13 November 2025
08:20 WIB
Keengganan Orang Tertular TB Berobat Jadi Tantangan Terberat
Penanganan kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia masih menghadap beragam tantangan, yang terberat kesadaran masyarakat melakukan deteksi dan pengobatan. Bahkan banyak orang yang sebenarnya tertular, namun denial.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Ilustrasi obat untuk penyakit TBC. Shutterstock/ESB Professional
JAKARTA - Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia berada di peringkat kedua dunia dalam hal beban kasus TBC setelah India, yakni dengan estimasi jumlah kasus mencapai 1.090.000 per tahun.
Sementara data Kementerian Kesehatan pada 2024, penemuan kasus TBC sekitar 889 ribu dengan tingkat kematian akibat TBC mencapai 125 ribu kematian setiap tahunnya. Diungkapkan oleh spesialis paru Prof. Erlina Burhan, sebenarnya tantangan utama TB di Indonesia dari dahulu tidak berubah.
"Tantangan TB di Indonesia dari dahulu sama saja, yakni kasusnya banyak dan sulit menemukannya. Dari dahulu tidak pernah ketemu 100% kasus TB, paling banyak hanya 75% di 2024," kata Prof. Erlina dalam diskusi dan awarding jurnalis fellowship Stop TB Partnership Indonesia di Jakarta.
Artinya, dari estimasi jumlah kasus TB 1.090.000 per tahun, hanya 75% atau 750 ribuan kasus TB yang diketahui, didiagnosis, dan diobati. Sementara 250 ribuan orang dengan TB lainnya, beraktivitas sehari-hari tanpa mengetahui dirinya TB dan berisiko menularkannya pada orang lain.
Dari sana, tidak mengherankan kalau prevalensi TB di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Belum lagi, orang dengan TB yang terdiagnosis bisa jadi tidak mau melakukan pengobatan, sehingga bisa menularkannya pada orang lain karena adanya stigma di masyarakat atau alasan lainnya.
"Sebagian masih denial (kalau mereka TB) dan bisa menularkannya pada orang lain. Lalu gak semua orang yang berobat mau melakukan pengobatan sampai selesai, padahal itu bisa menjadi TB RO (Resisten Obat). Makanya, konsistensi dan tidak komprehensif ini masih menjadi tantangan," lanjut Prof. Erlina.
Maka dari itu, perlu komitmen jangka panjang, sinergi lintas sektor, dan peningkatan edukasi di masyarakat untuk mengatasi permasalahan TB di Indonesia.
Dengan memperkuat sistem kesehatan, memperluas akses layanan, dan menghapus stigma terhadap orang dengan TB, Indonesia bisa berpeluang menurunkan angka kasus secara signifikan. Dengan demikian, target eliminasi TB 2030 pun bisa tercapai.