c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

21 Agustus 2024

13:38 WIB

Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako

Tiga mahasiswa UGM menciptakan sebuah inovasi dengan membuat batako dari kotoran sapi. Langkah ini sebagai bagian dari upaya menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat desa. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako</p>
<p>Mahasiswa UGM Sulap Kotoran Sapi Jadi Batako</p>

Tim mahasiswa UGM berinovasi mengolah limbah kotoran sapi menjadi batako (ANTARA/HO-Humas UGM)

JAKARTA - Kotoran sapi umumnya dipandang sebagai limbah yang menjijikkan, bau dan bisa menjadi sumber penyakit. Tapi pernahkah Anda membayangkan kalau kotoran sapi tersebut bisa diolah menjadi barang yang punya nilai ekonomi tinggi?

Di tangan Dinda Ramadhan, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dua rekan lainnya, berinovasi mengolah limbah kotoran sapi menjadi batako. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dalam pengolahannya, Dinda dan teman-temannya menggandeng karang taruna di Padukuhan Kulwaru, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. "Program ini berhasil menarik atensi masyarakat dan menerima respons positif sebagai salah satu inovasi," ujar Dinda, dikutip dari Antara, Rabu (21/8).

Dinda menjelaskan, masyarakat Padukuhan Kulwaru kerap kali mengalami kendala dalam mengolah limbah kotoran sapi, meski daerah tersebut merupakan salah satu desa dengan pemanfaatan ekonomi pertanian dan peternakan yang tinggi.

"Limbah kotoran sapi yang dihasilkan setiap hari belum diproses dengan baik, sehingga menyulitkan warga untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan asri," kata dia.

Menurut dia, seekor sapi rata-rata bisa menghasilkan 8-10 kilogram kotoran per hari, atau setara dengan 2,6-3,6 ton per tahun. Dengan demikian, kawasan peternakan itu bisa menghasilkan lebih dari 100 kilogram limbah per hari.

Inovasi alternatif baru pengolahan limbah itu diberi nama "Batako Bawono". Di mana dapat menyerap sebanyak 61,8% kotoran sapi dari total limbah yang dihasilkan setiap hari.

Melihat respons positif dari masyarakat, Dinda dan tim berkomitmen melakukan pemberdayaan masyarakat lanjutan dalam program Batako Bawono ini. Nantinya, kata dia, Karang Taruna Karya Muda Wetan yang mengikuti program secara aktif akan dibina untuk membangun usaha dan bisnis batako. Selain itu, rencananya karang taruna itu juga menjadi pusat pembelajaran pembuatan batako berbahan dasar limbah kotoran sapi yang ada di Yogyakarta.

Dinda menuturkan mayoritas masyarakat di Padukuhan Kulwaru sebanyak 80% berprofesi sebagai petani dan peternak. Terdapat berbagai jenis ternak yang dikembangkan di desa tersebut, seperti sapi, kambing, ayam, lele, nila, hingga gurame.

Masyarakat setempat juga sudah mengenal tentang pengolahan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. "Sayangnya, solusi tersebut belum cukup untuk mengolah seluruh limbah kotoran sapi yang dihasilkan," kata dia.

Inovasi itu diinisiasi oleh kolaborasi mahasiswa dari tiga program studi di UGM, yakni Teknologi Veteriner, Ilmu dan Industri Peternakan, dan Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil.

Inovasi dan pemberdayaan masyarakat dalam program Batako Bawono ini telah mendapat rekognisi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian pada Masyarakat.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar