c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

13 November 2024

11:09 WIB

Kemenparekraf-BNPB Petakan Destinasi Berisiko Bencana Hidrometeorologi

Kemenparekraf dan BNPB melakukan pemetaan terhadap destinasi wisata yang rawan terkena bencana hidrometeorologi. 

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Kemenparekraf-BNPB Petakan Destinasi Berisiko Bencana Hidrometeorologi</p>
<p>Kemenparekraf-BNPB Petakan Destinasi Berisiko Bencana Hidrometeorologi</p>

 Pemerintah dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melakukan mitigasi bencana dengan memasang papan peringatan. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memetakan destinasi wisata yang tergolong rawan terkena bencana hidrometeorologi. Pemetaan bencana tersebut dilakukan secara digital maupun dalam bentuk buku panduan manajemen krisis. 

Adapun yang temasuk dalam kategori bencana hidrometeorologi yang diawasi oleh pemerintah seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. 

Dalam pemetaan tersebut, disebutkan bahwa destinasi wisata yang saat ini menjadi fokus pengawasan pemerintah rawan terjadi bencana hidrometerologi adalah kawasan pegunungan. Misalnya, kawasan Puncak Bogor di Jawa Barat yang dinilai menjadi destinasi wisata rawan bencana banjir bandang dan tanah longsor di saat musim hujan.

“Kawasan ini terus dipantau oleh instansi teknis seperti BMKG, Basarnas, BNPB, dan BPBD Kabupaten Bogor,” kata Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, dikutip dari Antara.   

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bencana hidrometeorologi terjadi di semua destinasi wisata, baik di kawasan danau, hutan, pantai hingga pesisir. Hal tersebut dipicu beberapa faktor seperti terjadinya alih fungsi hutan pegunungan yang tidak terkendali, lingkungan yang tidak terawat, maupun budaya membuang sampah sembarangan.

Atas dasar tersebut, pihaknya meminta seluruh pelaku usaha industri pariwisata, termasuk juga penginapan seperti hotel, cottage, villa, maupun glamping untuk memenuhi standar keamanan baik sisi konstruksi bangunan maupun keamanan lingkungan. Dengan demikian diharapkan terhindar dari bencana hidrometerologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di tempat wisata.

Lebih lanjut Kemenparekraf mengimbau kepada pelaku usaha industri pariwisata untuk melakukan evaluasi kondisi cuaca dan pembaruan prosedur keselamatan. Berikan informasi yang jelas kepada pengunjung tentang kondisi terkini dan potensi risiko. Pastikan pula, periksa keamanan semua fasilitas dan peralatan wisata air secara rutin.

Pelaku pariwisata juga diimbau untuk melakukan pemeliharaan ekstra pada infrastruktur yang mungkin terpengaruh oleh musim hujan. Sediakan peralatan keselamatan tambahan seperti pelampung atau alat penyelamat , terutama jika aktivitas melibatkan perairan terbuka atau arus sungai, serta menyediakan peta yang jelas dan mudah diakses tentang rute evakuasi dan lokasi titik pertemuan.

Sementara pemerintah daerah, diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, ombak tinggi dan tanah longsor di saat musim hujan dengan mengecek semua fasilitas yang ada. Kemudian, siapkan langkah mitigasi sebagaimana SOP yang ditetapkan sehingga membuat wisatawan merasa aman, nyaman, dan menyenangkan saat bertamasya di tempat wisata tersebut.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar