10 Oktober 2025
20:12 WIB
Kemenbud-Kemenpar Janji Upayakan Hadirnya Venue Musik Di Daerah
Gelaran pertunjukan musik telah menyumbang perputaran ekonomi yang besar, tapi fasilitas venue khusus untuk gelaran musik terbilang masih sangat minim di Indonesia.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa (kiri) dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo (kanan) pada sesi wawancara cegat dalam rangkaian Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 di Jakarta, Jumat (11/10/2025). ANTARA/Sinta Ambar.
JAKARTA - Industri pertunjukan musik yang tumbuh pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir nyatanya belum dibarengi dengan ketersediaan venue musik yang cukup. Fasilitas tersebut keberadaannya masih terbatas di wilayah utama seperti Jakarta, sementara banyak daerah tak memiliki venue khusus musik yang memadai.
Persoalan ini pun mencuat dalam sesi diskusi Konferensi Musik Indonesia (KMI) yang digelar Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) . Wakil Menteri Giring Ganesha mengatakan, keterbatasan itu menjadi salah satu isu yang akan dibicarakan lebih lanjut di pemerintah.
Giring mengatakan pihaknya akan melakukan koordinasi ke berbagai kementerian dan lembaga terkait untuk menghadirkan lokasi atau venue khusus gelaran musik.
"Kita akan maju bersama-sama, kita akan roadshow ke Kemendagri, ke Kementerian PU untuk bisa berkolaborasi. Mudah-mudahan nanti ada tempat-tempat taman budaya yang bisa dipakai untuk ekspresi budaya," ungkap Giring kepada awak media usai sesi diskusi Konferensi Musik Indonesia (KMI) hari ke-3 di Jakarta, Jumat (10/10) dilansir dari Antara.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa mengakui bahwa usulan masyarakat mengenai minimnya venue yang secara khusus untuk gelaran musik telah didengar oleh pihaknya.
Hingga kini pihaknya masih mengupayakan agar keinginan terkait kehadiran venue khusus untuk gelaran musik dapat dihadirkan tak hanya di Jakarta namun juga di wilayah lain.
"Ya kita dorong ada venue-venue besar yang bisa muncul. Bali saja yang sebesar itu juga belum ada venue (untuk event musik)," tambah dia.
Wamenpar juga sepakat bahwa dalam menghadirkan venue gelaran musik, diperlukan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga sebagaimana disampaikan Wamenbud. Pihaknya juga siap membuka diri bila ada pihak swasta yang berkeinginan untuk menghadirkan lokasi gelaran musik.
Baca juga: Berharap Industri Pertunjukan Musik Jadi Prioritas Strategis
Ni Luh melihat bahwa musik mampu menjadi penggerak perekonomian nasional, hal ini berkaca dari sumbangan ekonomi dari konser musik seperti Hammersonic dan Java Jazz.
"Hammersonic 2024 ini salah satu festival musik terbesar di Asia Tenggara. Event ini mencatat perputaran ekonomi sekitar Rp250 miliar dengan menarik kurang lebih 42 ribu penonton dari dalam negeri maupun luar negeri dan menyerap lebih dari 21 ribu tenaga kerja pariwisata," kata Ni Luh.
Gelaran tersebut menurutnya juga menyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional ini mencapai Rp4,2 triliun.
Selain itu, kata dia, gelaran musik Java Jazz 2025 diproyeksikan menghadirkan perputaran ekonomi.sebesar Rp162,48 miliar dengan lebih dari 111 ribu penonton dengan penyerapan 9.500 tenaga kerja serta sumbangan pada PDB nasional diperkirakan mencapai Rp147,52 miliar.