c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

28 Juni 2022

14:03 WIB

Kaspersky: Data Perusahaan Dibanderol Mulai Rp30 Juta Di Dark Web

Penjahat siber menanggapi banyak permintaan data di dark web. Kebanyakan penawaran (75%) menjual akses RDP (Remote Desktop) yang menyediakan akses ke desktop atau aplikasi dengan host jarak jauh

Kaspersky: Data Perusahaan Dibanderol Mulai Rp30 Juta Di Dark Web
Kaspersky: Data Perusahaan Dibanderol Mulai Rp30 Juta Di Dark Web
Ilustrasi kejahatan siber. dok.Pixabay

JAKARTA – Dengan naiknya kejahatan cyber sebagai model bisnis layanan, banyak penjahat cyber mencari informasi yang mereka butuhkan untuk melakukan serangan. 

Harga rata-rata untuk mengakses sistem perusahaan besar berkisar US$2.000–US$4.000 (Rp30 juta–Rp60 juta), relatif murah dibanding potensi kerugiannya.

Informasi akses semacam ini, menjadi incaran para pelaku ransomware yang bisa meraup keuntungan hingga US$40 juta dalam setahun. Riset Kaspersky mengungkap, adanya permintaan tinggi di Dark Web tidak hanya untuk data yang didapatkan dari serangan cyber, tetapi juga data dan layanan yang diperlukan untuk melakukan serangan. Misalnya data yang diperlukan untuk melakukan tahapan-tahapan tertentu sebuah serangan multifase.

Setelah pelaku serangan cyber mendapatkan akses ke infrastruktur perusahaan, mereka bisa menjual akses itu ke penjahat cyber lain, misalnya ke pelaku ransomware. Serangan seperti ini menimbulkan kerugian finansial yang signifikan.

“Termasuk jatuhnya nama perusahaan yang menjadi sasaran serangan, dan bisa mengakibatkan terhentinya pekerjaan atau mengganggu proses bisnis,” kata Sergey Shcherbel, Pakar Keamanan Kaspersky dalam keterangannya, Selasa (28/6).

Asal tahu saja, baik UMKM maupun perusahaan besar bisa menjadi target serangan. Para peneliti Kaspersky menganalisa lebih dari 200 postingan di Dark Web yang menawarkan untuk membeli informasi akses awal di forum perusahaan, dengan maksud menentukan jenis data perusahaan yang dijual. Juga kriteria apa yang digunakan penjahat cyber untuk memberi harga dari sebuah data perusahaan.

Kebanyakan postingan (75%) menjual akses RDP (Remote Desktop). Mereka menyediakan akses ke desktop atau aplikasi dengan host jarak jauh yang memungkinkan penjahat cyber untuk mengkoneksi, mengakses, dan mengendalikan data dan sumber daya perusahaan melalui host jarak jauh seakan-akan karyawan perusahaan mengendalikan data secara lokal atau dari dalam perusahaan.

Untuk melindungi infrastruktur perusahaan dari serangan menggunakan layanan akses dan kendali jarah jauh, pastikan koneksi yang menggunakan layanan ini aman dengan:

1. Gunakan akses terhadap layanan (misalnya RDP) hanya melalui VPN,

2. Gunakan password yang kuat dan Network Level Authentication (NLA),

3. Gunakan autentikasi dua faktor untuk semua layanan,

4. Selalu pantau bila ada kebocoran akses data. Monitoring Dark Web bisa didapat melalui Kaspersky Threat Intelligence Portal.

Penentu Harga
Sekadar informasi, harga untuk informasi akses awal bervariasi mulai dari beberapa ratus dolar hingga ratusan ribu dolar. Hal tersebut tidaklah mengejutkan, penentu utama tingginya harga dari postingan penawaran yang dianalisa adalah pendapatan dari target serangan.

Bila pendapatan perusahaan yang menjadi target besar, harganya akan semakin tinggi. Harga juga bisa berbeda bergantung dari industri dan wilayah operasi perusahaan.

“Data akses untuk infrastruktur perusahaan besar biasanya berkisar US$2000–US$4000 (Rp30 juta–Rp60 juta) yang terbilang cukup murah. Sejatinya, tidak ada batasan dari harga yang ditawarkan. Data perusahaan dengan pendapatan US$465 juta, bisa saja ditawarkan seharga US$50 ribu (Rp741 juta),” bebernya.

Salah satu komponen paling penting dalam penentuan harga akses awal adalah jumlah uang yang bisa didapat pelaku dari serangan menggunakan akses tersebut. Ada alasan mengapa pelaku ransomware siap membayar ribuan, bahkan puluhan ribu dolar, demi bisa menyusup ke jaringan perusahaan. Perusahaan yang menjadi sasaran bisa merugi hingga jutaaan dolar.

“Pelaku ransomware paling aktif tahun lalu diperkirakan menerima transfer dana US$5,2 miliar dalam tiga tahun terakhir,” serunya.

Selain mengenkripsi data perusahaan, penjahat cyber juga mencuri data tersebut. Mereka kemudian akan memposting data curian itu di blog mereka–terutama sebagai bukti, dan daya tawar ekstra–mengancam akan memposting lebih banyak data bila perusahaan tidak membayar tebusan yang mereka minta dalam jangka waktu tertentu.

“Komunitas penjahat cyber telah berevolusi, tidak hanya dari sisi teknis tetapi juga dari sudut pandang organisasi mereka. Kelompok ransomware saat ini lebih terlihat seperti industri yang menjual layanan dan produk,” ujar Sergey.

Ia memastikan, pihaknya terus menerus memonitor forum darknet untuk mendeteksi tren dan taktik terbaru penjahat cyber bawah tanah. “Kami melihat adanya peningkatan pasar akan data yang dibutuhkan untuk melakukan serangan,” cetusnya.

Mampu melihat berbagai sumber daya di dark web, menjadi penting bagi perusahaan yang ingin memperkaya intelijen ancaman. “Informasi cepat terkait serangan yang direncanakan, diskusi seputar kerentanan, dan kejadian kebocoran data akan membantu mengurangi attack surface (jumlah titik yang bisa menjadi sumber kebocoran data) dan mengambil langkah yang tepat,” tuturnya.

Ia melanjutkan, pencarian dark web yang diperkenalkan di portal Kaspersky Threat Intelligence, memberikan akses atas insight dari berbagai sumber terpercaya di seluruh dunia yang memungkinkan perusahaan untuk memitigasi dampak serangan cyber, dan mengidentifikasi potensi ancaman sebelum menjadi kenyataan.

Informasi lebih jauh terkait pasar gelap data perusahaan bisa di baca di Securelist.com.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar