c

Selamat

Kamis, 20 November 2025

KULTURA

24 April 2024

10:22 WIB

Kenali Tahapan Anak Tantrum Sebagai Pencegahan Dini

Kondisi tantrum biasanya dialami ketika anak lelah, lapar, sakit, atau harus melakukan transisi. Pemahaman tahapannya penting untuk pencegahan. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

<p>Kenali Tahapan Anak Tantrum Sebagai Pencegahan Dini</p>
<p>Kenali Tahapan Anak Tantrum Sebagai Pencegahan Dini</p>

Ilustrasi anak tantrum. Unsplash

JAKARTA - Tantrum adalah hal yang umum dialami oleh anak-anak, terutama balita saat mereka masih belajar mengontrol emosi dan berekspresi. Sebagai bagian dari proses perkembangan mereka, anak belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik, sehingga tantrum menjadi salah satu cara mereka berekspresi ketika merasa frustrasi, marah, atau kecewa.

Mengutip Mayo Clinic, tantrum adalah bentuk ekspresi frustrasi anak kecil karena tidak bisa mendapatkan yang diinginkannya. Anak mungkin kesulitan mencari tahu sesuatu atau menyelesaikan tugas, juga mungkin tidak punya kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya. 

Sederhananya, kondisi tantrum biasanya dialami ketika anak lelah, lapar, sakit, atau harus melakukan transisi. Pada kondisi ini, ambang batas frustrasi anak lebih rendah, sehingga amukan lebih mungkin terjadi.

Sejatinya, tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, namun bisa menjadi masalah jika terjadi terlalu sering. Umumnya, tantrum yang normal atau tipikal terjadi antara usia 18 bulan sampai 4 tahun. 

Tahapan Awal Anak Tantrum
Oleh karena itu, penting bagi orang tua maupun pengasuh mengenal tahapan tantrum sebagai tindakan pencegahan dini. Dalam tahap awal, biasanya anak akan berteriak jika keinginannya dilarang atau tidak terpenuhi.

Tahap berikutnya, anak akan melakukan tindakan. Selain berteriak, mereka akan berguling-guling, menangis, bahkan mungkin membenturkan kepalanya ke tembok, lantai, atau benda lain. 

Pada tahap ketiga, setelah tenaganya habis untuk menangis, mereka akhirnya mulai merengek. Inilah waktu tepat bagi orang tua atau pengasuh dengan lembut dan sabar menjelaskan aturan atau mengarahkan anak ke perilaku yang lebih baik.

Jika Anda bereaksi dengan keras atau marah, anak mungkin akan meniru sikap tersebut. Berteriak pada anak untuk tenang juga cenderung membuat situasinya semakin buruk.

Sebaliknya, cobalah untuk mengalihkan perhatian anak. Misalnya dengan buku yang berbeda, perubahan lokasi, atau membuat wajah lucu mungkin bisa membantu. 

Jika Anda telah meminta anak untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya, tindak lanjuti dengan menawarkan bantuan atau memberikan pilihan yang dapat diterima oleh anak. 

Bahkan, jika anak mulai memukul atau menendang orang lain atau mencoba berlari ke jalan, hentikan perilakunya dengan memeluknya sampai dia tenang. Ketika anak sudah tenang, dengan lembut jelaskan aturan Anda.

Saat kontrol diri anak meningkat, tantrum seharusnya menjadi lebih jarang terjadi. Sebagian besar anak mulai memiliki lebih sedikit tantrum pada usia 3 tahun ke atas.

Namun, ketika anak semakin intens amukannya setelah usia 4 tahun dan tantrum menjadi kebiasaan merusak benda-benda di sekitarnya, menyakiti diri sendiri atau orang lain, serta menahan napas secara ekstrim selama tantrum, ini bisa menjadi tanda bahaya.

Maka, ada baiknya Anda berbicara dengan dokter anak. Dokter akan mempertimbangkan apakah ada masalah fisik atau psikologis yang mungkin berkontribusi pada perilaku tantrum yang ekstrem. 

Dengan bantuan yang tepat, anak dapat belajar mengelola emosi dengan lebih baik dan mengatasi perilaku tantrum ekstrem. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar