25 Oktober 2025
10:58 WIB
Koleksi Wastra Jepang Dipamerkan Di Museum Nasional
Sejumlah koleksi wastra Jepang dari Museum Nasional Tokyo dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta.
Editor: Satrio Wicaksono
Pengunjung mengamati karya tenun pada pameran Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (24/10/2025)
JAKARTA - Sebanyak 26 koleksi wastra Jepang dari Museum Nasional Tokyo, dipamerkan di Museum Nasional. Koleksi yang sebagian besar kimono ini hadir dalam pameran bertajuk "Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang”.
Pameran ini merupakan kolaborasi antara Museum dan Cagar Budaya, dan Museum Nasional Tokyo. Kedua institusi di dua negara ini yang memikul tanggung jawab besar dalam melestarikan dan merayakan warisan budaya.
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyampaikan, meskipun bahan dan teknik wastra antara Indonesia dan Jepang berbeda, namun tradisi kedua negara memuliakan prinsip yang sama. Baik melalui songket maupun shibori, melalui ikat atau yuzen, menurutnya semua karya ini berbagi satu esensi keselarasan dengan alam.
"Karya-karya tersebut mencerminkan pencarian manusia untuk menciptakan keindahan yang menghubungkan bumi, jiwa, dan generasi penerus," ujar Fadli seperti dilansir Antara, Sabtu (25/10).
Seperti diketahui, hubungan antara Indonesia dan Jepang yang terjalin melalui sejarah panjang dan terus berkembang, cukup kuat untuk membawa kenangan, makna, dan persahabatan lintas generasi.
"Kedua negara kita menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1958, dan selama hampir tujuh dekade kita telah membangun kemitraan yang saling menguntungkan, yang terus tumbuh semakin kuat di berbagai bidang," atanya
Menurutnya, budaya menjadi jantung dari hubungan kedua negara ini yang hadir lebih awal daripada bentuk kerja sama lainnya, yang terus berkembang sampai hari ini. "Dan terus menjadi fondasi kepercayaan, saling menghormati, dan persahabatan antara masyarakat kita," imbuh Fadli Zon.
Kolaborasi seperti ini menurut Menbud yang menjadikan Konstitusi Indonesia dan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, terasa nyata. Upaya ini memperkuat diplomasi budaya, sekaligus mendorong ekonomi budaya yang inklusif dan berkelanjutan bagi komunitas tekstil kita.
"Saat kita menatap ke depan menuju 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang pada tahun 2028, kolaborasi ini memberikan arah bahwa budaya adalah dialog yang hidup, yang harus terus dipelihara melalui pengelolaan bersama," katanya.
Chargée d'affaires Kedutaan Besar Jepang Myochin Mitsuru mengatakan, di antara (objek) pameran, batik, yang diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, telah mendapat apresiasi luas di Jepang karena signifikansi budayanya.
Pameran ini menurutnya juga membandingkan tekstil Indonesia, seperti batik dan Ikat, dengan teknik pewarnaan dan tenun Jepang, yang menyoroti tradisi kedua negara dan sejarah yang terus berlanjut hingga kini.
Pameran “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang” dibuka untuk umum mulai 25 Oktober hingga 7 Desember 2025. Selama periode pameran, setiap akhir pekan akan digelar berbagai lokakarya budaya Jepang.