c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

05 Agustus 2021

08:15 WIB

Kisah Penemuan Sepeda Dari Meletusnya Gunung Tambora

"Tahun Tanpa Musim Panas" menjadi cikal-bakal diinisiasinya sebuah sepeda oleh seorang bangsawan Jerman, Karl von Drais

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

Kisah Penemuan Sepeda Dari Meletusnya Gunung Tambora
Kisah Penemuan Sepeda Dari Meletusnya Gunung Tambora
Dandy-horse, cikal bakal sepeda. Wikipedia/dok

JAKARTA – Letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 1815, menjadi erupsi gunung berapi paling kuat di abad ke-19. Erupsinya bahkan dapat mengubah iklim di seluruh dunia, hingga di tahun berikutnya dikenal sebagai 'Tahun Tanpa Musim Panas'. 

Menurut Wowshack, temperatur suhu dunia kala itu turun sekitar 0,4 sampai 0,7 derajat celsius akibat abu yang menghalangi cahaya matahari masuk ke Bumi. Akibatnya banyak tanaman mati dan gagal panen, bahkan sungai-sungai pun membeku.

Lebih dari 70 ribu orang meninggal di seluruh dunia, akibat penyakit dan kemiskinan yang dialami karena letusan Gunung Tambora. Hewan-hewan pun banyak dibunuh karena manusia sulit mendapatkan makanan. 

Namun di tengah kesulitan itu, ditemukanlah sepeda. Sebenarnya, ide sepeda ini sudah ada sejak 1418 oleh ahli mesin Italia, Giovanni Fontana. Dikutip dari International Bicycle Fund (IBF), Fontana menciptakan sebuah mesin yang memiliki empat roda yang menggunakan tali yang saling tersambung melalui roda gigi.

400 tahun setelahnya, tepatnya setelah letusan Gunung Tambora, barulah sepeda tercipta. Penemunya adalah seorang bangsawan Jerman bernama Karl von Drais. 

Berdasarkan keterangan dari Tree Hugger, Karl von Drais berinisiatif untuk menciptakan mesin bertenaga manusia karena menyadari bahwa ada banyak hewan seperti kuda, menjadi korban dari 'Tahun Tanpa Musim Panas', baik sebagai hewan pekerja ataupun makanan. 

Saat itulah, ia menciptakan sepeda roda dua. Meski begitu, sepeda ciptaan Drais memiliki bentuk yang jauh berbeda dengan sepeda modern.

Sama-sama memiliki roda dua, sepeda itu terbuat dari kayu. Pengendara duduk di atas pelana kulit yang disambungkan pada sepeda. Roda gigi dan pedal belum ada dalam sepeda ciptaan Drais. Jadi pengendara hanya bisa mendorong sepeda mereka ke depan menggunakan kaki. 

Sepeda ini menjadi terkenal dan memiliki nama panggilan 'Dandy-horse' dan 'hobby-horse', sebab memudahkan orang-orang ketika bepergian dan melakukan perjalanan. Kepopuleran sepeda ini semakin menjadi besar. Namun sayangnya menimbulkan masalah di kemudian hari.

Selain sulit bagi pengendaranya untuk tetap seimbang dan stabil saat mengendarainya, sepeda ini juga mengganggu dan membahayakan para pejalan kaki. Kala itu, pengguna sepeda dilarang menggunakan jalan raya karena bisa membahayakan pengendara lainnya di jalanan. 

Namun ternyata, bersepeda di trotoar sama berbahayanya. Beberapa kota dunia seperti Milan, London, New York, Philadelphia, dan Calcutta, akhirnya melarang penggunaan sepeda pada 1820-an. Baru di awal 1860-an, sepeda kembali diperkenalkan.

Kali ini sepeda mempunyai dua roda, pedal, dan sistem gigi. Kepopulerannya semakin melejit setelah John Kemp Starley mengeluarkan 'sepeda aman' di tahun 1870-an. Sepeda ciptaannya ini lebih nyaman dengan sepeda-sepeda yang ada di kala itu, yakni tidak mempunyai roda yang terlalu besar, mempunyai dua roda, pedal, sistem gigi, dan juga suspensi untuk mengerem. 

'Sepeda aman' Starley inilah yang kemudian terus dikembangkan hingga sampai saat ini, menjadi sepeda yang lebih modern. Meski begitu, atas responsnya terhadap 'Tahun Tanpa Musim Panas' dan letusan 'Gunung Tambora', Drais tetap dinobatkan sebagai penemu sepeda terdahulu.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar