19 Mei 2025
13:57 WIB
Kisah 500 Juta Tahun Evolusi Dalam "Ghost of Hell Creek: Stone Garuda"
Stone Garuda menghadirkan narasi tentang asal-usul manusia dan krisis planet yang dihadapi umat manusia saat ini. Karya ini berbasis riset, memadukan kerja seni dengan penelitian sejarah evolusi
Editor: Andesta Herli Wijaya
Karya pertunjukan Ghosts of Hell Creek: Stone Garuda dari Prehistoric Body Theater (PBT). Dok: Komunitas Salihara/ Witjak Widhi Cahya.
JAKARTA - Prehistoric Body Theater (PBT), sebuah kolektif seni pertunjukan eksperimental berbasis di Jawa Tengah, menyuguhkan pertunjukan Ghosts of Hell Creek: Stone. Karya ini ditampilkan Teater Salihara pada akhir pekan kemarin, 17 dan 18 Mei.
Ghosts of Hell Creek Stone Garuda secara garis besar mengisahkan perjalanan evolusi selama 500 juta tahun, dimulai dari masa kejayaan dinosaurus hingga munculnya nenek moyang primata manusia melalui perspektif binatang purba. Karya ini mengeksplorasi gerak dan aspek ketubuhan Acheroraptor yang merupakan jenis raptor berbulu dan Purgatorius yang dianggap nenek moyang primata yang berhasil bertahan dari kepunahan massal akibat tumbukan asteroid Chicxulub 66 juta tahun yang lalu.
Stone Garuda menghadirkan narasi yang mendalam tentang asal-usul manusia dan krisis planet yang dihadapi umat manusia saat ini. Karya ini disajikan lewat kerja penelitian dan kolaborasi yang mendalam antara sang seniman dengan ilmuan paleontologi internasional. Pertunjukan ini mengajak penonton menyimak gerak anatomi, kinetika, dan perilaku dari hewan-hewan prasejarah melalui tubuh para penari.
Melalui karya ini, PBT mengajak penonton menyimak pertemuan unik antara ekspresi tubuh yang berakar tradisi dengan imajinasi sains modern. Para penari PBT yang berakar pada tradisi secara kolektif mengembangkan gerak dari makhluk prasejarah lewat berbagai sumber, termasuk hasil penelitian dari paleontolog dunia. Dengan demikian, karya ini menjadi jembatan antara seni dengan ilmu paleontologi global.
Ghost of Hell Creek: Stone Garuda disutradari oleh Ari Dharminalan Rudenko, seorang seniman multidisiplin asal Amerika yang telah bermukim di Indonesia selama lebih dari satu dekade. Ari juga yang menjadi pendiri dari Prehistoric Body Theater dan lewat karya ini ia menghadirkan teater imersif yang menggabungkan antara sains, seni, serta konservasi alam.
"Ghost of Hell Creek itu terinspirasi dari situs fosil Hell Creek, sungai neraka, di Serikat Montana yang menyimpan fosil-fosil dari dinosaurus paling terakhir sebelum ada bencana bumi kolosal dan kepunahan massal gara-gara tabrakan asteroid sama bumi 66 juta tahun yang lalu. Dan di situ kita juga temukan primata pertama yang dari sisi sains evolusi mungkin saja adalah leluhur kita yang berada dan bertahan hidup waktu bencana massal itu," ungkap Ari dalam keterangan video yang dibagikan pada Senin (195).
Menurut Ari, Stone Garuda adalah proyek seni yang telah dikembangkan selama delapan tahun bersama para seniman, dan para peneliti paleontologi. Lewat kolaborasi lintas bidang itu, terciptalah pertunjukan tari kontemporer yang meniru gerakan hewan purba.
"Kami juga berproses sama para ilmuwan sains yang meneliti dinosaurus ini, primata ini, lingkungan ini, jadi gerakan-gerakannya memang diciptakan bersama para ilmuwan. Terus juga berbasis banyak observasi secara langsung," lanjut Ari.
Karya Ghosts of Hell Creek: Stone Garuda sebelumnya perdana dipentaskan di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pada 2024 lalu dengan tajuk Ghosts of Hell Creek. Pertunjukan ini, menurut keterangan Ari menjadi pertunjukan perdana Ghosts of Hell Creek di Jakarta, sebagai bagian dari perjalanan karya ini ke sejumlah titik panggung di Amerika Serikat.
Prehistoric Body Theater adalah kelompok pertunjukan seni-ilmiah eksperimental. Studio mereka terletak di tengah hutan Jawa Tengah, Indonesia. PBT terdiri dari para penari dan seniman pertunjukan Indonesia, yang semuanya berakar kuat dalam tradisi dan tari ritual dari berbagai penjuru nusantara.
Karya-karya PBT merupakan sintesis dari teknik tari tradisional dan praktik budaya, panggung eksperimental mutakhir, serta riset kolaboratif yang berkelanjutan. Selain itu, kolektif ini juga bekerja sama dengan panel mentor ilmuwan internasional, yang membantu merancang karakter dan narasi tari yang benar-benar didasarkan teori dan temuan paleontologi terkini.