c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

06 November 2024

19:37 WIB

LignoSat, Satelit Pertama Yang Berbahan Dasar Kayu

LignoSat ini sendiri dinamai menurut kata Latin untuk kayu, "lignum" berasal dari tahun 2017 dan dibuat oleh mantan astronaut dan insinyur NASA, Takao Doi.

Editor: Rendi Widodo

<p>LignoSat, Satelit Pertama Yang Berbahan Dasar Kayu</p>
<p>LignoSat, Satelit Pertama Yang Berbahan Dasar Kayu</p>

LignoSat yang terbuat dari kayu honoki. Dok. Nanosats.eu

JAKARTA - Kapsul SpaceX Dragon berhasil sampai di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 5 November lalu dengan lebih dari 2,7 ton kargo bawaan, termasuk dalah satunya adalah sebuah purwarupa satelit kecil yang unik.

Satelit kecil itu adalah LignoSat, sebuah satelit pertama di dunia yang dibuat menggunakan bagian-bagian kayu. Lebih spesifik, LignoSat dibuat dengan honoki, pohon magnolia asli Jepang yang kayunya secara historis digunakan untuk membuat sarung pedang samurai.

Dikutip dari PopSci, LignoSat ini sendiri dinamai menurut kata Latin untuk kayu, "lignum" berasal dari tahun 2017 dan dibuat oleh mantan astronaut dan insinyur NASA, Takao Doi.

Pada saat itu, Doi bertanya-tanya apakah penjelajah manusia masa depan di Bulan dan Mars suatu hari nanti akan beralih ke bahan selain baja dan beton untuk membangun bangunan yang aman dan tangguh. Doi pun menjelaskan bagaimana pesawat kayu paling awal dalam sejarah segera berfungsi sempurna.

Setelah bermitra dengan salah satu perusahaan kayu tertua di Jepang, Sumitomo Forestry, Doi dan Koji Murata, seorang profesor ilmu kehutanan dan biomaterial Universitas Kyoto, mengatur untuk mengirim tiga sampel kayu ke ISS pada tahun 2022.

Blok magnolia, ceri, dan birch kemudian menjadi sasaran radiasi matahari yang ekstrem, sinar kosmik, dan suhu luar angkasa yang keras selama hampir delapan bulan. Bahkan setelah rentetan uji stres, sampel kayu tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

Menurut ikhtisar Universitas Kyoto awal tahun ini, kayu honoki magnolia akhirnya menang pada akhirnya karena bobotnya yang relatif ringan dan ketahanan retak.

Dengan kayu yang tepat, para insinyur meminta bantuan tim pengrajin yang terlatih dalam "sashimono". Proses pengerjaan kayu tradisional Jepang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, dan mengandalkan desain sambungan yang tepat alih-alih paku, lem, sekrup, atau pengelasan untuk membangun struktur dan furnitur.

Sekarang di ISS, NASA dan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) berencana untuk mengorbitkan LignoSat pada bulan Desember untuk uji coba orbit selama enam bulan.

Saat mengelilingi Bumi, para insinyur akan memantau faktor-faktor seperti deformasi kayu, serta menilai bagaimana material tersebut memengaruhi atau tidak sistem kerja sensor onboard yang memantau medan geomagnetik.

LignoSat akan secara kasar mengalami fluktuasi suhu berkisar antara -100 dan 100 derajat Celcius kira-kira setiap 45 menit saat mengorbit planet ini. Setelah misinya selesai, LignoSat akan terbakar dengan aman saat memasuki kembali atmosfer bumi.

Meskipun ini hanyalah sebuah langkah untuk memasukkan kayu alami ke dalam eksplorasi ruang angkasa, potensi keberhasilan LignoSat juga dapat menjadi data berharga tentang bagaimana bahan yang jauh lebih berkelanjutan di satelit bisa berfungsi.

Selama ini peralatan orbit dibangun dengan logam, penuntasan orbit (pengembalian ke bumi) mereka yang bisa berujung terbakarnya satelit di atmosfer sering melepaskan emisi berbahaya yang merusak ozon seperti aluminium oksida.

Mengganti banyak komponen tersebut dengan kayu seperti honoki dapat sangat mengurangi dampak lingkungannya, di mana kekhawatiran mengenai ini terus meningkat karena langit terus dipenuhi dengan satelit.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar