25 September 2025
12:34 WIB
Kucing Bisa Sebabkan Uveitis Toksoplasmosis
Parasit tokso dari kucing bisa menyebabkan uveitis toksoplasmosis, peradangan pada lapisan tengah mata.
Penulis: Annisa Nur Jannah
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi Ibu dan anak Kucing Liar. Sumber: Shutterstock/Stock Photos 2000 |
JAKARTA - Kucing sering dianggap sebagai hewan pembawa penyakit toksoplasmosis atau tokso. Kekhawatiran ini membuat sebagian orang enggan berdekatan dengan kucing, karena diyakini hewan berbulu itu bisa langsung menularkan parasit berbahaya.
Namun menurut dr. Eka Octaviani Budinigtyas, pakar katarak, infeksi okular, dan imunologi, penularan tokso sebenarnya tidak sesederhana itu. Menurutnya, kucing memang bisa menjadi salah satu sumber penularan, terutama melalui kotorannya.
Dari kotoran itulah parasit berkembang dalam bentuk telur atau kista yang dapat masuk ke tubuh apabila tidak sengaja terhirup. Meski demikian, kucing bukanlah satu-satunya perantara.
"Daging mentah atau setengah matang, air yang terkontaminasi, bahkan lingkungan yang kotor juga bisa menjadi media penularan," ujar dr. Vani, di Jakarta.
Ia menjelaskan, tokso bisa menular ketika kita menghirup kista parasitnya. Salah satunya memang bisa dari kotoran kucing, tapi bukan berarti semua kucing otomatis menularkan.
Hal yang membuat toksoplasmosis berbeda dengan penyakit menular lain adalah sifat parasitnya yang bisa menetap dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala dalam waktu lama. Parasit tokso dapat bertahan dengan cara tidur terlebih dahulu, lalu aktif kembali saat daya tahan tubuh seseorang menurun.
"Dia bisa bertahan, tidur dulu. Baru ketika imun kita turun misalnya sedang sakit atau kondisi tubuh drop, tokso itu aktif lagi. Tergantung di mana dia bersarang, bisa di mata, otak, atau organ lain,” papar Eka.
Ketika tokso aktif menyerang mata, ia dapat menimbulkan peradangan yang dikenal sebagai uveitis toksoplasmosis. Kondisi ini menjadi salah satu bentuk uveitis yang paling sering ditemukan di Indonesia. Uveitis sendiri merupakan peradangan lapisan tengah mata.
Gejalanya bisa berupa mata merah, pandangan kabur, silau, hingga nyeri yang cukup mengganggu. Jika tidak segera ditangani, uveitis dapat berujung pada komplikasi serius seperti kerusakan retina dan bahkan kebutaan.
"Kasus uveitis toksoplasmosis cukup banyak kami temukan, terutama pada pasien yang imunitasnya sedang lemah. Jadi, tokso tidak sekadar infeksi umum, melainkan bisa langsung berdampak pada penglihatan,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa risiko penularan tidak bisa dipukul rata. Tidak semua pemilik kucing otomatis berisiko tinggi.
"Kalau kucingnya sehat, bersih, dan tidak ada kontak intens dengan kotorannya, risikonya juga rendah. Jadi tidak otomatis semua pemilik kucing akan kena tokso," ucapnya.
Menariknya, kebiasaan hidup bersih yang terbentuk sejak pandemi covid-19 ternyata turut membantu menekan risiko penularan tokso. Menurut dr. Vani, kunci utamanya adalah menjaga kebersihan, memperkuat daya tahan tubuh, serta membiasakan pola hidup sehat sehari-hari.
"Jadi, jangan buru-buru menyalahkan kucing karena yang lebih penting adalah bagaimana kita menjaga diri, lingkungan, serta kesehatan mata agar terhindar dari risiko uveitis toksoplasmosis," pungkasnya.