14 Juli 2025
21:00 WIB
Langkah Kecil Berdampak Besar Ketika Ayah Mengantar Anak Sekolah
Gerakan Ayah Mengantar Anak di hari pertama sekolah diyakini mampu memperkuat ikatan emosional yang berpengaruh positif dalam proses belajar.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Siswa diantar orangtuanya saat mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 Bogor, Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS), Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
JAKARTA - Senin (14/7) pagi, tahun ajaran baru dimulai. Anak-anak kembali berangkat ke sekolah dengan seragam rapi dan tas penuh semangat.
Namun ada yang berbeda. Di antara keramaian gerbang sekolah, banyak terlihat sosok ayah turut mengantar anak mereka.
Pemandangan selaras dari gerakan nasional yang diluncurkan pemerintah. Melalui Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN meresmikan Gerakan Ayah Mengantar Anak di hari pertama sekolah.
Ditetapkan di Jakarta pada 10 Juli 2025, program ini merupakan bagian dari Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Kehadiran ayah di momen awal pendidikan anak, diyakini mampu memperkuat ikatan emosional yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri, kenyamanan, dan kesiapan anak dalam menjalani proses belajar.
Gerakan ini lahir sebagai respons atas fenomena banyaknya anak yang tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah dalam kehidupan sehari-hari. Mengutip data UNICEF tahun 2021, sekitar 20,9% anak di Indonesia hidup tanpa keterlibatan ayah.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun yang sama menunjukkan, hanya 37,17% anak usia 0-5 tahun yang diasuh secara langsung oleh kedua orang tuanya. Padahal, keterlibatan dua orang tua sangat penting dalam pengasuhan anak yang utuh dan sehat.
Melansir laman resmi University of Leeds, penelitian besar bertajuk PIECE Study pada tahun 2023 mengungkap bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat aktif dalam kegiatan seperti membaca, bermain, bernyanyi, atau menggambar sejak usia prasekolah atau sekitar 3 tahun cenderung memiliki pencapaian akademik yang lebih tinggi. Hal ini terlihat saat mereka memasuki sekolah dasar, baik pada usia 5 maupun 7 tahun.
Penelitian ini menegaskan bahwa keterlibatan ayah dalam aktivitas harian anak sejak dini memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Bahkan, dampaknya dinilai lebih kuat dibandingkan hanya keterlibatan ibu dalam aspek akademik.
Penelitian ini juga menyebut, meski ibu memiliki peran krusial dalam perkembangan sosial dan emosional anak. Namun, keterlibatan ayah membawa kontribusi unik yang lebih kuat terhadap pencapaian pendidikan formal dan perkembangan kognitif anak.
Kehadiran ayah dalam aktivitas harian seperti membacakan buku, menemani belajar, atau sekadar mengantar ke sekolah memberikan stimulasi berbeda yang menunjang cara anak berpikir, memahami instruksi, dan menyelesaikan masalah. Tidak hanya itu, keterlibatan ayah juga berpengaruh terhadap daya tahan mental anak.
Anak-anak yang dekat dengan ayah cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik, lebih tahan terhadap stres, serta mampu beradaptasi dengan tantangan sosial dan akademik. Dalam jangka panjang, kedekatan ini terbukti menjadi pondasi penting bagi anak untuk tumbuh percaya diri, mandiri, dan sukses di masa depan.