c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

10 November 2025

21:00 WIB

Kebiasaan Mendengarkan Dan Bermain Musik Tekan Risiko Demensia

Studi Monash University mengungkap, kebiasaan mendengarkan dan bermain musik bisa menekan risiko demensia di masa tua. 

Penulis: Arief Tirtana

<p>Kebiasaan Mendengarkan Dan Bermain Musik Tekan Risiko Demensia</p>
<p>Kebiasaan Mendengarkan Dan Bermain Musik Tekan Risiko Demensia</p>

Ilustrasi nenek mendengarkan musik. Foto: Freepik. 

JAKARTA - Banyak orang suka mendengarkan musik, baik sebagai hobi atau sekadar hiburan mengusir rasa penat. Kebiasan mendengarkan musik ini bisa menghadirkan sederet dampak positif, seperti mencegah demensia, serta meningkatkan kemampuan berpikir logis dan fungsi kognitif lainnya.

Penelitian terbaru yang dilakukan Monash University Australia, menemukan fakta, kebiasaan mendengarkan musik hingga usia lanjut bisa menurunkan risiko demensia hampir 40%. Penelitian ini melibatkan lebih dari sepuluh ribu warga Australia berusia 70 tahun ke atas yang tinggal di komunitas pensiunan dan belum pernah didiagnosis demensia. 

Data diambil dari studi the ASPirin in Reducing Events in the Elderly (ASPREE), dan juga sub-studi the ASPREE Longitudinal Study of Older Persons (ALSOP). Para responden diminta menjawab pertanyaan tentang kebiasaan mereka mendengarkan musik dan bermain alat musik.

Hasilnya, mereka yang aktif mendengarkan musik, 39% lebih kecil mengalami demensia, serta 17% lebih kecil mengalami gangguan kognitif ringan. Mereka juga menunjukkan hasil tes yang lebih baik dalam kemampuan berpikir umum dan memori episodik, yang penting untuk mengingat kejadian sehari-hari.

Penelitian yang dipimpin oleh mahasiswa kehormatan Monash University, Emma Jaffa, dan Profesor Joanne Ryan, juga mengamati pengaruh positif dari rutin memainkan alat musik. Mereka yang rutin memainkan alat musik memiliki risiko 35% lebih rendah terkena demensia. Walau dalam hal ini tidak ditemukan peningkatan signifikan pada kemampuan kognitif lain.

Sementara itu, orang yang melakukan keduanya, risiko demensia 33% lebih rendah, dan risiko gangguan kognitif non-demensia 22% lebih rendah juga.

Emma Jaffa menjelaskan, kegiatan musik bisa menjadi strategi yang mudah diakses untuk menjaga kesehatan otak pada usia lanjut. Meski hubungan sebab-akibat belum bisa dipastikan, data ini cukup menjadi bukti bahwa mendengarkan musik mampu menstimulasi banyak area di otak, memberikan rangsangan kognitif yang bermanfaat untuk menjaga fungsi mental. 

Karena itu, kegiatan ini bisa menjadi pilihan baik bagi mereka yang ingin mengurangi risiko terkena demensia di hari tuanya.

"Aktivitas musik mungkin merupakan strategi yang mudah diakses untuk menjaga kesehatan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua, meskipun hubungan sebab akibat belum dapat dipastikan," kata Emma, dikutip dari newshub.medianet.com.au.

Sementara, Joanne Ryan yang merupakan ahli epidemiologi neuropsikiatri dari Monash University, dalam sebuah wawancara radio menjelaskan, mendengarkan musik memang terbukti mampu mengaktifkan berbagai wilayah otak, dan stimulasi inilah yang membantu menurunkan risiko demensia.

 "Karena saat ini belum ada obat untuk demensia, penting untuk mengidentifikasi strategi guna membantu mencegah atau menunda timbulnya penyakit ini," ujar Ryan.

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penuaan otak tidak hanya dipengaruhi oleh usia dan genetika, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pilihan lingkungan dan gaya hidup seseorang. Dan penelitian ini menjadi satu yang kembali menguatkan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar