09 Agustus 2025
12:12 WIB
Mahasiswa Unpad Sulap Serat Rumi Jadi Tekstil Ramah Lingkungan
Mahasiswa Unpad menciptakan tekstil ramah lingkungan dari serat tumbuhan rami. Inovasi ini diharapkan jadi solusi dari ketergantungan pada kapas impor.
Editor: Satrio Wicaksono
Produk tekstil berbahan dasar serat rami karya mahasiswa Universitas Padjadjaran yang dipamerkan pada Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di Sasana Budaya Ganesa, Bandung, Sabtu (9/9/2025). ANTARA/Sean Filo Muhamad
JAKARTA - Di tengah ketergantungan kapas impor sebagai bahan baku industri tekstil dalam negeri, inovasi diciptakan oleh mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan menghadirkan produk tekstil berbahan dasar serat rami. Inovasi ini sekaligus sebagai bukti kepedulian generasi muda terhadap isu lingkungan.
Perwakilan Tim Mahasiswa Unpad, Fathia di sela gelaran Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesa, Bandung, Sabtu (9/8) menjelaskan, tidak hanya menawarkan keunggulan dari sisi bahan, inovasi ini juga menekankan pentingnya proses produksi yang ramah lingkungan.
"Kami memilih rami, karena seratnya lebih kuat dari kapas dan ketersediaannya mulai meningkat di dalam negeri. Ini bisa jadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada kapas impor," katanya, seperti dikutip dari Antara.
Dalam pengolahannya, kata dia, timnya menggunakan teknik pemisahan getah dan serat yang melibatkan jamur, yang dinamakan bio degumming. Metode ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan teknik kimia konvensional yang berpotensi mencemari lingkungan.
"Kami ingin menciptakan proses yang tidak hanya menghasilkan benang berkualitas, tapi juga memperhatikan dampak lingkungan. Karena itu, kami memanfaatkan pendekatan biologis," ujarnya.
Fathia menyebutkan produk akhir dari inovasi ini, antara lain kain anti air, sepatu berbahan kain rami, hingga interior rumah tangga, seperti bantal dan pelapis kursi.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menyoroti urgensi penguatan kapasitas teknologi dan talenta nasional sebagai fondasi transformasi menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
Menurutnya, dengan potensi sumber daya alam strategis, Indonesia memiliki peluang besar untuk melakukan hilirisasi dan lompatan industrialisasi bernilai tambah tinggi.
"Penguasaan sains dan teknologi harus maksimal untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul," tutur Brian.
KSTI 2025 dilaksanakan pada 7-9 Agustus 2025. Kegiatan ini mengundang lebih dari 350 pimpinan perguruan tinggi di Indonesia, serta 1.000 peneliti terbaik yang ada di Indonesia.
Konvensi ini menitikberatkan pada integrasi riset, pendidikan tinggi, dan industri dalam delapan sektor prioritas, yakni pangan, energi, kesehatan, pertahanan, maritim, hilirisasi dan industrialisasi, digitalisasi (termasuk AI dan semikonduktor), serta material dan manufaktur maju.
Seluruh sektor tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan strategis Indonesia menuju kemandirian teknologi dan peningkatan daya saing global.