c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

04 November 2024

08:18 WIB

Lamuri, Cara Ija Kroeng Ajak Pria Berkain Di IN2MF 2024

Ija Kroeng menampilkan koleksi pakaian pria yang didominasi oleh warna broken white. Koleksi ini terinspirasi dari Kerajaan Lamuri.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Lamuri, Cara Ija Kroeng Ajak Pria Berkain Di IN2MF 2024</p>
<p>Lamuri, Cara Ija Kroeng Ajak Pria Berkain Di IN2MF 2024</p>

Koleksi "Lamuri" Ija Kroeng di IN2MF 2024. Foto: Validnews/ Gemma F Purbaya.

JAKARTA - Gelaran Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2024 telah digelar. Salah satu koleksi yang menarik perhatian dalam acara tersebut adalah koleksi "Lamuri" dari desainer Ija Kroeng.

Hadir dalam parade fesyen di hari pertama, Ija Kroeng menampilkan koleksi pakaian pria yang didominasi oleh warna broken white karena memberikan kesan yang minimalis, artistik, dan meditatif. Warna tersebut juga mampu meromantisasi estetika Hindu Islam Kuno yang mereka coba usung dalam "Lamuri".

"Koleksi ini terinspirasi dari Kerajaan Lamuri yang merupakan kerajaan Hindu tertua di Aceh. Letaknya di pelabuhan berbukit Lamreh yang strategis menjadikan Lamuri sebagai salah satu pusat niaga yang sangat maju di abad ke-9," cerita Ija Kroeng via telepon, Sabtu (2/11).

Keindahan Kerajaan Lamuri yang merupakan akulturasi dari Hindu menjadi Islam ini kemudian meninggalkan corak dan relief indah yang dapat dijumpai pada nisan dan arsitektur kuno. Hal itulah yang kemudian Ija Kroeng hadirkan dalam koleksi pakaian terbarunya itu di panggung IN2MF.

Seperti perjalanan Lamuri, koleksi dibuat dengan siluet minimalis artistik khas Hindu-Islam, dengan mengaplikasikan motif-motif peninggalan Lamuri yang ada di bebatuan nisannya pada koleksi "Lamuri". Dia juga memakai kain tenun yang terinspirasi dari motif Buna Insana dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan menggunakan teknik ikat lungsi yang ditenun di Jepara.

Sekilas motif Buna yang terbentuk mirip seperti ketupat, makanan tradisi Jepara pada setiap Lebaran Idul Fitri yang dibuang ke laut sebagai bentuk saling memaafkan. Kain ditenun memakai teknik ikat lungsi benang yang diikat menggunakan rafia sebagai benang lungsinya, sedangkan benang pakannya cenderung polos.

Menariknya, berbeda pada pakaian pria kebanyakan, koleksi "Lamuri" Ija Kroeng ini dominan pada bawahan sarung ketimbang celana. Selain ingin memberikan sesuatu yang berbeda, Ija Kroeng juga ingin agar anak-anak muda mulai tertarik berkain dan mengenakan sarung.

"Ija Kroeng mempunyai misi untuk mengampanyekan budaya berkain sarung, khususnya pada pria muda usia 20 sampai 40 tahun sehingga perspektif negatif pakai sarung itu hilang. Jadi budaya berbusana berkain dengan sarung bisa keren gitu," harap Ija Kroeng.

Melalui koleksi "Lamuri" ini, Ija Kroeng juga berharap wastra Nusantara yang beragam apabila disajikan dalam busana siap pakai kontemporer bisa menjangkau lebih banyak anak muda sehingga mereka mau mengenakannya. Dengan demikian, pelestarian wastra Nusantara bisa tercapai dan terhindar dari kepunahan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar