c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

10 Mei 2025

12:16 WIB

Manuskrip Kuno Aceh Dipamerkan Di Islamic Arts Museum Malaysia

Kitab klasik asal Aceh, Tajus Salatin menjadi salah satu manuskrip peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam yang dipamerkan di  Islamic Arts Museum Malaysia.

<p>Manuskrip Kuno Aceh Dipamerkan Di Islamic Arts Museum Malaysia </p>
<p>Manuskrip Kuno Aceh Dipamerkan Di Islamic Arts Museum Malaysia </p>

Pengunjung berdiri di depan manuskrip Aceh pada pameran di Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM), Kamis (8/5/2025). ANTARA/HO-Islamic Artos Museum Malaysia

JAKARTA - Sejumlah manuskrip asli peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam ditampilkan pada pameran "Kejayaan Peradaban Islam Dunia Melayu dan Dunia Islam”, yang diselenggarakan Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM) sepanjang pada Mei hingga Juni 2025.

Menariknya, koleksi tersebut diletakan di pintu masuk galeri manuskrip. Hal ini sebagai simbol dan cerminan kehebatan peradaban indatu Aceh. 

Kolektor Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid alias Cek Midi menyebutkan, salah satu koleksi utama yang dipamerkan adalah Tajus Salatin, sebuah kitab klasik asal Aceh yang dikenal luas sebagai ensiklopedia tata negara dalam tradisi Islam-Melayu.

"Kitab ini menggambarkan kedalaman pemikiran politik, etika kepemimpinan, dan struktur sosial dalam sistem pemerintahan Islam di masa kejayaan Aceh," ujarnya, dikutip dari Antara.

Tak hanya manuskrip, lanjut Cek Midi, pameran ini juga menampilkan puluhan mushaf Al Quran kuno yang berasal dari Aceh. Di mana, memperlihatkan corak iluminasi khas yang dominasi warna emas, biru tua, dan merah marun, dengan ragam hias flora simetris nan anggun.

Gaya itu, telah lama dikenal dalam dunia filologi sebagai identitas kuat mushaf-mushaf nusantara dari Aceh, sekaligus menandakan adanya pusat penyalinan Al Quran yang sangat maju di masa lampau.

"Keindahan dan kekayaan intelektual yang terpancar dari mushaf-mushaf ini diakui oleh ilmuwan filologi dunia. Ini adalah bukti bahwa Aceh pernah menjadi mercusuar ilmu dan seni Islam di Asia Tenggara," katanya.

Selain itu, dalam kunjungannya ke Malaysia dan Thailand, Cek Midi juga merencanakan kerjasama dengan para pengelola museum Islam di kedua negara untuk menjalin sinergi dengan museum rumoh (rumah) manuskrip Aceh yang dikelolanya di Banda Aceh.

Dalam kesempatan ini, dirinya mengajak Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Muzakir Manaf – Fadhlullah untuk mendukung inisiatif pelestarian warisan ini melalui pendidikan. Artinya, menjadi pelajaran resmi mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas.

"Di tengah derasnya arus globalisasi, kemegahan warisan Aceh yang kini dikagumi dunia menjadi penanda bahwa jati diri budaya dan intelektual kita masih hidup, dan sekarang menunggu dibangkitkan kembali oleh generasi penerus (melalui dunia pendidikan)," kata Cek Midi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar