c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

28 Mei 2025

16:57 WIB

Limbah Cair Dan Sampah Faktor Determinan Stunting 'Anak Jaksel'

Meski prevalensinya terendah dibanding kota administrasi lainnya di DKI, limbah cair rumah tangga dan sampah jadi faktor determinan stunting di Jaksel. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Limbah Cair Dan Sampah Faktor Determinan Stunting &#39;Anak Jaksel&#39;</p>
<p>Limbah Cair Dan Sampah Faktor Determinan Stunting &#39;Anak Jaksel&#39;</p>

Seorang balita sedang diukur tinggi badannya oleh petugas kesehatan di salah satu RPTRA.Selasa (12/1 2/2023). ANTARA/Risky Syukur/aa.

JAKARTA - Sampah dan limbah cair rumah tangga disebut sebagai faktor penyebab stunting di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel). Meski prevalensi stunting di Jaksel terendah di DKI Jakarta. 

"Berdasarkan data hasil Gerebek Stunting tahun 2024, faktor determinan penyebab kejadian stunting di Jakarta Selatan yang paling tinggi persentasenya adalah dikarenakan pengelolaan limbah cair rumah tangga tidak baik 90%," kata Wakil Wali Kota Jakarta Selatan, Ali Murthadho di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.

Ali menambahkan, faktor lainnya yakni pengelolaan sampah rumah tangga tidak baik 89%, kebiasaan merokok keluarga yang mencapai 76%, dan asupan gizi tidak seimbang sebesar 62%.

Karena itu, dia berharap setiap camat dan lurah mampu memaparkan hasil capaian kinerja penanganan stunting dalam penilaian kinerja Delapan Aksi Konvergensi Stunting Tahun 2025.

"Dalam paparannya kami sajikan kepada tim penilai dari Provinsi (DKI Jakarta) data yang benar dan valid sesuai pelaksanaannya selama ini," katanya.

Adapun ke delapan aksi tersebut, yakni mengenai analisis situasi, rencana kegiatan, rembuk stunting, regulasi pelaksanaan aksi pencegahan stunting, pembinaan pelaku dan sistem manajemen data,

Lalu, pengukuran dan publikasi, dokumentasi kegiatan dan keberhasilan program yang sudah dijalankan Pemerintah Jakarta Selatan dalam upaya mengatasi dan mencegah stunting.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di tahun 2023, prevalensi stunting di Jakarta Selatan masih di bawah angka prevalensi Provinsi DKI Jakarta dan merupakan yang terendah dibandingkan lima kota/kabupaten lainnya di Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 16,6%.

Kemudian berdasarkan informasi terbaru dari hasil SSGI Tahun 2024, Jakarta Selatan prevalensinya turun menjadi 14,9% dan masih tetap yang terendah dibanding wilayah yang lainnya, termasuk persentase balita underweight dan wasting juga turun dari tahun sebelumnya.

Karena tu, diharapkan penilaian kinerja ini ke depannya dapat menjadi ukuran Pemerintah Jakarta Selatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan terutama dalam hal penanganan kasus stunting.

"InsyaAllah dalam penanganan stunting ini kita dapat menggerakkan hati dan pikiran masyarakat untuk secara bersama-sama bergotong-royong, berinovasi dalam penanganan kasus stunting untuk menuju Jakarta Selatan Zero Stunting," ujarnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar