14 Juli 2025
08:00 WIB
Kecanduan Judi Online Bisa Jadi Tanda Ada Trauma Pada Seseorang
Seseorang dengan trauma sering kali mengejar sensasi kesenangan yang besar, sehingga sangat mungkin terjebak dalam siklus kecanduan.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Warga mengakses situs judi online melalui gawainya di Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/5/2024). Sumber: AntaraFoto/Yulius Satria Wijaya.
JAKARTA - Judi online memberikan sesuatu yang diinginkan oleh banyak orang, yaitu harapan. Ketika bermain, seseorang berimajinasi tentang keuntungan bisa mendapatkan keuntungan dengan cara mudah dan menyenangkan. Karena selalu menawarkan harapan, maka seseorang bermain berulang-ulang, hingga tanpa sadar kecanduan.
Dari sudut pandang psikologis, situasi kecanduan juga dikaitkan dengan trauma. Rasa trauma sering kali mendorong seseorang untuk mengambil langkah ekstrem demi mendapatkan kesenangan dengan intensitas yang besar. Perasaan seperti itu bisa didapatkan dari bermain judi online.
Psikiater dr. Jiemi Ardian Sp.KJ mengatakan seseorang yang mempunyai masalah kecanduan pada judi online, pada sebagian kasusnya karena memiliki trauma. Mereka ingin menghilangkan trauma itu lewat hal-hal yang memberi kesenangan besar.
"Sebagiannya itu karena trauma makanya dia kecanduan, berusaha mengisi kesenangan dengan cara ekstrem, berusaha mengisi kesenangan yang besar, yang kalau orang normal nggak butuh intensitas kesenangan sebesar itu," ungkap Jiemi di sela peluncuran buku karyanya, Pulih dari Trauma di Gramedia Jalma, Jakarta, Minggu (13/7).
Orang dengan trauma membutuhkan suatu pelampiasan yang bisa membuatnya senang dengan intensitas yang besar. Maka itu lebih mudah mengalami kecanduan karena memberikan akses kesenangan yang besar.
Melansir Antara, Dokter lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta itu menekankan bahwa trauma perlu disembuhkan. Jika tidak, seseorang tak hanya mudah kecanduan akan sesuatu, namun juga akan terganggu secara emosional, termasuk menjadi temperamen dan berperilaku kasar.
Ia menambahkan berhentinya seseorang dari judi online juga bukan berarti ia sudah sembuh dari trauma. Sembuh berarti juga menjadi lebih logis dan terkendali dalam bersikap. Sembuh dari trauma berarti juga berkurangnya perilaku mengganggu yang mengikutinya.
"Jadi kita tidak bisa menganggap sembuh judi itu hanya sebatas abstinence atau berhentinya judi. Tapi berhentinya judi dan hilangnya gejala aneh-aneh yang lain atau gejala mengganggu yang lain, itu baru kita bisa sebut sebagai sembuh," kata Jiemi.
Baca juga: Agen+62 Cara Baru Edukasi Bahaya Judol Lewat Film Komedi
Jiemi mengatakan orang yang melakukan judi online juga bisa mengalami depresi yang akan berimbas pada orang terdekat di keluarganya yang akan menimbulkan trauma baru atau secondary trauma. Hal itu karena keluarga yang "tertular" trauma tersebut menjadikan referensi judi online adalah hal yang buruk, dan nantinya bisa memicu kemarahan hanya dengan melihat konten judi online.
Ia mengulang, kecanduan merupakan salah satu dari bagian trauma. Maka itu seseorang perlu mencari pertolongan profesional sebagai bentuk tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan kesadaran akan pengaruhnya pada keluarga.