03 Oktober 2025
14:19 WIB
Kunto Aji Hingga Sukatani Bicara Krisis Iklim Lewat Sonic/Panic Vol. 3
Album Sonic/Panic Vol. 3 dari IKLIM memuat 15 lagu bertema lingkungan karya 15 musisi, di antaranya Kunto Aji, Reality Club, The Brandals hingga band punk Sukatani.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Sejumlah musisi yang tergabung dalam gerakan IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) saat mengumumkan album Sonic/Panic Vol.3 di Jakarta, Kamis (2/10). Dok: Validnews/ Arief Tirtana.
JAKARTA - Kolektif musisi yang tergabung dalam IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) mengumumkan album Sonic/Panic Vol. Album kompilasi ini melanjutkan gerakan yang telah dimulai dalam beberapa tahun terakhir oleh sejumlah musisi untuk menyatukan aktivisme dengan musik, lewat lagu-lagu bertema lingkungan.
Album terbaru ini menghadirkan total 15 lagu dari 15 musisi dengan latar genre beragam. Semua musisi yang terlibat sepenuhnya nama-nama baru yang sebelumnya belum pernah tergabung dalam proyek IKLIM.
Ada Kunto Aji, Reality Club, Teddy Adhitya, The Brandals, hingga aktor Chicco Jerikho yang bergabung menyuarakan isu lingkungan dengan musik. Nama-nama lainnya yaitu Scaller, Majelis Lidah Berduri, Peach, Manja, Bunyi Waktu Luang, Egi Virgiawan, Sukatani, Usman and The Blackstones, The Melting Minds hingga Ave the Artist.
Keterlibatan 15 nama baru ini agar isu lingkungan yang dibawakan juga semakin relevan dan menjangkau kalangan yang lebih luas.
"Setiap workshop, setiap album, setiap peluncuran, kita selalu ada review, ada pre dan post riset. Ada data, ada nilai akademis. Tujuannya adalah membuat perkembangan dari yang sebelumnya," kata insulator IKLIM, Robi Navicula dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/10).
Para musisi yang terlibat, bukan hanya sekadar membawakan lagu-lagu dengan tema lingkungan. Namun dalam prosesnya, mereka lebih dulu dibekali berbagi pengetahuan seputar isu lingkungan yang terjadi di Indonesia, melalui workshop lima hari di Ubud, Bali.
Lokakarya yang didampingi pemateri dari pegiat lingkungan hingga masyarakat adat tersebut tidak hanya membahas isu lingkungan dari ragam wujudnya, seperti kebakaran hutan, krisis air, atau masalah tambang, namun juga dari berbagai aspek latar belakang. Para musisi tak hanya diajak memahami krisis air, misalnya, tapi juga memahami aspek politik, bisnis, hingga perspektif lokal maupun lokal terkait persoalan tersebut.
Kunto Aji mengatakan, sebagai pelaku industri hiburan, dirinya merasa mendapatkan pengayaan pemahaman yang penting tak hanya bagi dirinya sebagai musisi, namun juga sebagai bagian dari masyarakat hari ini. Menurutnya, pengalaman itu membuat musisi memiliki perspektif baru. Terlebih, dalam album Panic/Sonic Vol.3 ini mereka dituntut untuk mencipta berdasarkan apa yang dipelajari selama lokakarya.
"Materinya itu 'duuar!', seolah-olah kita sedang menuju apocalypse. seolah-olah kita sedang bergerak, banyak faktor yang bergerak menuju ke sana. Manusia sepertinya hanya bisa mengubah itu bersama-sama," terangnya.
Kunto Aji akhirnya menciptakan sebuah lagu berjudul "Manusia Terakhir di Muka Bumi". Seperti apa yang didapatnya selama workshop, lagu ini menggambarkan kondisi di mana Bumi dengan banyaknya masalah lingkungan, sehingga akhirnya mencapai kehancuran (apocalypse).
Lagu Kunto Aji ini juga akan menjadi satu di antara dua lagu perdana dari album Sonic/Panic Vol 3 yang akan publikasikan lebih dulu di platform-platform digital. Lagunya akan dijadwalkan rilis hari ini, Jumat (3/10), bersama satu lagu lainnya dari band punk Sukatani, "Kebangkitan".
Setelah kedua lagu tersebut, setiap minggunya IKLIM akan mengeluarkan dua lagu lainnya di album ini. Kolektif musisi akan meluncurkan album Sonic/Panci Vol.3 secara utuh pada 1 November mendatang di festival music Rock in Celebes, di Makassar.
Baca juga: Sonic/panic Jakarta: VoB, Endah N Rhesa hingga Barasuara Soroti Krisis Lingkungan
Peluncuran di Rock in Celebes ini juga menjadi sesuatu yang baru bagi kolektif tersebut. Mereka sekaligus akan menggelar IKLIM Fest di tengah-tengah festival yang sudah berlangsung selama 16 tahun itu di Indonesia. Sebelumnya IKLIM Fest selalu digelar di Bali, sebagai konser ramah lingkungan yang digelar pasca diluncurkannya album Sonic/Panic di tiap edisinya.
Dengan peluncuran album Sonic/Panic Vol 3 ini, Robi Navicula mengatakan bahwa IKLIM berharap agar isu lingkungan tidak hanya akan dibicarakan atau menjadi perhatian segelintir orang, namun juga menyasar masyarakat yang lebih banyak. Minimal 3,5% dari masyarakat Indonesia, yang menurut penelitian, jumlah tersebut sudah cukup untuk membuat sebuah isu menjadi populer di masyarakat.
"Isu yang sebesar ini tidak akan jadi isu prioritas di skala decision making atau legislatif, kalau ia tidak jadi isu yang populer. Mumpung kita bergerak di industri yang populer, bagaimana sama-sama menjadikan isu ini sebagai dialektika publik, menjadi isu yang sama-sama dibicarakan tiap hari, dengan cara-cara yang berkesenian," kata Robi.
"Ada yang soft, ada yang direct, ada yang eksplisit. Karena tiap-tiap musisi pasti punya psikologi pendengarnya masing-masing," tambahnya lagi.