c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 Februari 2025

13:24 WIB

Lilin Batik Kelapa Sawit Wujud Nyata Kebelanjutan Lingkungan

Batik yang diproduksi menggunakan bahan ramah lingkungan, yakni malam atau lilin berbasis kelapa sawit yang diolah secara berkelanjutan diluncurkan dalam Inacraft 2025.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Lilin Batik Kelapa Sawit Wujud Nyata Kebelanjutan Lingkungan</p>
<p>Lilin Batik Kelapa Sawit Wujud Nyata Kebelanjutan Lingkungan</p>

Peluncuran batik menggunakan bahan ramah lingkungan, yakni malam berbasis kelapa sawit yang diolah secara berkelanjutan pada acara wastra nasional INACRAFT 2025, di Jakarta, Kamis (6/2/2025). ANTARA/HO - World Wildlife Fund (WWF)

JAKARTA - Batik merupakan salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang masih lestari sampai hari ini. Menjadi identitas Indonesia, dan telah diakui sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO. 

Seturut perkembangan budaya dan zaman, batik juga terus mengalami sejumlah inovasi, baik dari sisi motif dan model yang dapat dipadupadankan dengan mode kekinian, hingga prosesnya. Apalagi, belakangan banyak pihak yang mulai peduli dengan isu lingkungan dan keberlanjutan. 

Karena itulah, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) dan sejumlah pihak terkait seperti WWF, RSPO, Daemeter, meluncurkan batik yang diproduksi menggunakan bahan ramah lingkungan, yakni malam atau lilin berbasis kelapa sawit yang diolah secara berkelanjutan, pada Inacraft 2025.

Sustainable Commodities Lead WWF-Indonesia, Angga Prathama Putra berharap, batik ini menjadi produk unggulan karena memadukan keunikan budaya Indonesia dengan praktik berkelanjutan yang diterapkan oleh para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Melalui penggunaan lilin ini, konsumen yang membeli batik ini juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan," kata Angga, dikutip dari Antara.

Pihaknya mengatakan, sawit yang dikelola secara berkelanjutan tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Oleh karena itu dia menyoroti pentingnya mempromosikan praktik keberlanjutan pada produk-produk, sehingga konsumen punya pilihan produk berkelanjutan.

Perpaduan antara budaya Indonesia dan praktik keberlanjutan, kata dia, bisa menjawab tantangan pasar domestik, tentang ketersediaan produk ramah lingkungan berbahan baku kelapa sawit. Pelestarian lingkungan dan praktik berkelanjutan harus dilakukan secara kolaborasi dengan berbagai pihak, katanya, mulai dari produsen besar maupun skala rumahan.

Angga menilai, kolaborasi dengan FPKBL merupakan langkah strategis untuk menginspirasi pembatik lain di Indonesia untuk menumbuhkan semangat serupa. Dukungan WWF-Indonesia dilakukan lewat pelatihan Rencana Aksi Berkelanjutan, diharapkan FPKBL mampu menyusun rencana aksi yang berkomitmen penuh untuk menggunakan lilin batik bersertifikasi RSPO.

Ke depan diharapkan produk lilin yang terbuat dari kelapa sawit berkelanjutan dapat terhubung dengan pasar dan industri dampingan WWF-Indonesia, dan juga menginspirasi para pelaku usaha untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan.

Sementara itu, Head of Corporate Communications Apical Group, Prama Yudha Amdan menyebutkan, peluncuran batik dengan menggunakan malam berbasis kelapa sawit ini tidak hanya sebuah inovasi, melainkan sebuah terobosan penting dalam industri.

Kelapa Sawit yang selama ini hanya terbatas dikenal sebagai komoditas, katanya, terbukti dapat diolah menjadi beragam aplikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. “Kelapa sawit adalah tanaman masa depan karena rentang produk turunannya sangat luas mulai dari untuk konsumsi hingga bahan bakar. Mulai dari kebutuhan dapur sampai pembuatan avtur,” ujar Prama.

Deputy Director Market Transformation, M Windrawan Inantha mengatakan, ketika standar keberlanjutan diterapkan di seluruh rantai pasok kelapa sawit, maka akan membuka peluang baru bagi berbagai industri, termasuk sektor kreatif seperti batik.

"Pendekatan inovatif ini membuktikan bahwa produk berbasis kelapa sawit berkelanjutan tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama bagi pelaku usaha kecil dan menengah," ujar Windrawan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar