24 Oktober 2023
15:48 WIB
Penulis: Siti Nur Arifa
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Hidangan kuliner Kudus bukan hanya berputar di urusan soto saja. Secara spesifik jika mencari makanan yang ingin dinikmati di waktu pagi hari, maka ada pilihan yang layak untuk dicoba, yakni Lentog Tanjung.
Jika dilihat dari tampilannya, lentog tanjung hampir mirip dengan lontong sayur berkuah santan yang umum dijumpai. Karena dalam bahasa setempat, lentog sendiri punya arti ‘lontong’ yang menjadi bahan utama dari makanan ini.
Lontong yang digunakan pada lentog juga memiliki ukuran jumbo, yakni sekitar lengan hingga betis orang dewasa. Disebutkan bahwa penamaan lentog berasal dari bunyi ‘tog tog tog’ yang muncul ketika menanak nasi.
Berbeda dari lontong sayur biasa, kuah lentog tanjung tidak berwarna kekuningan atau kemerahan yang identik dengan cita rasa pedas, namun putih layaknya opor dan rasanya pun lebih ringan. Selain itu dalam hal penyajian, kuah yang digunakan juga tidak terlalu banjir seperti lontong sayur pada umumnya.
Menemani Perkembangan Islam di Kudus
Hal yang istimewa dari Lentog Tanjung adalah fakta bahwa makanan satu ini menjadi salah satu santapan yang menemani perkembangan dan penyebaran agama Islam di Kudus.
Terkenal sebagai salah satu wilayah yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa, dan menjadi tempat asal salah satu Wali Songo yakni Sunan Kudus. Diceritakan jika dulunya ada seorang pemuka agama yang sedang membangun padepokan bernama Mbah Kulah.
Di sekitar daerahnya, banyak warga penjual nasi yang menimbulkan suara cukup bising. Hal tersebut rupanya dianggap cukup mengganggu sang pemuka agama.
Kemudian karena warga sangat menghormati Mbah Kulah, untuk menghormatinya akhirnya lentog menjadi alternatif olahan beras yang proses pembuatannya tidak menimbulkan kebisingan.
Di masa lalu lentog merupakan makanan yang identik dengan orang-orang menengah ke bawah yang tinggal di wilayah pedesaan di kawasan Kabupaten Kudus. Di zaman itu, lentog kerap dijajakan ke setiap jalanan kota maupun desa dengan menggunakan pikulan.
Seiring berjalannya waktu, makanan ini pun semakin dikenal dan akhirnya menjadi favorit semua kalangan.
Tak sulit menemukan pedagang lentog di Kudus, sebab pedagang kuliner satu ini bisa ditemui di berbagai sudut kota, khususnya ketika pagi hari saat waktu sarapan.
Namun, jika ingin datang ke pusatnya, Anda bisa mengunjungi Sentra Lentog Kudus yang berada di Jl. Raya Kudus-Purwodadi. Di sana, ada banyak penjual lentog yang buka sejak pagi dan membuka warungnya, sehingga pengunjung tinggal memilih ingin mencoba lentog yang mana.
Biasanya, satu porsi lentog rata-rata dihargai sekitar Rp12.000. Dengan harga yang terjangkau, Anda sudah bisa mencoba lontong bermandikan sayur santan berisikan nangka muda atau gori, tempe, serta tahu. Tak lupa taburan bawang goreng juga disertakan sebagai pelengkap.
Agar terasa lebih nikmat, Anda juga bisa menambah berbagai kondimen dan hidangan pelengkap yang biasanya disediakan, mulai dari sate-satean, gorengan, serta kerupuk kulit kerbau khas Kudus yang beda dari kerupuk kulit pada umumnya.