30 Juni 2025
14:46 WIB
KSK 2025 Upaya Pemajuan Kebudayaan Lewat Sastra
Penghargaan sastra diharapkan mampu menguatkan kebudayaan Indonesia, sehingga sastra menjadi salah satu pendorong penting dalam upaya memajukan kebudayaan nasional.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Acara Malam Anugrah Kusala Sastra Khatulistiwa di Kompleks Kementerian Kebudayaan, Senayan, Jakarta, Sabtu (28/6). Sumber foto: Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI).
JAKARTA - Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) yang telah hiatus selama tiga tahun, resmi kembali hadir dengan mengumumkan buku-buku sastra terbaik penerima hadiah tahun ini. Pengumuman pemenang dilangsungkan di Graha Utama Gedung A Kementerian Kebudayaan, Sabtu (28/6) lalu.
Malam Anugrah Kusala Sastra mengumumkan tiga kategori hadiah yang dihadirkan. Kategori novel diberikan untuk buku Duri dan Kutuk karya Cicilia Oda, kategori cerpen dimenangkan Sang Gajah di Bukit Kupu-kupu karya Sasti Gotama, serta kategori puisi untuk Hantu Padang karya Esha Tegar Putra.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan, gelaran KSK, yang turut didukung oleh Kementerian Kebudayaan, merupakan wujud komitmen bersama untuk memajukan kebudayaan melalui sastra. Gelaran ini diharapkan mampu menguatkan kebudayaan Indonesia, menjadi salah satu pendorong penting dalam upaya memajukan kebudayaan nasional.
“Dengan kehadiran Kementerian Kebudayaan yang kini berdiri sendiri, merupakan komitmen dari Bapak Presiden Prabowo Subianto yang ingin menjadikan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan bangsa,” ungkap Fadli dalam keterangannya, dikutip Senin (30/6).
Fadli menyampaikan ucapan selamat bagi para pemenang dan nominator, serta pihak dari Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia selaku penyelenggara acara. Dia berharap semakin banyak pegiat sastra yang tak lelah dalam memajukan sastra nasional, dan lebih jauh lagi memperkenalkannya ke kancah dunia.
“Tentu melalui kerja kolaboratif, kerjasama, sinergi antara Kementerian Kebudayaan dengan komunitas dan pegiat sastra dengan para penulis,” ucapnya.
Kusala Sastra Khatulistiwa, kata Fadli, bukan hanya menjadi ajang penghargaan bagi pegiat sastra di Indonesia, namun juga langkah untuk menumbuhkembangkan minat karya sastra yang berkualitas.
Sebagai bagian dari program KSK, sebanyak Rp25 juta telah disiapkan untum membeli buku pilihan KSK. Buku-buku tersebut nantinya akan didistribusikan untuk sekolah, komunitas, perpustakaan, serta taman baca masyarakat, agar sastra dapat dijangkau mudah oleh seluruh kalangan.
Sementara pemenang di masing-masing kategori menerima dana apresiasi sebesar Rp75 juta.
Hal itu menurut Fadli sejalan dengan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk menguatkan ekosistem dan diplomasi kebudayaan melalui sastra. Pada tahun 2025, Kementerian Kebudayaan berencana melaksanakan delapan program, di antaranya Laboratorium Penerjemah Sastra, Laboratorium Promotor Sastra, Penerjemahan Karya Sastra, Penguatan Festival Sastra, Penguatan Komunitas Sastra, Manajemen Talenta Nasional Bidang Sastra, Pengembangan Sastra Berbasis IP, dan Promosi Sastra di dunia internasional.
“Ini suatu perintah konstitusi yang sangat jelas dan kemudian tentu dielaborasi kembali oleh Undang-Undang No. 5 tahun 2017,” tambah Menbud Fadli.
Fadli juga berharap bahwa sastra Indonesia juga berkembang di kancah internasional dengan menekankan peran penerjemahan.
“Karena itulah, kepentingan kebudayaan bermaksud untuk menerjemahkan banyak karya-karya sastra Indonesia dari yang klasik, supaya ada continuity,” tandas Menbud.
Kusala Sastra Khatulistiwa merupakan agenda penghargaan kesusastraan Indonesia yang dihelat oleh Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI) untuk mengapresiasi pelaku sastra di Indonesia. Acara ini bukan sekedar penghargaan individual, tapi juga sebagai instrumen strategis dalam kemajuan kebudayaan.
Selaras dengan pernyataan Fadli Zon, Ketua YRKI, Pratiwi Juliani juga berharap bahwa anugerah sastra ini dapat memajukan sastra Indonesia.
“Besar harapan kami agar apresiasi ini mampu memberikan dampak positif,” ucap Pratiwi.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital sekaligus kurator Kusala Sastra Khatulistiwa 2025, Nezar Patria, juga menggarisbawahi pentingnya memajukan kebudayaan lewat sastra.
“Berfokus pada ekosistem budaya berarti memberikan perhatian, dorongan, dan penguatan setiap unsur yang menopangnya,” ujar Nezar.