c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

19 September 2022

15:36 WIB

Jejak Azyumardi Azra, Tokoh Cendekiawan Islam Yang Diperhitungkan

Sejak kecil, Azyumardi Azra adalah sosok yang selalu haus akan ilmu pengetahuan.

Penulis: Andesta Herli Wijaya

Editor: Satrio Wicaksono

Jejak Azyumardi Azra, Tokoh Cendekiawan Islam Yang Diperhitungkan
Jejak Azyumardi Azra, Tokoh Cendekiawan Islam Yang Diperhitungkan
Warga mengisi buku tamu saat bertakziah ke rumah duka almarhum Azyumardi Azra di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

JAKARTA - Bangsa Indonesia kehilangan salah satu insan terbaiknya, Azyumardi Azra. Sosok cendekiawan muslim yang belakangan mengemban tugas menjaga demokrasi lewat posisi sebagai Ketua Dewan Pers.

Azyumardi meninggal dunia saat kunjungannya ke Malaysia untuk kegiatan konferensi internasional. Merujuk publikasi Dewan Pers di akun Instagram resminya,  Azyumardi meninggal pada Minggu (18/9) siang di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia.

Prof. Azra, begitu orang-orang memanggilnya, adalah Ketua Dewan Pers periode 2022-2025. Tapi lebih dari itu, Azyumaardi adalah tokoh masyarakat yang dikenal lewat kecendikiaannya, terutama dalam pembicaraan kajian Islam.

Dilansir dari berbagai sumber, Azyumardi adalah sosok cendikiawan kelahiran Lubuk Alung, Sumatra Barat, 4 Maret 1955. Dibesarkan dalam keluarga sederhana yang meyakini pentingnya pendidikan, Azyumardi tumbuh sebagai sosok yang mencintai ilmu pengetahuan sejak kecil. Sejak bangku Sekolah Dasar (SD), ia rajin membaca karya-karya sastra.

Azyumardi kemudian menjalani pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Padang pada tahun 1969. Di sini ia menyelesaikan jenjang sekolah menengah pertama, sekaligus menengah atas. Setelah itu, ia memasuki jenjang pendidikan tinggi dengan masuk ke Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada 1982, di sini Azyumardi bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Lulus dari IAIN Jakarta, Azyumardi melanjutkan ke program magister, dan meraih beasiswa S2 Fulbright di Universitas Columbia, AS. Azyumardi meraih dua gelar magister yaitu dari Departemen Bahasa-Bahasa dan Kebudayaan Timur Tengah, dan Departemen Sejarah. Setelah itu, Azyumardi melanjutkan program doktoral dan mendapat gelar Doctor of Philosophy Degree dari departemen yang sama.

Karir Azyumardi di tanah air dimulai dengan bergabung sebagai wartawan Panji Masyarakat. Pekerjaan ini ia lakoni pada periode 1979 hingga 1985. Di periode ini juga, Azyumardi berkarir di Lembaga Riset Kebudayaan Nasional (LRKN) di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Di IAIN Jakarta, Azyumardi tercatat aktif mengajar sejak 1985 dengan mengajar Filsafat Barat hingga kemudian Sejarah di Fakultas Adab IAIN. Masa ini adalah masa di mana Azyumardi masih bolak-balik Indonesia dan Amerika untuk menyelesaikan program magister dan doktoralnya.

Pada 1977, Azyumardi diangkat menjadi pembantu Rektor I IAIN Jakarta, di bawah Quraish Shihab yang ketika itu mengemban jabatan Rektor. Tak lama, Azyumardi pun naik ke posisi sebagai Rektor, dan tercatat melakukan beberapa pembaruan di IAIN, termasuk dengan membuka program Pendidikan Matematika hingga Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam.

Azyumardi melepas posisi Rektor pada 2006, dan setahun kemudian ia menjadi Direktur Program Pascasarjana IAIN (berganti nama menjadi UIN) Jakarta.

Sebagai seorang pemikir, ruang gerak Azyumardi tidak  hanya berkisar di dalam kampus atau di forum-forum akademis lainnya. Ia banyak menerbitkan tulisan esai di berbagai media massa, merespon berbagai isu aktual yang berkembang di tanah air. Ia bahkan pernah menulis rutin untuk Harian Republika di tahun 2004-2005.

Azyumardi juga melibatkan diri dalam banyak pembicaraan di forum cendekiawan internasional, mempublikasikan banyak esai ilmiah di jurnal-jurnal internasional, serta menulis berbagai buku, utamanya dari sisi sejarah dan politik dalam peradaban Islam baik di Timur Tengah maupun Asia.

Kepakaran Azyumardi yang spesifik dan kuat, menjadikannya sebagai sosok yang selalu dinantikan dalam banyak forum studi Islam. Belum lagi pergaulannya di forum para cendekiawan internasional yang luas, menjadikan Azyumardi salah satu intelektual Islam dari Asia Tenggara yang paling diperhitungkan.

Karenanya, Azyumardi menerima penghargaan The Commander of the British Empire (CBE) Award dari Ratu Elizabeth II, karena dipandang telah turut memberi kontribusi dalam membangun persahabatan antar agama di tingkat internasional. Untuk penghargaan ini, Azyumardi diberi gelar “Sir”. Azyumardi juga adalah orang Asia Tenggara pertama yang diangkat sebagai Professor Fellow di Universitas Melbourne, Australia.

Ada banyak lagi kiprahnya yang diapresiasi, termasuk menerima penghargaan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture (SML) dari LIPI pada 2017, dan penghargaan The Order of the Rising Sun: Gold and Silver Star dari pemerintah Jepang.

Di skena internasional, Azyumardi merupakan anggota Dewan Penyantun (Board of Trustees) International Islamic University Islamabad Pakistan. Di dalam negeri, sosok ini juga tergabung dalam Teman Serikat Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar