03 Oktober 2025
17:12 WIB
Kala Menulis Surat Dilombakan, Yuk Simak Syaratnya
Kementerian Kebudayaan menggelar lomba unik, menulis surat dengan tulisan untuk siswa sekolah. Surat-menyurat sendiri adalah tradisi yang telah sirna ditelan kemajuan teknologi.
Editor: Satrio Wicaksono
Ilustrasi surat-surat di kotak pos. Foto: Freepik.
JAKARTA - Mungkin sebagian besar Gen Z tidak pernah mengalami membuat surat dengan tulisan tangan, dan mengirimkan ke orang yang dituju, baik ke dalam maupun luar kota, ataupun ke luar negeri. Ini menjadi cara komunikasi paling efektif di masanya.
Bagi kebanyakan orang dulu, berkirim surat punya rasa emosional tersendiri. Tapi seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin masif dan serba instan menyadikan, surat-menyurat secara fisik ditinggalkan.
Di sisi lain, tahukah Anda ternyata dunia pun merayakannya? Setiap tanggal 1 September, diperingati sebagai Hari Menulis Surat Sedunia. Ini jadi semacam perayaan akan makna komunikasi personal lewat tulisan tangan yang kini telah sirna.
Peringatan ini sendiri dicetuskan oleh penulis, seniman, dan fotografer Australia, Richard Simpkin, pada tahun 2014, sebagai bentuk penghormatan terhadap surat tulisan tangan dan mendorong kembali orang-orang berkirim surat kepada orang terdekat.
Terlepas dari sentimental masa lalu itu, Kementerian Pendidikan menghadirkan lomba menulis surat bagi pelajar. Ini jadi cara unik untuk mendukung perkembangan literasi.
"Jadi lomba menulis surat untuk pahlawan, saya kira ini sangat penting terutama bagaimana menstimulasi generasi muda karena pesertanya adalah siswa-siswi SMP, SMA dan mahasiswa," kata Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Dengan menulis, kata dia, bisa menjadi ruang untuk mengekspresikan imajinasi. Karena itu pihaknya bersama dengan Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) dan PT POS Indonesia menggelar Lomba Menulis Surat Tingkat Nasional 2025, bertajuk "Surat Untuk Pahlawanku" untuk memperingati Pekan Surat Menyurat Internasional atau World Post Day pada 9 Oktober.
Tak sekadar lomba, ini menjadi upaya untuk merawat budaya menulis surat sebagai bagian dari peradaban, sekaligus mendorong generasi muda agar terbiasa menyalurkan pikiran, perasaan dan harapan secara tertulis melalui surat.
Terlebih pada era yang serba digital ini, budaya surat-menyurat bisa disebut langka. Untuk itu, diperlukan upaya memperkenalkan kembali budaya menulis dengan tangan dan mengajak berimajinasi lewat tulisan.
Fadli menambahkan, kegiatan yang dilaksanakan pada 3 Oktober hingga 3 November ini sekaligus menjadi rangkaian perayaan menuju Hari Pahlawan. Sementara soal tema kepahlawanan, diharapkan dapat mendorong generasi mudah untuk mengenal para pahlawan.
"Mereka paling tidak, membaca dulu tokoh-tokoh pahlawan yang mereka kagumi, tokoh-tokoh pahlawan yang bisa memberikan inspirasi dan ini menurut saya sangat penting sebagai bagian dari jembatan untuk memahami nilai-nilai kepahlawanan yang bisa terus hidup di masyarakat, khususnya di generasi muda," katanya.
Kegiatan surat-menyurat ini diharapkan mampu memelihara dan memajukan literasi Indonesia dan menjadi ruang kreatif bagi generasi muda,
Adapun pemenang lomba akan diumumkan pada 15 November 2025. Syaratnya, karya ditulis tangan menggunakan pena bertinta hitam/biru pada selembar kertas putih, berbahasa Indonesia. Merupakan karya asli yang belum pernah dipublikasikan, kemudian dikirim menggunakan pos dengan memanfaatkan prangko yang cukup dan masih berlaku.