15 Februari 2023
19:09 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Industri perfilman atau konten secara umum mengalami kebangkitan yang menggembirakan di sepanjang tahun 2022 lalu. Hal ini terbaca lewat ramainya film yang dirilis, ditayangkan di bioskop atau platform digital di sepanjang tahun tersebut.
Lembaga Sensor Film (LSF) sebagai lembaga independen yang menjalankan peran pengawasan mencatat, ada puluhan ribu judul konten yang terdata sepanjang tahun 2022.
Dikatakan Ketua LSF, Rommy Fibri Hardiyanto, berdasarkan catatan LSF pada aplikasi Administrasi Sensor Berbasis Elektronik (e-SiAs), total jumlah materi sensor yang telah didaftarkan ke LSF mencapai 36.514 judul film dan iklan film.
“Dari jumlah tersebut, kami melakukan penyensoran berdasarkan film asal negara, genre, dan klasifikasi usia. Khusus film bioskop, LSF menyensor 179 judul film impor dan 99 judul film nasional atau 64% film impor dan 36% film nasional," ungkap Rommy dalam keterangan pers, dikutip Rabu (15/2).
Sementara pada penyensoran ulang, disampaikan Rommy, pada tahun 2022 meningkat 16% dari tahun sebelumnya dengan jumlah 80 judul film dan iklan film.
“Dari jumlah tersebut, setelah dilakukan penyensoran ulang, sebanyak 11,25% permohonan tidak dikabulkan,” imbuhnya.
Dalam penyensoran, diungkapkan Rommy bahwa LSF mengedepankan prinsip dialog dengan pemilik film yang disensor.
Hal itu juga dipertegas dalam pasal 25 Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 2014 tentang LSF yang menyebutkan bahwa penyensoran film dan iklan film dilakukan berdasarkan prinsip dialogis dengan pemilik film dan iklan film yang disensor.
“Dialog dilakukan jika pemilik film atau iklan film merasa berkeberatan terhadap penggolongan (klasifikasi) usia yang ditetapkan LSF. Misalnya menurut pemilik film isinya masuk pada kategori 13+, tetapi menurut LSF masuk klasifikasi usia 17, maka dari situ nanti kita adakan dialog,” jelas Rommy.
Menurut Rommy, ada beberapa film ataupun serial televisi yang terlibat dialog intens dengan LSF terkait penetapan klasifikasi film yang dilakukan. Namun, ia tak menyebut apa saja judul film atau serial terkait.
Tak hanya sensor, LSF sendiri juga berkutat pada fungsi pemantauan, di mana di sepanjang 2022, lembaga ini telah melakukan pemantauan terhadap 292 objek konten tontonan di berbagai wilayah Indonesia.
Khusus Pemantauan televisi, dilaksanakan atas 9.861 tayangan di 19 stasiun televisi yaitu ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Net TV, Trans TV, Trans 7, GTV, RTV, MNC TV, TVRI, Metro TV, Daai TV, I News, TV One, Cahaya TV, MMI TV, O Channel (Moji TV), dan IndonesianaTV.
Lalu untuk jaringan teknologi informatika pemantauan dilaksanakan terhadap 4.038 tayangan dari tujuh layanan Over the Top (OTT) yang telah melakukan penyensoran, yaitu Disney+hotstar, Netflix, Maxstream, KlikFilm, MolaTV, WeTV, dan VIU.
“Pemantauan ini dilakukan untuk memastikan para pemangku kepentingan perfilman taat asas, baik dalam pembuatan maupun penayangan film dan iklan film. Selain itu, pemantauan juga untuk memutakhirkan tren film terkini,” tutur Rommy.
Tidak hanya bersinggungan dengan dunia perfilman melalui tugas penyensoran, LSF juga membangun kolaborasi dan literasi secara masif.
Setelah dua tahun berada dalam masa puncak pandemi Covid-19 yang membuat banyak agenda dan program kerja LSF harus ikut melakukan penyesuaian, pada tahun 2022 LSF memaksimalkan waktu yang ada dengan serangkaian program.
Misalnya, LSF telah mencanangkan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (GNBSM) pada tahun 2021, dengan serangkaian sosialosasi yang dilakukan, salah satunya yaitu sosialisi berkolaboraso dengan Gabungan Pengusaha Bioskop Indonesia. (GPBI).
“LSF bukan hanya melakukan penyensoran tetapi bergerak ke arah modern, salah satunya dengan mengampanyekan Budaya Sensor Mandiri yang langsung berkaitan dengan literasi masyarakat khususnya dalam literasi digital,” tutur Rommy.
Upaya-upaya literasi juga direalisasikan lewat berbagai program, salah satunya yaitu Desa Sensor Mandiri (DSM). Tiga desa menjadi pilot project program ini pada 2021, yaitu Desa Tigaherang, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat; Desa Manguharjo, Kecamatan Madiun, Kota Madiun, Jawa Timur; dan l Desa Candirejo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Sementara pada 2022 juga dilakukan inisiasi DSM di Desa Gekangang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan Desa Klungkung, Kota Denpasar, Bali.
Lebih jauh, Ketua Komisi III LSF, Naswardi mengatakan bahwa pihaknya saat ini LSF telah membentuk sahabat sensor mandiri sebagai bagian dari perpanjangan tangan dalam mengampanyekan agar masyarakat menonton sesuai dengan klasifikasi usia.
"Tahun 2022, kampanye telah dilakukan melalui tiga sasaran yaitu mahasiswa dan dosen yang kita kenal dengan LSF goes to campus, pelajar dan guru dengan istilah LSF goes to school, dan sasaran komunitas yaitu LSF goes to community," kata dia.
"Harapannya adalah masyarakat kita mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menonton sesuai dengan klasifikasi usia,” imbuhnya lagi.