c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

30 April 2025

11:04 WIB

Komunitas Dan Pemerintah Bersinergi Apresiasi Para Penyintas Dan Nakes TBC

Tema ini menjadi bentuk penghormatan yang tulus bagi para penyintas, tenaga kesehatan, dan seluruh komunitas yang terus berjuang tanpa kenal lelah.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

<p>Komunitas Dan Pemerintah Bersinergi Apresiasi Para Penyintas Dan Nakes TBC</p>
<p>Komunitas Dan Pemerintah Bersinergi Apresiasi Para Penyintas Dan Nakes TBC</p>

Kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting untuk memberantas penyakit TBC. Dok. STPI

JAKARTA - Tuberkulosis (TBC) terdengar seperti penyakit lama, namun kenyataannya ia masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan zaman, perjuangan melawan TBC masih harus dihadapi, terutama setelah pandemi Covid-19 membuat deteksi dan pengobatan TBC sempat tertinggal.

Dengan estimasi kasus TBC mencapai 1.090.000 pada 2025, upaya eliminasi kian mendesak. Dalam peringatan Hari Tanpa Tuberkulosis Sedunia (HTBS) 2025, STPI bersama Medco Foundation, PR Konsorsium Penabulu-STPI, dan Kementerian Kesehatan RI mengusung tema “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC".

Tema ini menjadi bentuk penghormatan yang tulus bagi para penyintas, tenaga kesehatan, dan seluruh komunitas yang terus berjuang tanpa kenal lelah, meskipun di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Namun, di balik semangat ini, situasi tahun 2025 tidak sepenuhnya ideal.

Dunia pemberantasan TBC diguncang oleh pembekuan dana dari USAID dan kebijakan efisiensi anggaran dari Pemerintah Indonesia. Meskipun begitu, komitmen untuk terus berjuang tak luntur sedikit pun.

“Peran semua pihak sangat penting. Komunitas TBC adalah ujung tombak deteksi dini, pendampingan pengobatan, hingga edukasi masyarakat,” ujar Muhammad Hanif, Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia.

Ia menegaskan, hanya dengan kolaborasi, narasi TBC bisa bergeser dari tantangan menjadi kemenangan. Untuk itu, pemerintah terus memperkuat upaya eliminasi TBC, salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021.

"TBC sudah menjadi isu prioritas nasional. Prabowo juga telah menegaskan komitmen ini di berbagai kesempatan," katanya.

Meski langkah maju telah dicapai, tantangan di lapangan masih sangat nyata. Mulai dari stigma yang membuat orang enggan berobat, hoaks seputar pengobatan TBC, hingga akses layanan kesehatan yang belum merata di berbagai daerah. Salah satu contohnya adalah Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi mereka yang sudah terinfeksi tapi belum menunjukkan gejala cakupannya masih rendah, baru sekitar 19% per Maret 2025.

Di tengah keterbatasan anggaran, komunitas menjadi garda depan yang tidak bisa diabaikan. Menurut dr. Henry Diatmo, Direktur Eksekutif STPI, komunitas adalah pihak yang paling dekat dengan pasien dan penyintas TBC.

Selain membantu dalam pendampingan medis, komunitas juga menjadi jembatan advokasi sosial dan akses ke layanan kesehatan, termasuk melalui platform aduan LaporTBC. Ada lagi, salah satu penggerak utama di lapangan adalah PR Konsorsium Penabulu-STPI.

Pihaknya membina 229 sub-recipient yakni organisasi masyarakat sipil yang berperan aktif dalam skrining, rujukan, hingga edukasi TBC. Sementara itu, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) mengambil peran dalam mengisi celah kegiatan yang tidak tercover pendanaan Global Fund, seperti edukasi komunitas dan mendorong deteksi dini.

Meski menghadapi tantangan pendanaan dan operasional, optimisme tetap bergema. Semua pihak sadar bahwa memberantas TBC tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Sebagai bagian dari peringatan HTBS 2025, selain konferensi pers dan talk show kesehatan "AKSI TBC", rangkaian kegiatan juga dimeriahkan oleh pameran seni bertajuk Cerita dalam Lensa.

Pameran ini menampilkan 25-40 karya visual yang menggambarkan kisah perjuangan para penyintas TBC, stigma sosial yang mereka hadapi, dan kekuatan komunitas. Bertempat di lantai mezzanine The Energy Building, Jakarta Selatan, pameran ini dibuka untuk umum mulai 28 hingga 30 April 2025.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar