c

Selamat

Jumat, 29 Maret 2024

KULTURA

23 September 2022

10:12 WIB

Kehadiran Pabrik Baterai Diharap Tekan Harga Mobil Listrik

Akankah keberadaan pabrik baterai di Indonesia bisa menekan harga jual mobil listrik di tanah air?

Editor: Satrio Wicaksono

Kehadiran Pabrik Baterai Diharap Tekan Harga Mobil Listrik
Kehadiran Pabrik Baterai Diharap Tekan Harga Mobil Listrik
Ilustrasi baterai lithium pada mobil listrik. Shutterstock/dok

JAKARTA - Kehadiran pabrik baterai Indonesia diharapkan mampu menekan harga mobil listrik yang masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan daya beli mobil masyarakat tanah air yang berkisar di harga Rp200-300 jutaan.

"Pabrik baterai di negara kita akan mulai berproduksi kurang lebih pada dua tahun lagi. Mungkin saat itu lah akan terjadi penurunan harga (EV) di Indonesia," kata pengamat otomotif, Bebin Djuana seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/9).

Meski demikian dirinya pun memahami bahwa kehadiran pabrik baterai di Indonesia juga tidak bisa langsung menyelesaikan permasalahan. Menurutnya, terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan.

"Mulai dari skala produksi dari pabrik baterainya ada berapa banyak, seperti apa efisiensinya, varian baterainya apa saja, kalau bisa untuk mobil, motor, dan kendaraan komersial dalam saat yang sama," ujarnya menambahkan.

Sebagai informasi, Kementerian BUMN mengumumkan pembentukan perusahaan baterai yang bernama PT. Industri Baterai Indonesia (IBI) atau Indonesia Battery Corporation (IBC). Holding IBI terdiri dari Mining Industri Indonesia (Mind ID), PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT. Aneka Tambang Tbk. (Antam), PT. Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain kerja sama dengan Konsorsium Hyundai, pembentukan perusahaan ini juga melibatkan Korporasi KIA, Mobis Hyundai, dan LG Energy Solution.

PT. IBI direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 140 gigawatt hour (GWh). Diperkirakan bahwa 50 GWh sel baterai yang diproduksi IBI akan diekspor ke luar negeri. Kemudian, sisanya akan digunakan industri baterai di Indonesia untuk memproduksi mobil listrik. Setelah dibangun, perusahaan ini diprediksi dapat mempekerjakan sekitar seribu orang.

Di sisi lain, bukan rahasia bahwa penggerak mesin bertenaga baterai inilah yang membuat harga kendaraan listrik masih tinggi. Menurut Bebin, kendaraan listrik sejak awal memang lebih mahal dari kendaraan konvensional, lantaran teknologinya masih tergolong baru saat diperkenalkan dan minatnya masih rendah.

"EV memang sejak awal lebih mahal dari kendaraan berbahan bakar fosil. Walaupun 3-4 tahun terakhir sudah ada penurunan harga karena perkembangan teknologi, baterai, dan volume produksi," ujar dia.

Saat disinggung apa opsi terbaik saat ini dalam transisi energi ramah lingkungan di sektor otomotif, Bebin berpendapat bahwa penggunaan dan perkembangan transportasi publik yang beremisi nol bisa menjadi pilihan baik oleh masyarakat maupun pemerintah.

"Yang didahulukan adalah public transportation, gantikan dengan bus, metromini, atau kopaja listrik. Jakarta akan punya LRT, dan ini adalah hal yang baik karena bisa mengangkut banyak orang dengan kendaraan listrik. Terapkan di sektor-sektor yang kesehariannya betul-betul (menjangkau) kilometer yang tinggi, seperti public transportation, logistik, bahkan ojol," kata dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentar Login atau Daftar





TERPOPULER