c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

26 Juni 2025

16:34 WIB

Kasus DBD Masih Tinggi, Perluasan Vaksinasi Dengue Jadi Strategi

Salah sati pijakan kuat menuju target ambisius nol kematian akibat dengue pada tahun 2030 dilakukan dengan perluasan vaksinasi dengue. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Kasus DBD Masih Tinggi, Perluasan Vaksinasi Dengue Jadi Strategi</p>
<p>Kasus DBD Masih Tinggi, Perluasan Vaksinasi Dengue Jadi Strategi</p>

Seorang Petugas Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) menyelesaikan pembuatan mural di Kebon Sirih Timur, Jakarta, Selasa (14/5/2024). Antatra Foto/Bayu Pratama S

JAKARTA - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu tantangan serius dalam sistem kesehatan Indonesia. Sepanjang tahun 2024, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 257 ribu kasus dengue dengan 1.461 kematian. 

Sementara itu, hingga pertengahan Juni 2025, tercatat 67.030 kasus baru yang mengakibatkan 297 kematian. Di Kalimantan Timur saja, seluruh kabupaten dan kota terdampak. 

Kutai Kartanegara menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 2.802 dari total 10.571 kasus yang tercatat sepanjang tahun lalu. Melihat tingginya beban kasus tersebut, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menegaskan komitmennya dalam menanggulangi dengue melalui kegiatan sosialisasi vaksinasi. 

Langkah ini diambil sebagai bentuk respons atas situasi yang ada, serta upaya membangun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perlindungan sejak dini. Bupati Kutai Kartanegara, Edi Damansyah, menekankan bahwa penanggulangan dengue tidak bisa mengandalkan satu pendekatan saja. 

"Virus dengue bisa menyerang siapa saja, kapan saja, dan anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Karena itu, strategi ini harus menyeluruh mulai dari edukasi masyarakat, pengendalian vektor, hingga perlindungan melalui vaksinasi,” ujar Edi dalam keterangan yang diterima, Kamis (26/6).

Dalam program ini, Pemkab menargetkan vaksinasi kepada sekitar 1.550 anak SD kelas 1 sampai 5 di Kecamatan Tenggarong. Ia meyakini bahwa inisiatif ini akan memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat dan menurunkan jumlah kasus di wilayahnya.

Dukungan terhadap program ini juga datang dari pemerintah pusat. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr. Ina Agustina Isturini, menegaskan pentingnya pendekatan inovatif dan kolaboratif dalam pengendalian dengue

Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021–2025, menurutnya, menjadi pijakan kuat menuju target ambisius yakni nol kematian akibat dengue pada tahun 2030. Saat ini, Kementerian Kesehatan sedang menyusun rencana lanjutan untuk memperkuat implementasi strategi tersebut di tingkat daerah. 

Salah satu langkah konkret yang diambil adalah perluasan program vaksinasi dengue ke daerah-daerah dengan beban kasus tinggi, termasuk Kutai Kartanegara. Pelaksanaan di daerah ini menjadi tindak lanjut dari keberhasilan program serupa di Balikpapan dan Samarinda yang mencatat cakupan vaksinasi hampir 100% dan belum ditemukan kasus infeksi pada anak-anak yang sudah divaksin.

Dalam pelaksanaannya, vaksin yang digunakan berasal dari kerja sama antara Bio Farma dan mitra internasionalnya, Takeda Innovative Medicines. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana sektor publik dan swasta dapat bersinergi dalam menyediakan solusi kesehatan yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Meski demikian, dr. Ina menekankan bahwa vaksinasi bukan satu-satunya solusi. Program pengendalian vektor, seperti Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, tetap harus dijalankan secara berkelanjutan dan terintegrasi dengan edukasi lintas sektor. 

Pendekatan holistik dinilai penting agar upaya pencegahan benar-benar berdampak di lapangan. Ia juga mengingatkan bahwa hingga saat ini belum ada obat khusus yang benar-benar menyembuhkan dengue. 

"Setiap tahun, ribuan keluarga terdampak bukan hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga waktu, kesempatan, dan bahkan kehilangan orang tercinta. Karena itu, pencegahan menjadi kunci,” jelas dr. Ina.

Langkah yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dapat menciptakan perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan dalam menghadapi ancaman dengue.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar