menyampaikan imunisasi itu enggak perlu, bukti bahwa anak saya sehat, padahal mungkin anaknya itu memang tinggal di daerah yang sebagian besar anaknya terimunisasi, sehingga anaknya selamat," paparnya.
Namun, ketika anak tersebut berpindah ke daerah lain, akan sulit memastikan dia tidak akan terkena penyakit, karena tubuhnya belum memiliki kekebalan. "Kalau sekali anaknya ini pindah, misalnya ke daerah yang cakupannya jelek, karena dia tidak punya kekebalan, anak itu akan mulai sakit. Jadi prinsipnya, imunisasi tetap penting untuk diri sendiri, sehingga setiap anak itu tidak boleh terlewat imunisasinya," tuturnya.
Kelompok Usia
Prima memaparkan jenis imunisasi lengkap yang harus diberikan untuk anak berdasarkan kelompok usia. Pertama, untuk usia kurang dari 24 jam harus mendapatkan vaksin Hepatitis B (HB0), kedua, usia kurang dari satu bulan harus mendapatkan vaksin BCG dan OPV1.
Kemudian, usia dua bulan harus mendapatkan vaksin DPT-HB-Hlb1, OPV2, PCV1, RV1, usia tiga bulan vaksin DPT-HB-Hlb2, OPV3, PCV2, RV2, usia empat bulan vaksin DPT-HB-Hlb3, OPV4, IPV1, RV3, usia sembilan bulan vaksin campak-rubela dan IPV2, usia 10 bulan JE1, dan 12 bulan PCV3.
Selanjutnya, usia 18 bulan campak-rubela 2, DPT-HB-Hlb 4, kelas 1 SD campak-rubela dan DT, kelas 2 SD imunisasi Td, kelas 5 SD imunisasi Td dan HPV2, serta kelas 6 imunisasi HPV2.
Sementara itu, Organisasi PBB Bidang Program Pembangunan (UNDP) menyatakan, Sistem Monitoring Inventaris Logistik Kesehatan secara Elektronik (SMILE) telah mencatat sekitar satu miliar vaksin yang tersebar di seluruh Indonesia. Team Leader for Risk, Resilience, and Governance UNDP Indonesia Siprianus Bate Soro menuturkan, SMILE sudah menjadi tulang punggung sistem pelacakan dan pencatatan distribusi serta penggunaan vaksin di Indonesia sejak covid-19.
“Sistem ini sudah membantu Indonesia mencatat kira-kira setara dengan satu miliar dosis vaksin yang tersebar di seluruh Indonesia dan dimanfaatkan masyarakat kita, termasuk balita, anak-anak usia sekolah, remaja perempuan, dan ibu hamil," ucapnya.
Ia menegaskan, UNDP terus berkomitmen meningkatkan kerja sama berkelanjutan antara UNDP dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka penguatan tata kelola kesehatan di Indonesia.
"Kami terus berupaya agar masyarakat bisa mendapatkan akses layanan kesehatan yang berkualitas, khususnya imunisasi yang berperan penting dalam menciptakan generasi sehat sekaligus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)," ujarnya.