c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

30 Mei 2024

12:17 WIB

Kutai Kartanegara Terbitkan Beleid Pelestarian Habitat Pesut Mahakam

Wujud komitmen menjaga habitat Pesut Mahakam di antaranya dilakukan dengan menerbitkan SK Bupati Kutai Kartanegara No. 75/2020, tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam

<p>Kutai Kartanegara Terbitkan<em>&nbsp;Beleid</em> Pelestarian Habitat Pesut Mahakam</p>
<p>Kutai Kartanegara Terbitkan<em>&nbsp;Beleid</em> Pelestarian Habitat Pesut Mahakam</p>

Dua ekor Pesut berhasil terpantau saat sedang berenang di Sungai Mahakam, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (13/5/2017). Antara/Sugeng Hendratno

SAMARINDA - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur berkomitmen melestarikan habitat Pesut Mahakam (Orcaella Brevirostris) yang terancam punah. Hal ini setidaknya dibuktikan dengan terbitnya surat keputusan bupati tentang konservasi perairan habitat ikan tersebut.

“Wujud komitmen ini adalah dengan menerbitkan Surat Keputusan Bupati Kukar (Kutai Kartanegara) Nomor 75/2020 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Sunggono di Tenggarong, Kamis (30/5).

Komitmen lainnya, penandatanganan kerja sama dengan Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tentang pengelolaan kawasan konservasi di perairan Mahakam wilayah hulu di Kutai Kartanegara.

Selain itu, penandatanganan matriks kerja pelaksanaan kerja sama yang dilakukan Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Pontianak Iwan Taruna Alkadrie, dengan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kutai Kartanegara Muslik.

Penandatanganan dua kerja sama ini di Gedung Mina Bahari II Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut KKP di Jakarta, Selasa (28/5), dihadiri Sekda Kabupaten Kutai Kartanegara Sunggono, Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Ismi Nurul Huda, dan perwakilan dari Universitas Mulawarman.

"Kerja sama ini dilakukan sebagai upaya pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan terhadap beberapa habitat dalam kawasan konservasi alam, khususnya untuk melindungi Pesut Mahakam," imbuhnya.

Ia mengemukakan, perlu kerja sama dengan kabupaten atau kota lain di Kaltim untuk perlindungan kawasan, agar pola perlindungan dan pengawasan wilayah konservasi bisa sinergi dan terkoordinasi dengan baik.

Kerja sama dengan daerah lain perlu dilakukan, ujarnya, karena kawasan tersebut bukan hanya terdapat di satu wilayah, tetapi kawasan konservasi Sungai Mahakam di bagian tengah hingga hulu bersinggungan dengan tiga kabupaten. Sungai Mahakam bagian tengah masuk Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan bagian tengah agak ke hulu hingga paling hulu masuk Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu.

"Maka perlu adanya kerja sama dalam menjaga kawasan konservasi," kata Sunggono.

Populasi Menurun
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu, Peneliti Pesut Mahakam dan Scientific Program Advisor di Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Danielle Kreb mengatakan, populasi Pesut Mahakam, lumba-lumba air tawar yang dilindungi dan terancam punah, mengalami penurunan di habitatnya di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

"Pada 2018-2019 penelitian satu tahun menghasilkan 81 ekor yang tersisa di Sungai Mahakam. Itu artinya ada penurunan populasi dari 2005 yang pada saat itu diperkirakan 88 ekor," kata Danielle.

Danielle menuturkan penyebaran Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) memang lebih banyak di daerah Mahakam Tengah antara Muara Kaman sampai Muara Pahu, termasuk tiga danau besar yakni Semayang, Melintang dan Jempang, dan beberapa anak sungai. Perempuan peneliti asal Belanda itu menuturkan, ada beberapa zona inti di mana hewan mamalia itu tersebar di antaranya Muara Kaman, Kedang Kepala dan Belayan.

Namun, zona inti penyebaran Pesut Mahakam yang teridentifikasi pada 1997-2010 sudah kehilangan fungsi. Sekarang hanya pada saat musim kemarau, pesut berada di wilayah tersebut karena melakukan migrasi tahunan ketika musim kemarau.

Ada beberapa faktor menyebabkan Pesut Mahakam sekarang lebih banyak di Kabupaten Kutai Kartanegara. Di antaranya karena banyak konservasi lahan untuk perkebunan sawit sehingga berdampak negatif kepada sumber daya perikanan di wilayah tersebut.

Terkait dengan kematian pesut, selain tertabrak ponton batu bara dan terjerat jaring nelayan, kasus kematian pesut Mahakam, umumnya juga terjadi karena masih adanya aktivitas warga menangkap ikan dengan menggunakan arus listrik.

Ia mengaku telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan nelayan khususnya di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terkait bahaya penggunaan racun dan jaring. Bahkan, ia juga mengaku telah memberi pelatihan kepada nelayan, cara pelepasan pesut jika terkena jaring.

"Kami juga menyampaikan kepada para nelayan agar memasang jaring di tempat yang sering di pantau atau di cek sehingga jika ada pesut yang terjerat segera menghubungi orang lain untuk melakukan menyelamatkan," jelasnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar