20 Januari 2025
20:57 WIB
Kusala Sastra Khatulistiwa Kembali Hadir, Hadiah Capai Rp100 Juta
Setelah absen selama tiga tahun pasca meninggalnya Richard Oh selaku penggagas dan penyelenggara, penghargaan sastra Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) kembali digelar.
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
Sesi konferensi pers Kusala Sastra Khatulistiwa di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (20/1). Dok: Validnews/ Andesta.
JAKARTA – Ajang penghargaan sastra Kusala Sastra Khatulistiwa akan kembali hadir. Setelah absen tiga tahun pasca kepergian Richard Oh selaku penggagas dan penyelenggara, ajang penghargaan ini kembali dihidupkan, diinisiasi oleh sejumlah pihak lewat Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI).
Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) 2025 akan bergulir mulai saat ini hingga puncaknya pengumuman pemenang penghargaan pada pertengahan tahun nanti. Seperti pada tradisi gelarannya yang lalu, KSK akan memberi penghargaan kepada buku-buku sastra terbaik terbitan terbaru dalam kategori puisi dan juga prosa.
Pratiwi Juliani, istri mendiang Richard Oh yang kini bertindak sebagai Ketua YRKI, mengatakan bahwa kembalinya penghargaan KSK adalah upaya untuk menghormati dan melanjutkan cita-cita Richard Oh untuk mendukung dunia sastra Indonesia. Ajang ini diharapkan bisa menambah semarak ekosistem sastra, sekaligus mendorong popularitas dan pembicaraan sastra di masyarakat.
Pratiwi mengungkapkan, gelaran KSK di bawah YRKI membawa semangat untuk memajukan sastra sekaligus juga membawa sastra lebih dekat ke masyarakat.
“Idealismenya Richard Oh dulu kan adalah ingin memberikan penghargaan tertinggi untuk komunitas sastra Indonesia. Kini sebagai yayasan, kita inginnya tak hanya memberikan penghargaan tertinggi, tapi bagaimana ini juga bisa memiliki nilai lebih ke masyarakat,” ungkap Pratiwi atau yang akrab disapa PJ, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (20/1).
Misi membawa dampak luas ke masyarakat dilakukan lewat pengembangan program. Jika di edisi-edisi sebelumnya KSK dikenal hanya sebagai ajang penghargaan, kini agenda ini akan meluas menjadi serangkaian program pengayaan literasi bagi publik.
Menurut Pratiwi, KSK akan dibarengi dengan program ‘tur’ publik bagi para pemenang. Pemenang penghargaan nantinya akan dibawa berkeliling ke komunitas dan kampus-kampus, untuk berbagi seputar karya, seputar dunia sastra hingga penulisan kreatif.
“Para pemenang, tentunya karya-karya mereka membawa sumber pengetahuan budaya dan juga ilmu yang kaya. Saya pikir, itu adalah ilmu yang sangat bermanfaat dan penting untuk dibagikan kepada publik,” jelasnya.
Dari sisi hadiah yang disediakan, KSK mendatang yang didukung Dana Indonesiana juga akan lebih besar. Menurut bocoran Pratiwi, pihaknya menyediakan total Rp100 juta untuk pemenang di tiap-tiap kategori. Besaran itu terbagi atas hadiah berupa uang tunai senilai Rp75 juta, serta pembelian buku pemenang senilai Rp25 juta.
“Nanti kita akan beli buku mereka itu yang akan didistribusikan di komunitas-komunitas sastra dan kampus-kampus yang akan kita kunjungi,” jelasnya.
Kategori Baru: Kumpulan Cerpen
YRKI menggandeng penulis Eka Kurniawan, Hasan Aspahani dan Nezar Patria sebagai dewan kurator, yang bertanggung jawab untuk merancang konsep penghargaan hingga pemilihan dewan juri. Kerja kurator termasuk pula merancang metode penjurian yang nantinya akan dijalankan untuk KSK pasca-hiatus.
Eka Kurniawan menyebutkan, KSK tahun ini akan menghadirkan kategori penghargaan baru. Di samping penghargaan untuk buku puisi dan buku novel, juga akan ada penghargaan tersendiri untuk buku kumpulan cerpen.
“Cerpen itu, selain novel dan puisi, adalah salah satu yang paling banyak secara kuantitas dibuat di Indonesia. Itu alasan kenapa kami ingin memisahkannya menjadi penghargaan tersendiri, nggak digabung dengan puisi dan novel,” jelas Eka.
Eka juga menekankan bahwa sistem penjurian KSK akan melibatkan pihak-pihak yang memang kompeten, sehingga hasilnya pun diharapkan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik. Salah satu upaya kurator untuk memastikan independensi penjurian, adalah di antaranya dengan membuat larangan bagi juri dan para kurator untuk bukunya diikutsertakan dalam kompetisi.
“Juri tidak akan diumumkan, tapi akan ada pertanggung jawaban juri nantinya. Itu juga bentuk kami menjaga independensi,” jelas penulis Cantik Itu Luka tersebut.
Mengilas balik, KSK merupakkan ajang penghargaan sastra yang begitu populer dan prestisius di Indonesia. Kehadiran ajang penghargaan ini diperhatikan secara luas tak hanya karena gengsi yang menyertainya, namun juga karena penyelenggaraannya yang mandiri, digerakkan seorang diri oleh tokoh sastra dan perfilman bernama Richard Oh sejak 2001 hingga 2021 silam.
Penyelenggaraan KSK terhenti pada tahun 2022, sebab sang penggagas, Richard Oh meninggal dunia. Publik sastra kehilangan Richard Oh, lebih lagi kehilangan kepeloporan dan energinya dalam menyemarakkan sastra Indonesia lewat KSK yang telah dibangunnya selama dua dekade, dan telah menjadi tolok ukur pencapaian sastra Indonesia.
Setelah kepergian Richard Oh, ada banyak sastrawan atau koleganya yang melemparkan gagasan untuk melanjutkan penyelenggaraan KSK. Namun wacana-wacana itu tak kunjung terealisasi sampai akhirnya tahun ini siap diselenggarakan kembali.
Menurut Pratiwi, YRKI saat ini telah mendapatkan kontrak dukungan pendanaan dari Dana Indonesiana setidaknya untuk penyelenggaraan tiga tahun ke depan.