07 Maret 2023
12:56 WIB
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Salah satu efek dari tindakan medis kemoterapi adalah dapat menurunkan cadangan ovarium pada wanita. Cadangan ovarium sendiri mengacu pada jumlah dan kualitas sel telur yang erat kaitannya dengan potensi reproduksi.
Namun demikian, sebenarnya hal itu dapat diatasi. Bagi pasien kanker yang menjalani dapat dilakukan penyimpanan beku sel telur demi menjaga cadangan ovarium.
"Dokter dapat simpan beku sel telur. Saat radiasi atau kemoterapi selesai, sel telurnya sudah semakin sedikit, mereka (pasien) punya cadangan untuk program hamil di kemudian hari. Walaupun di Indonesia belum ada regulasinya, tapi di kita umumnya menyimpan karena faktor mau kemoterapi atau radiasi," kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi, dr Mila M, seperti dikutip dari Antara, Selasa (7/3).
Nantinya, ketika para wanita tersebut sudah selesai menjalani pengobatan dan dinyatakan kankernya tidak akan relapse atau kambuh, maka ovarium dapat ditransplantasi.
Menurut dia, umumnya menyimpan sel telur dilakukan untuk menunda mempunyai anak. Dan, metode ini tergolong lazim dilakukan. Sudah lebih dari 250 ribu bayi lahir dengan metode ini.
"Kalau laboratoriumnya cukup baik insya Allah tidak ada masalah. Tetapi ini memang sangat tergantung dari kekuatan laboratorium rumah sakit yang bersangkutan," tutur Mila.
Cara lain untuk menjaga cadangan ovarium yakni dengan melakukan ovarian transposition, atau menaikkan posisi ovarium. Dengan cara ini juga meminimalisir agar tidak akan terkena efek radiasi. Hal ini biasanya dilakukan pada pasien kanker serviks yang masih berusia muda.
"Itu hal-hal yang dapat dilakukan untuk memproteksi fertilitas pada pasien yang akan menjalani kemoterapi," jelasnya.
Selain kemoterapi dan radiasi, cadangan ovarium seorang wanita juga bisa menurun karena kista cokelat. Kondisi ini akan membunuh sel-sel telur besar sehingga terjadi pengambilan berlebihan dari sel telur yang merupakan cadangan ovarium.