04 Oktober 2024
19:45 WIB
LSF Sebut Hollywood Kontrak Lima Penulis Skenario Film Horor Indonesia
Tidak hanya dinikmati oleh pecinta film dalam negeri, ternyata genre horor Indonesia mulai dilirik industri perfilman global. Bahkan dikabarkan Hollywood kontrak lima penulis naskah horor Indonesia.
Editor: Satrio Wicaksono
Illustrasi Wanita Sedang Menonton Film Horror. Sumber: Shutterstock/leolintang
JAKARTA - Horor bisa dibilang sebagai salah satu genre paling dinimati penikmat film di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dari banyaknya rilisan film di genre ini, dengan jumlah penonton yang juga tidak sedikit. Bahkan, tak jarang film horor Indonesia menembus box office.
Para sineas dan produser dalam negeri pun mengemas film-film horor secara apik, dengan menggabungkan rasa lokal. Di mana kisah-kisah yang lekat dengan budaya dan masyarakat, dijadikan poin utama. Bahkan, tak jarang pula film-film tersebut diadopsi dari kisah nyata.
Ternyata, tak hanya penonton Indonesia saja yang menikmati sajian tersebut. Dikabarkan, industri perfilman kelas dunia, Hollywood, juga kepincut.
Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Noorca M Massardi menyebut, Hollywood telah mengontrak lima penulis skenario film nasional dan lokal untuk membuat film horor.
"Lima penulis ini sudah mendapat kontrak dari Hollywood untuk membuat film horor seperti kuntil anak, pocong, setan kuburan, dan lainnya," kata Noorca, seperti dikutip dari Antara, Jumat (4/10).
Ia mengatakan, film-film horor di Indonesia berbeda dengan film horor di negara-negara barat yang lebih rasional berlatar belakang gereja dan agama. Sementara film horor di Indonesia bermacam-macam dan tidak ada di negara lain.
"Kita kaya sekali akan film-film horor ini, bahkan kita telah menginventarisasi ada sekitar 100 setan jenis hantu genderuwo di Indonesia yang belum tereksplor," ujarnya.
"Film-film horor nasional bahkan juga telah mendapatkan kontrak dari Netflix," lanjutnya.
Tak hanya film horor, menurutnya, saat ini film bercerita tradisi, kearifan lokal juga sedang bangkit. Indonesia satu-satunya negara di dunia yang memiliki 700 tradisi adat istiadat dan bahasa.
"Kekayaan ini tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga dunia yang harus dipertahankan. Apapun ceritanya, apakah cerita drama, percintaan, horor dan lainnya tidak masalah," katanya.
Film Budaya Lokal
Karena itu, pihaknya tengah berupaya membangkitkan film budaya lokal berbahasa daerah, karena memiliki pangsa pasar dengan jumlah penonton yang cukup tinggi. "Kami terus mengimbau dan mendorong komunitas perfilman daerah untuk membuat film di daerahnya," katanya.
Dirinya berharap, komunitas film daerah bisa mengangkat film tentang kearifan lokal, musik, komedi dan horor, karena pangsa pasar film lokal ini cukup tinggi.
"Kita bisa mengambil contoh, Provinsi Kepulauan Babel yang jumlah penduduknya 1,5 juta jiwa dan bayangkan jika ada satu film produksi dari daerah ini dan ditonton oleh 150 ribu warga atau 10% dari jumlah penduduk tentu saja mendapatkan keuntungan bagi komunitas film ini," katanya.
Ia mencontohkan film dari Makassar, Sulawesi Selatan berjudul Uwang Panai dengan jumlah penonton 500 ribu warga saja sudah mendapat keuntungan Rp10 miliar. "Kalau Babel bisa memproduksi satu film lokal dan seluruh masyarakatnya menonton film tersebut, tentunya daerah ini sudah kaya raya dan bisa memproduksi banyak film lainnya," katanya.
Penjabat Gubernur Kepulauan Babel, Sugito, juga mendorong masyarakat untuk membuat flim yang mengangkat budaya lokal. "Industri perfilman ini tidak hanya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat menumbuhkan rasa cinta yang besar terhadap pelestarian kebudayaan lokal," katanya.
Menurut dia, film bukan hanya sekadar media hiburan semata, tetapi juga merupakan salah satu media komunikasi massa untuk mempengaruhi dan membentuk kehidupan masyarakat melalui kisah yang ditampilkan.
"Keragaman budaya lokal merupakan potensi daerah yang dapat dikembangkan menjadi film sehingga perlu dukungan seluruh pihak untuk memperkenalkan kebudayaan daerah ini ke seluruh penjuru dunia," tutur Sugito.