c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

26 Juni 2024

16:47 WIB

Kulon Progo Pikat Wisatawan Dengan Ragam Aktivitas Desa Wisata

Paket wisata yang ditawarkan berupa eksplorasi kekhasan 26 desa wisata yang ada di Kulon Progo. Di antaranya wisata alam atau adventure, wellness tourism, budaya dan konservasi

<p>Kulon Progo Pikat Wisatawan Dengan Ragam Aktivitas Desa Wisata</p>
<p>Kulon Progo Pikat Wisatawan Dengan Ragam Aktivitas Desa Wisata</p>

Puncak Widosari menjadi dalah satu destinasi desa wisata di Kulon Progo, DI Yogyakarta. dok. Antara/Fitra Ashari

JAKARTA - Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya terkenal dengan kawasan Malioboro atau Keraton Yogyakarta saja. Sedikit bergeser ke wilayah Barat Daya DIY, ada sebuah kabupaten yang meningkatkan daya tarik wisatanya, dengan memperkenalkan ragam aktivitas desa wisata yaitu Kabupaten Kulon Progo.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo Joko Mursito menyebut, Kulon Progo sedang meningkatkan setiap desa wisatanya menjadi lebih premium untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Dengan mengembangkan beberapa elemen desa wisata seperti homestay, kegiatan live in atau aktivitas hidup berbaur dengan masyarakat setempat, menjadi konsep yang sedang ditingkatkan di Kulon Progo.

“Kulon Progo itu sudah menetapkan pembangunan pariwisatanya berbasis pemberdayaan masyarakat, buktinya Kulon Progo 4 tahun berturut-turut masuk ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) itu hanya di Kulon Progo dari se-Indonesia, itu bukti penggunaan kami di desa-desa wisata berhasil,” kata Joko saat ditemui media di Bendung Kamijoro, Kulon Progo, dikutip Rabu (26/6).

Salah satu yang juga membuat Kulon Progo meningkatkan standar wisatanya adalah, hadirnya bandara Yogyakarta International Airport. Kemudian, pembangunan rumah sakit bertaraf internasional dan bekerja sama dengan pengembang hotel untuk membangun properti di wilayah tersebut.

Hotel bertaraf internasional juga membuat homestay yang dikelola warga setempat menaikkan standar pelayanan dan produk yang dipakai menjadi lebih premium. Pelatihan dan pendampingan pun terus dilakukan baik dari Dinas Pariwisata dan Kelurahan setempat, bekerja sama dengan hotel sekitarnya agar mematangkan bagaimana menjamu pengunjung dengan pelayanan terbaik a la hotel.

“Pelatihan sudah berjalan dari 2021 sampai 2024 sudah menjalankan program yang namanya Lomba Gelar Potensi Desa Wisata Menebar Pesona, salah satu yang dinilai dalam desa wisata itu adalah homestay jadi juri datang mereka menginap, saya bikin standar sendiri karena kami harus tahu bagaimana dia melayani selama 24 jam,” kata Joko.

Paket wisata yang ditawarkan ke pelancong juga berupa eksplorasi kekhasan setiap desa yang ada di Kulon Progo, seperti wisata alam atau adventure, wellness tourism, dan tema budaya seperti konservasi dengan total 26 desa wisata. Joko menerapkan aturan, setiap desa wisata harus menetapkan tema masing-masing agar penyebaran pelancong bisa merata dan memiliki banyak pilihan aktivitas wisata.

Seperti salah satunya aktivitas wisata konservasi burung di Jatimulyo yang ternyata memikat para turis asing, sehingga mereka menginap di homestay warga setempat untuk melakukan bird watching. Ada pula wisata edukasi Rumah Sandi di Tinalah, wisata alam Ngargosari atau Widosari dengan pemandangan gunung api purba, dan ada pula aktivitas outbound di Argo Tirto.

“Yang sudah dapat ADWI ada 4 di Tinalah wisata edukasi, Ngargosari atau Widosari itu alam gunung api purba, Hargotirto homestay outbound activity, tahun ini Jatimulyo dengan konservasi,” imbuhnya.

Ke depannya Joko ingin Kulon Progo menyukseskan pariwisata berkelanjutan yang berfokus pada isu lingkungan, seperti adanya pengelolaan sampah, dan pengumpulan sampah plastik dari masyarakat jika ada kegiatan budaya. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan Kulon Progo dan bisa menarik wisatawan mulai dari domestik hingga mancanegara.

Kawasan Konservasi
Asal tahu saja, Desa/Kalurahan Jatimulyo menjadi kawasan konservasi yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi. Wilayah itu memiliki wilayah geografis perbukitan, di dalamnya terdapat banyak kekayaan flora dan fauna tersimpan. Sekitar 105 jenis burung hidup di kawasan itu.

KTH Wanapaksi memiliki tujuan untuk membangun kualitas kesejahteraan hidup bersama untuk masa kini dan masa depan melalui kegiatan aneka usaha berwawasan konservasi. Dengan sasaran anggota kelompok adalah masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

Kegiatan Kelompok Tani Hutan (KTH) Wanapaksi, mulai dari konservasi burung, konservasi air dengan menanam, ada juga edukasi, serta kegiatan jaga lingkungan. Keanggotan KTH Wanapaksi sendiri, mulai dari petani, penderes, peternak kambing, warga yang dulunya pemburu dan pembudi daya lebah.

Ketua KTH Wanapaksi Suhandri menjelaskan, kelompok itu adalah wadah buat mereka berdiskusi. Seiring berjalannya waktu, berkembang pelestarian burung. Melihat, wilayah Jatimulyo memiliki kecocokan sebagai habitat burung, akhirnya dibuat kelembagaan yang fokus pada upaya pelestarian burung. Kemudian dibuatlah habitat dengan melakukan pendataan burung.

Sebelum dibentuk KTH Wanapaksi, banyak pemburuan burung di kawasan itu, namun pada 2014, Pemerintah Desa/Kalurahan Jatimulyo menerbitkan Peraturan Desa Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kelestarian Lingkungan Hidup. Dengan adanya perdes tersebut, masyarakat berhenti berburu.

Masyarakat Jatimulyo mengembangkan vanili, cengkih, kopi, hingga tanaman sengon. Pogram itu mendorong Jatimulyo menjadi lokasi wisata alam berbasis konservasi. Tanaman ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat, seiring kawasan Wanapaksi Jatimulyo sebagai objek wisata mandiri yang dikelola masyarakat.

Saat ini, KTH Wanapaksi tengah mengembangkan beberapa usaha, seperti peternakan lebah madu tanpa sengat (klanceng), usaha ekowisata pengamatan burung, dan program adopsi burung bersarang.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar