30 Agustus 2025
10:54 WIB
Limbah Biomassa Kelapa Sawit Berpotensi Jadi Materi Karbon Superkapasitor
Limbah biomassa kelapa sawit khususnya tandang kosong berpotensi besar sebagai material karbon ramah lingkungan untuk perangkat superkapasitor.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit. Sumber foto: BRIN/Badan Pengelola Dana Perkebunan [BPDP].
JAKARTA - Superkapasitor menjadi salah satu teknologi kunci dalam mendukung kemandirian energi nasional. Pemanfaatan limbah biomassa kelapa sawit, khususnya tandan kosong kelapa sawit (TKKS), memiliki potensi besar sebagai material karbon ramah lingkungan untuk perangkat superkapasitor.
Inovasi ini tidak hanya mendukung pengembangan teknologi penyimpan energi masa depan, tetapi juga memperkuat transisi menuju energi bersih.
Kepala Pusat Riset Elektronika (PRE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Yusuf Nur Wijayanto, menekankan pentingnya riset superkapasitor dalam mendukung agenda transisi energi bersih nasional.
“Potensi pemanfaatan limbah biomassa kelapa sawit sebagai material karbon ramah lingkungan serta strategi rekayasa mikrostruktur dalam peningkatan performa superkapasitor dikupas tuntas di sini,” jelasnya, dilansir dari Antara.
Hal itu diungkapkan dalam webinar Advances in Supercapacitor Devices: From Microstructure Engineering to Biomass-Derived Carbon Material. Kegiatan ini menghadirkan para pakar yang membahas perkembangan mutakhir teknologi superkapasitor, mulai dari rekayasa mikrostruktur hingga pemanfaatan material berkelanjutan.
Ia berharap kegiatan ini dapat mendorong diseminasi hasil riset di bidang divais elektronika, khususnya superkapasitor, sekaligus membangun ekosistem riset melalui kolaborasi dan sinergi seluruh pemangku kepentingan di Indonesia.
Rike Yudianti, Profesor Riset dari Pusat Riset Elektronika BRIN, memaparkan potensi TKKS sebagai bahan baku material karbon ramah lingkungan untuk perangkat superkapasitor. Menurutnya, seiring meningkatnya produksi minyak sawit, limbah TKKS dapat menjadi sumber material bernilai tinggi.
Sejumlah penelitian menunjukkan TKKS mampu diolah menjadi tiga produk utama, yaitu porous carbon graphite, nanocellulose, dan nano-silica. Ketiga material ini menjadi kunci pengembangan energi berkelanjutan, khususnya superkapasitor. Perangkat superkapasitor berbahan dasar TKKS terbukti memiliki kinerja baik dan mampu mempertahankan performanya hingga ribuan siklus.
"Target riset kami adalah menghasilkan perangkat superkapasitor dengan performa setara baterai, dengan material berbasis keluarga karbon yang lebih ramah lingkungan,” jelas Rike.
Ia menambahkan, sinergi antara riset material berbasis biomassa lokal dan inovasi rekayasa mikrostruktur merupakan langkah strategis menuju teknologi energi bersih.
Pemanfaatan potensi biomassa Indonesia, khususnya dari sektor perkebunan kelapa sawit, dengan dukungan inovasi riset tingkat lanjut, menjadikan superkapasitor semakin dipandang sebagai teknologi penting dalam mendukung transisi energi nasional yang berkelanjutan.
Sejalan dengan itu, Prof. Markus Diantoro, Guru Besar Departemen Fisika Universitas Negeri Malang, menjelaskan, modifikasi mikrostruktur dapat meningkatkan performa superkapasitor.
“Rekayasa ini membuka peluang besar untuk menghadirkan perangkat superkapasitor yang memiliki kapasitas lebih besar dan efisien, sehingga dapat memaksimalkan kapasitas penyimpanan energi terbarukan,” ujarnya.