08 Februari 2025
10:24 WIB
Kanker Serviks Berisiko Menular Pada Anak Perempuan
Kanker serviks berisiko menular pada keturunan selanjutnya, bahkan hingga ke cucu perempuan, karenanya upaya pencegahan harus dilakukan. Upaya risiko penularan secara genetik bisa diperkecil.
Editor: Satrio Wicaksono
Dokter menunjukkan contoh bagian bawah rahim yang menjadi lokasi penyakit serviks. (ANTARA/HO-Eka Hospital)
JAKARTA - Orang tua yang mengidap kanker serviks berisiko menularkan pada keturunan perempuan selanjutnya, bahkan hingga ke cucu perempuan. Karenanya upaya preventif patut dilakukan.
"Kalau garis atas kita artinya orang tua, di atas orang tua ada nenek, ada satu garis wanita yang terinfeksi kanker mulut rahim atau kanker payudara, nenek kita, kita ngomongin perempuan, maka itu secara tidak langsung hitungan turunannya diturunkan kepada anaknya yang perempuan,” jelas Dokter Spesialis Obgyn RS Permata Depok, Winda Nizarwan
Penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini, menurutnya dapat tetap bersarang di tubuh atau tidak dapat dihilangkan secara sepenuhnya. Namun secara medis dapat dikendalikan melalui pengobatan yang tepat. Dengan demikian, tindakan preventif menjadi langkah yang tepat, dan perempuan yang berisiko terjangkit dapat melakukan vaksinasi HPV untuk menurunkan potensi terjangkit kanker serviks.
"Supaya apa penurunan secara genetik bisa diperkecil. Kita nggak bisa menghilangkan 100%, tapi dengan tidak melakukan vaksin maka angka timbul di kita makin besar. Maka menjadi bijaksana, pertama papsmear yang kedua vaksin,” katanya, dikutip dari Antara.
Dirinya menyarankan, perempuan yang belum menikah untuk melakukan vaksin human papiloma virus (HPV) penyebab kanker serviks. Sedangkan papsmear bagi yang telah menikah untuk mengetahui gambaran dan status kesehatan mulut rahim dan mencegah secara dini kanker serviks.
"Kalau wanita yang sudah pernah berhubungan seksual maka wajib dilakukan papsmear. Kita wajib tahu status dari gambaran mulut rahim," ujarnya.
Sementara untuk deteksi dini kanker serviks bagi perempuan yang belum menikah, dilakukan melalui konsultasi untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dialami, seperti tanda berupa bercak darah, bercak keputihan, flek darah kecoklatan atau darah merah segar.
Gejala-gejala tersebut memang bukan tanda pasti yang menunjukkan gejala kanker serviks bagi remaja atau yang belum berhubungan seksual. Ia pun menyarankan bila mengalami gejala yang mencurigakan maka sebaiknya melakukan konsultasi ke ahli medis.
Bila dirasa mengalami gangguan pada alat kelamin perempuan seperti keputihan dan lainnya dapat dikonsultasikan ke dokter ahli bukannya mengonsumsi obat secara asal tanpa konsultasi. “Jangan ya, kita periksa saja,” jelasnya.
Dia menegaskan bahwa vaksin HPV terdiri dari tiga dosis, sehingga perempuan direkomendasikan melakukan vaksinasi dengan tiga dosis penuh. Ia juga menyarankan agar para ibu terutama yang memiliki anak perempuan pada usia 9 tahun untuk dapat turut serta pada program vaksinasi HPV secara gratis di sekolah yang dihadirkan pemerintah.
"Pemerintah memberikan vaksinasi pada anak-anak sekolah mulai 9 tahun. Maka saya anjurkan ibu-ibu yang mempunyai anak wanita di usia SD umur 9 tahun, ikuti . Itu sudah sebaik-baiknya langkah preventif karena apa? Aksi lebih baik daripada kita pasif,” tandasnya.