c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

19 Februari 2025

20:33 WIB

Keluarga Lee Di Balik Dominasi Saus Tiram Nan Mendunia

Siapa yang sangka jika ternyata saus tiram yang begitu mendominasi dunia bermula dari masakan yang gosong ditinggalkan.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rikando Somba, Rendi Widodo,

<p dir="ltr" id="isPasted">Keluarga Lee Di Balik Dominasi Saus Tiram Nan Mendunia</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Keluarga Lee Di Balik Dominasi Saus Tiram Nan Mendunia</p>

Foto Lee Kam Sheung sang pendiri merek saus tiram Lee Kum Kee. Dok. Ist.

Hampir di sudut kota manapun jika kita menyambangi restoran Chinese Food, kita akan menemukan sebuah saus yang sama. Saus ini mampu membuat wangi tumisan menjadi begitu harum. Saus yang penuh karakter untuk hampir apapun masakan khas Tiongkok adalah tiram bermerek Lee Kum Kee.

Selain memberikan warna menggoda dan aroma yang memancing rasa lapar, saus ini juga menghadirkan rasa gurih yang khas, menciptakan harmoni sempurna antara manis, asin, dan umami. Namun, ada jalan panjang di balik sebotol saus tiram yang sudah mendunia ini. Lebih dari sekedar bisnis keluarga, saus tiram Lee Kum Kee adalah perjalanan kuliner dari generasi ke generasi.

Berawal Dari Masakan yang Gosong
Dari sebuah tulisan yang dilansir dari South China Morning Post (SCMP), 137 tahun yang lalu atau tepatnya pada 1888, di suatu malam, aroma laut memenuhi udara di sebuah kedai sederhana di Nanshui, Guangdong. Asap tipis dari dapur berbaur dengan riuhnya pelanggan yang datang silih berganti, mencari kehangatan dalam secangkir teh dan semangkuk sup tiram yang melegenda.

Di balik kedai itu, seorang pria bernama Lee Kam Sheung (tidak diketahui usianya) sibuk melayani para tamu. Langkahnya cepat, tangannya lincah, namun pikirannya terbagi. Selain pemilik kedai, ia juga juru masak, pelayan, sekaligus pengantar pesanan.

Sendirian ia mengurus segalanya. Lee memastikan setiap mangkuk sup tersaji hangat di meja, setiap tamu dilayani dengan ramah. Tapi kesibukan ini pula yang akhirnya menjeratnya dalam satu kejadian yang tak pernah ia lupakan.  

Hari itu, seperti biasa, ia merebus tiram dalam panci besar. Sejak dahulu, di China sup tiram memang kerap menjadi hidangan untuk menghangatkan badan. Uap mengepul, buih-buih kecil bermunculan di permukaan air, pertanda tiram mulai matang. Namun, deretan pelanggan yang semakin panjang membuatnya harus meninggalkan dapur.

Ia berpikir, hanya sebentar saja, hanya melayani satu-dua orang, lalu kembali ke rebusannya. Namun, waktu berjalan lebih cepat dari dugaannya.

Ia terserap dalam percakapan, dalam gelak tawa pelanggan setianya, dan sibuknya kedai yang tak henti didatangi orang. Hingga tiba-tiba, sesuatu menariknya kembali ke kenyataan yakni sebuah aroma tajam menusuk udara, disusul asap yang perlahan merayap dari dapur.  

Lee tersentak. Jantungnya berdegup kencang. Ia bergegas ke belakang, membuka tutup panci dengan panik.

Di dalamnya, tak ada lagi sup tiram bening yang biasa ia sajikan. Air telah menguap, meninggalkan cairan kental berwarna coklat pekat yang melekat di dasar panci. Tiramnya gosong, tak lagi berbentuk.  

Kekecewaan pun menyelimutinya. Ia tahu, sup itu tak bisa diselamatkan lagi. Namun, rasa penasaran mendorongnya untuk mencolek sedikit cairan kental yang tersisa. Ia mendekatkannya ke lidah, mencicipinya perlahan. Dan di saat itulah, matanya membelalak. Menyiratkan sesuatu hal yang tak pernah ia rasakan.

Gurih, kaya, dengan jejak manis yang halus. Itu yang dirasanya saat mencecap cairan itu. Ada sesuatu dalam saus ini yang belum pernah ia temukan sebelumnya. Ini bukan sekadar tiram yang terlalu lama dimasak ini adalah sesuatu yang baru, sesuatu yang istimewa baginya.

Tertarik Memperkaya Rasa
Ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa sup tiramnya telah gosong, rasa penasaran justru menguasai Lee. Alih-alih membuangnya, ia melihat peluang di balik ketidaksengajaan itu.  

Dengan penuh rasa ingin tahu, Lee mulai bereksperimen. Ia mencicipi saus kental berwarna gelap yang tersisa di dasar panci, lalu mencoba mencampurkannya ke dalam berbagai masakan, seperti tumisan sayur, daging, hingga hidangan laut.  

Hasilnya sungguh di luar dugaan. 

Setiap hidangan yang disentuh saus ini berubah menjadi lebih kaya rasa, lebih berkarakter, dan semakin menggugah selera. Ada kedalaman rasa gurih yang sulit dijelaskan, seolah menghadirkan cita rasa laut yang sesungguhnya dalam setiap suapan.  

Tak ingin berhenti di satu keberuntungan, ia mulai bereksperimen lebih jauh. Dengan takaran yang sama, ia mencoba merebus tiram segar dalam cairan hingga menghasilkan sirup yang mengental dan berkaramel. Untuk memperkaya rasa, ia menambahkan kecap, garam, gula, serta rempah-rempah pilihan, menciptakan saus berwarna cokelat tua dengan rasa umami yang begitu khas.  

Keunikan saus tiram buatannya segera menarik perhatian penduduk setempat. Aroma dan cita rasanya yang menggugah selera membuat banyak orang ingin mencoba dan menggunakannya dalam masakan mereka.

Melihat respons yang begitu positif, Lee pun memutuskan untuk memproduksi saus tiramnya secara massal. Dari sebuah ketidaksengajaan, di tahun yang sama ia pun memasarkan saus tiram bernama Lee Kum Kee.

Ujian Berat Lee Kam Shueng
Industri saus tiram tidak selalu berjalan mulus bagi Lee Kam Sheung. Setelah meracik dan memasarkan saus tiram sejak 1888, bisnisnya mengalami cobaan besar pada 1902, tepat 14 tahun sejak penemuan saus tiramnya. Sebuah kebakaran hebat melanda pabrik sausnya di Nanshui, Guangdong yang selama bertahun-tahun menjadi pusat produksi utama.  

Musibah ini bukan sekadar kehilangan aset, tetapi juga mengancam kelangsungan bisnis yang telah ia bangun dengan susah payah. Namun, bukannya menyerah, Lee Kam Sheung justru melihat bencana ini sebagai titik balik.

Ia mengambil keputusan besar untuk memindahkan bisnisnya ke Makau, wilayah yang saat itu berkembang sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan utama di pesisir Tiongkok. Di Makau, Lee Kam Sheung membangun kembali perusahaannya dengan skala yang lebih besar serta struktur yang lebih profesional.

Di sana, dia tidak hanya kembali memproduksi saus tiram, tetapi juga mengembangkan beragam varian saus lainnya untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin luas. Bahkan, dari sini, Lee Kum Kee mulai dikenal hingga ke luar Tiongkok. Namun, perjalanan suksesnya harus usai setelah 30 tahun kebakaran pabriknya, Lee Kam Sheung meninggal dunia pada tahun 1932. 

Sayangnya, tidak ada informasi yang jelas mengenai penyebab kematiannya maupun usianya saat itu.

Warisan dan Tantangan Datang
Sepeninggal Lee Kam Sheung, bisnis Lee Kum Kee diwariskan kepada putranya, Lee Shiu Nan. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan tidak hanya bertahan tetapi juga mengalami ekspansi besar-besaran ke luar Tiongkok.

Pada 1950-an, sekitar 18 tahun setelah kepergian Lee Kam Sheung, saus tiram Lee Kum Kee sangat diminati di Hong Kong, Tiongkok. Produk ini begitu bernilai hingga konsumen rela membayar HK$1,80 untuk sebotol saus tiram. Padahal rata-rata penghasilan bulanan saat itu hanya HK$10. Dengan kata lain, 20% dari gaji bulanan mereka dihabiskan untuk membeli Saus Tiram Lee Kum Kee.

Namun, di tengah dominasi Lee Kum Kee, persaingan semakin sengit. Beberapa produsen lain mulai menantang posisi mereka di pasar saus tiram. Salah satu yang paling menonjol adalah Hop Sing Lung Oyster Sauce Co.

Menurut catatan The Industrial History of Hong Kong Group, Hop Sing Lung didirikan pada 1928, tepat 26 tahun setelah kebakaran pabrik Lee Kam Sheung. Perusahaan ini berusaha membagi pangsa pasar dengan mengikuti jalur distribusi Lee Kum Kee di tiga lokasi utama. Dalam beberapa dekade, Hop Sing Lung berkembang pesat, bahkan diakui sebagai salah satu dari empat produsen saus tiram terbesar di Makau bersama Lee Kum Kee.

Satu visi yang diwariskan oleh Lee Kam Sheung terus diterapkan, yaitu prinsip 100:1 yang menjadi fondasi kokoh dalam memperkuat posisi Lee Kum Kee di industri saus tiram. Filosofi ini menekankan bahwa setiap kesalahan harus diimbangi dengan seratus perbaikan, menjadikannya sebagai budaya kerja yang mendorong inovasi dan keunggulan.  

Dengan prinsip ini, perusahaan terus berinovasi, meningkatkan kualitas produknya, serta memperluas jangkauan pasarnya hingga ke tingkat global.

Raksasa Saus Tiram Berabad-Abad
Setelah Lee Shiu Nan, kepemimpinan Lee Kum Kee beralih ke Lee Man Tat, cucu dari pendiri. Di bawah visinya, perusahaan mengalami ekspansi global yang semakin agresif, menjangkau pasar Eropa, Amerika, dan berbagai negara Asia.

Lee Man Tat tidak hanya mempertahankan produksi saus tiram sebagai produk andalan, tetapi juga mengembangkan beragam saus dan bumbu lainnya, menjadikan Lee Kum Kee sebagai merek yang identik dengan cita rasa autentik Asia.  

Di era kepemimpinannya, filosofi 100:1 warisan sang buyut pun semakin ditekankan, setiap kesalahan harus diikuti dengan seratus perbaikan. Prinsip ini memperkuat kehadirannya di pasar global.  

Setelah Lee Man Tat, tongkat estafet kepemimpinan diteruskan kepada Charlie Lee yang membawa Lee Kum Kee ke era modern. Ia menerapkan teknologi canggih dalam produksi, memperkuat strategi digital, serta memperluas jaringan distribusi internasional.

Di bawah kepemimpinannya, perusahaan semakin berkembang dan tetap menjadi pemimpin di industri saus tiram dunia.  Setelah lebih dari satu abad, produk mereka telah tersedia di lebih dari 100 negara menjadikan saus tiram Lee Kum Kee sebagai standar kelezatan dalam kuliner global.  

Eksistensi Lee Kum Kee kini memasuki generasi keenam. Perusahaan tetap mempertahankan standar kualitas yang tinggi, memastikan bahwa setiap botol saus tiram memiliki warna, tekstur, dan aroma yang khas tidak amis, memiliki rasa gurih yang seimbang, serta aroma yang kaya. Bahkan, tiram yang digunakan dalam produksinya harus berumur dua hingga tiga tahun, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan secara turun-temurun. Di samping itu, sistem tata kelola yang kuat menjadi faktor utama dalam kesuksesan jangka panjang Lee Kum Kee.

Keluarga Lee menerapkan struktur tata kelola ganda yang memisahkan urusan keluarga dan bisnis. Mereka memiliki dewan keluarga yang mengawasi semua aspek di luar operasional perusahaan, termasuk perencanaan suksesi dan strategi investasi keluarga. Keluarga ini juga meyakini pentingnya melibatkan dan melatih generasi muda sejak dini untuk memastikan transisi kepemimpinan yang mulus. Namun, mereka menghindari nepotisme dengan tidak menempatkan individu yang tidak memenuhi syarat dalam posisi strategis perusahaan.  

Saat ini, Lee Kum Kee berkembang jauh lebih besar dari sekadar produsen saus tiram. Bisnis mereka kini memiliki 200 jenis produk, mencakup berbagai saus, bumbu, dan bahan masakan lainnya yang digunakan oleh koki profesional maupun rumahan di seluruh dunia.

Popularitasnya bahkan menginspirasi banyak perusahaan lain untuk mencoba membuat produk serupa. Namun, hingga kini, saus tiram Lee Kum Kee tetap tak tertandingi.

Kesuksesan luar biasa ini juga tercermin dalam kekayaan keluarga Lee. 

Berdasarkan laporan Forbes pada 2023, keluarga Lee tercatat sebagai keluarga terkaya ke-4 di Hong Kong dan termasuk dalam jajaran orang terkaya di Asia dengan total kekayaan mencapai US$ 19,3 miliar atau hampir Rp 300 triliun. Menarik jika mengingat imperium ini bermula dari sebuah masakan yang gosong.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar