08 Juli 2024
18:04 WIB
Laporan Garmin, Lari Bisa Membuat Usia 7 Tahun Lebih Muda
Banyak manfaat dari olahraga lari, bahkan uniknya bisa membuat seseorang tampak jauh lebih muda.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi olahraga lari. Freepik
JAKARTA - Olahraga lari semakin menjadi tren, utamanya di kota-kota besar. Berdasarkan data publikasi Garmin, terbukti bahwa jumlah pelari di Indonesia mengalami peningkatan hingga tiga kali lipat pada 2024.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana lari telah menjadi bagian penting dari gaya hidup masyarakat urban. Hal ini juga mencerminkan minat yang meningkat terhadap upaya menjaga kesehatan dan kebugaran. Sebab bukan rahasia lagi jika olahraga lari bisa menghadirkan banyak manfaat untuk kesehatan.
Menurut laporan Garmin, mereka yang melakukan olahraga lari dengan jarak kurang dari 16 kilometer per minggu bisa merasakan peningkatan kesehatan. Data tersebut merupakan hasil yang terekam dari banyak jam tangan pintar (smartwatch) pendukung aktivitas olahraga Garmin.
Dari data tersebut pula, dilaporkan bahwa ada segudang manfaat dari olahraga lari. Salah satunya, mampu membuat seseorang menjadi lebih muda hingga tujuh tahun dari usia aslinya.
Adapun data tersebut berasal dari usia kebugaran atau fitness age seseorang, yang perhitungannya berdasarkan kemampuan tubuh dalam mencapai asupan maksimal oksigen atau yang dikenal sebagai VO2 Max.
Body Battery
Berdasarkan data Garmin, catatan usia kebugaran lebih muda tujuh tahun itu rata-rata didapat oleh pelari yang mencatatkan jarak lari lebih dari 80 kilometer seminggu. Sementara untuk pelari biasa, usia kebugaran mereka lebih muda rata-rata hingga tiga tahun.
Selain membuat usia kebugaran tubuh menjadi lebih muda dari usia asli lari juga terbukti mampu membuat puncak body battery atau tingkat energi dalam tubuh seseorang semakin tinggi.
Pelari yang berlari hingga 16 kilometer seminggu, terbukti mampu memiliki skor puncak body battery rata-rata 73 (dalam hitungan 0-100). Angka ini cukup tinggi, jika dibandingkan mereka yang tidak berlari, yang umumnya hanya memiliki puncak body battery rata-rata hanya 64.
Semakin tinggi intensitas atau jauh jarak lari yang ditempuh selama seminggu, semakin tinggi pula body battery seseorang. Di mana mereka yang menempuh jarak lebih dari 80 kilometer misalnya, bisa mencapai puncak body battery rata-rata hingga 83 poin, atau hampir 20 poin lebih tinggi daripada mereka yang tidak berlari.
Kualitas Tidur
Manfaat lainnya, lari juga terbukti mampu memperbaiki kualitas tidur seseorang. Sebab menurut laporan Garmin, mereka yang berlari hingga 16 kilometer seminggu mencatat skor tidur rata-rata 72 (dari perhitungan 0-100), atau empat poin lebih tinggi dari mereka yang tidak mencatat aktivitas lari sama sekali.
Angka empat poin itu cukup signifikan, dan bisa terus meningkat seiring semakin sering dan jauh seseorang berlari. Misalnya, pengguna yang mencatat lebih dari 80 kilometer seminggu memiliki skor tidur rata-rata lebih dari 75, atau meningkat 10% dari mereka yang tidak berlari.
Detak Jantung Istirahat
Laporan Garmin juga mengungkapkan bahwa lari bisa membuat seseorang memiliki detak jantung istirahat (RHR) yang lebih rendah daripada rata-rata. Bahkan pelari pemula yang berlari 16 kilometer seminggu bisa memiliki RHR rata-rata yang menurun sebanyak tiga denyut per menit (BPM).
Angka RHR seseorang memang akan berpengaruh pada rentan usianya. Namun pelari yang konsisten berlari sejauh 80 kilometer per minggu, bisa sampai memiliki RHR 10 di bawah detak jantung normalnya, dan ini merupakan sesuatu yang sangat baik buat kesehatan tubuh.
Turunkan Stres
Terakhir, laporan Garmin juga mengungkapkan bahwa lari terbukti dapat menurunkan tingkat stres seseorang. Seperti diketahui, stres yang tidak dikelola dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, obesitas dan diabetes.
Menurut data Garmin Connect, pengguna yang berlari hingga 80 kilometer seminggu mencatat skor stres rata-rata 3 poin lebih rendah daripada rekan-rekan mereka yang tidak berlari. Dan seperti data lainnya, semakin banyak seseorang berlari, semakin menurun skor stres mereka. Dalam hitungan yang cukup tinggi, seseorang yang berlari lebih dari 80 kilometer seminggu, terbukti bisa memiliki skor stres hampir 30% lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan olahraga lari.